Bersaing Ketat Merebut Kursi "Magangers"
Persaingan ketat bukan hanya dialami para politisi yang berebut kursi menjadi wakil rakyat. Siswa SMA/SMK/MA yang berminat di bidang jurnalistik pun harus berusaha terpilih mewakili sekolahnya untuk menjadi Magangers Kompas Muda Batch XI. Maklumlah, Kompas Muda hanya memilih satu orang dari satu sekolah.
Memasuki bulan Mei 2019, akun Instagram Kompas Muda sudah ramai dengan beragam pertanyaan seputar magangers. Pertanyaan yang paling banyak muncul, kapan magang untuk siswa SMA dibuka. Tahun ini, program magangers dilaksanakan untuk yang ke-11 kalinya. Jadi, promosi keseruan magangers sudah tersebar di kalangan siswa SMA.
Saat pengumuman magangers dipampang di akun Instagram Kompas Muda, langsung saja lamaran terus berdatangan. Kami menerima ratusan lamaran dalam jangka waktu satu minggu. Lalu, tim Kompas Muda menyeleksi berkas lamaran yang masuk buat memilih 120 pelamar untuk tahap seleksi wawancara.
Pelamar bukan hanya datang dari wilayah Jabodetabek, melainkan juga dari daerah lain, seperti Batam, Jambi, Padang, Bandung, Purwokerto, Magelang, Semarang, Yogyakarta, dan Jember. Dari satu sekolah ada beberapa siswa yang melamar. Selain itu, ada juga siswa yang datang dari sekolah yang belum pernah mengikuti program tahunan Magang Kompas Muda.
Karya yang dikirimkan pun beragam. Mereka punya resume mengesankan, mulai dari beragam salinan tulisan mereka seperti artikel, puisi, esai, dan cerpen, hingga buku. Mereka juga ada yang pernah menjuarai berbagai kompetisi. Belum lagi yang mengirim karya foto dan desain dalam beragam genre dan aliran. Bak hendak mengisi lowongan kerja profesional, semua memperlihatkan karya terbaik dan siap bertempur.
Tibalah saat seleksi wawancara yang diadakan selama dua hari, 20-21 Juni 2019. Sejak pagi hari, calon magangers datang ke Gedung Kompas Gramedia, Palmerah Selatan, Jakarta. Ada yang diantar kakak ataupun orangtua, ada pula yang diantar sopir menggunakan kendaraan pribadi, tetapi lebih banyak yang berjibaku berangkat sendiri naik commuter line, ojek daring, dan angkot.
Tiba di kantor Kompas, mereka disambut oleh tim Magangers Kompas Muda Batch X yang dengan sukarela membantu proses seleksi wawancara. Lucunya, banyak calon magangers yang tegang dan gelisah saat menunggu giliran wawancara.
Bahkan, ada yang makin minder melihat pelamar lain langsung berkenalan dan mengobrol akrab dengan pelamar lain. Namun, ada juga yang sangat percaya diri dan santai menghadapi wawancara yang sebetulnya juga santai.
Sampai-sampai ketika diminta mempromosikan diri, malah ada yang lupa apa saja yang harus diceritakan. Salah satunya dialami Regita Emelia Cahyani, siswa SMA Negeri 12 Tangerang.
”Iya, sempat grogi melihat yang lain penuh percaya diri. Tadi sempat ngobrol juga sama yang lain,” kata Regita.
Muhammad Safier Alkahfa, siswa SMA Negeri 2 Tangerang yang melamar sebagai desainer grafis, merasa lega setelah keluar dari ruangan wawancara. Awalnya dia gelisah saat menunggu giliran wawancara. Bahkan, tangannya sampai dingin.
”Bayangan saya saat wawancara kali ini akan menegangkan. Namun, ketika masuk ruangan langsung mendapat sambutan hangat dengan aneka canda tawa. Tidak seperti yang saya bayangkan semula,” kata Kahfa sambil tersenyum.
Penuh semangat
Pengalaman berbeda dialami Chrispinus Bimo Pinanditho (17) alias Ditho, siswa SMA Pangudi Luhur Delta Mas, Cikarang, Bekasi. Dia mengendarai mobil sendiri dengan menempuh tiga jam perjalanan dari Cikarang menuju Jakarta. Dengan penuh semangat, dia rela berlama-lama di jalan untuk memenuhi panggilan tes wawancara.
Ditho ingin lebih banyak belajar menulis karena kelewat senang bicara. Dalam beberapa kali kesempatan, Ditho tak canggung berbicara di depan orang banyak.
”Daripada omongan hanya sebatas obrolan biasa, lebih baik saya buat menjadi tulisan atau karya yang dapat dilihat orang banyak,” ucap Ditho.
Untuk datang ke sesi wawancara, Ditho meninggalkan acara OSIS di sekolahnya. Untungnya sekolah memberikan izin bagi Ditho yang ingin mengejar impian sebagai reporter.
Di antara para peserta wawancara, ada beberapa yang pernah mencoba melamar dari tahun lalu. Tahun lalu, mereka gagal setelah tes wawancara. Tak mau patah arang, mereka melamar lagi dan sampai ke tahap wawancara.
Salah satu siswa yang mencoba tes wawancara kedua kalinya adalah Mario Nathaniel (17), siswa kelas XII SMA Kanisius Jakarta. Sama dengan tahun lalu, dia melamar sebagai fotografer.
”Tahun lalu, saya tidak lolos bergabung bersama Magangers Batch X. Jadi, tahun ini saya mau coba lagi. Siapa tahu saya beruntung,” ujarnya optimistis.
Kali ini, Mario sepertinya harus bekerja keras. Dia bersaing bukan hanya dengan calon magangers dari sekolah lain, melainkan juga para siswa dari sekolahnya.
Di samping cerita-cerita para pelamar yang seru, tahun ini ada yang berbeda di tahap wawancara. Kami memberikan kesempatan kepada pelamar luar kota untuk diwawancarai melalui video call.
Bagi kami, persiapan wawancara melalui video call harus dipersiapkan secara matang. Kami harus bisa menangkap ekspresi pelamar yang meyakinkan untuk diterima sebagai magangers.
Salah satu pelamar dari Padang, Abdulah Azzam, siswa MA Ar Risalah Padang, berusaha meyakinkan kami dengan menunjukkan berbagai karyanya di salah satu media cetak di Padang. ”Saya sejak SMP sudah menekuni bidang jurnalistik. Sekarang bersama 20 teman menggarap satu rubrik di koran,” ujarnya melalui video call.
Akhirnya, setelah seleksi wawancara, kami harus memilih 40 magangers dari 120 orang. Perdebatan sengit pun tak terelakkan. Dengan terpaksa, kami harus menggugurkan beberapa pelamar. Kadang-kadang alasannya bukan karena mereka yang gagal karena tidak layak, melainkan lebih karena kami hanya memilih satu nama dari satu sekolah.
Nah, untuk teman-teman yang gagal tahun ini, jangan takut mencoba lagi tahun depan. Gagal lagi atau habis kesempatan, masih ada kok kesempatan buat mahasiswa. Kepada yang lolos, kami ucapkan selamat dan selamat bergabung!
(*)