JAKARTA, KOMPAS - Para purnawirawan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara RI menyerukan agar semua elemen bangsa menempatkan persatuan dan kesatuan di atas segalanya. Perbedaan merupakan hal yang wajar di dalam demokrasi, tetapi penanganan perbedaan tersebut seyogianya tidak membuat bangsa ini terpecah belah.
Seruan tersebut mengemuka dalam kegiatan halalbihalal purnawirawan TNI/Polri dan ABRI yang diadakan di Masjid At-Tin, Jakarta, Selasa (25/6/2019). Ratusan purnawirawan hadir dalam acara tersebut, antara lain mantan Wakil Menteri Pertahanan Letnan Jenderal (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin; mantan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal (Purn) Imam Sufaat; mantan Kepala Staf Angkatan Laut dan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Laksamana (Purn) Tedjo Edhy Purdijatno; mantan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal (Pur) Agustadi Sasongko; dan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.
Dalam kesempatan tersebut, Gatot mengungkapkan, walaupun sudah pensiun, para prajurit TNI harus setia pada Pancasila dan UUD 1945. Kesetiaan ini harus diamalkan sehingga Pancasila tidak lagi menjadi sekadar lambang. ”Kalau tidak ada Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika juga tidak bisa dilakukan,” katanya.
Ia juga menggarisbawahi, tugas seorang prajurit untuk melindungi segenap Tanah Air tidak boleh berhenti. Walaupun terbuka pada perubahan, ruang hidup rakyat Indonesia tidak boleh dilepaskan begitu saja.
Terlepas dari riuh rendah politik, Gatot mengatakan, para purnawirawan TNI dan Polri mengharapkan pemimpin yang bisa mengayomi, lepas dari berbagai unsur suku, ras, agama, dan antargolongan. Persatuan dan kesatuan bangsa harus ada di atas segala perbedaan.
Menurut Gatot, keriuhan dalam demokrasi adalah hal yang wajar. Apabila belakangan ini terjadi friksi-friksi, itu harus diwaspadai karena mengancam persatuan bangsa.
”Masalah politik harap diselesaikan secara politik, bukan secara hukum, sehingga kepercayaan masyarakat bisa terjaga, serta ada check and balance dalam demokrasi,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Gatot juga mengajak para purnawirawan untuk memberi contoh pentingnya menjaga persatuan. ”Purnawirawan harus bangkit, buat contoh bersatu dengan masyarakat agar tidak terpecah belah,” katanya.
Purnawirawan dari berbagai angkatan dan pangkat itu juga memberikan sumbang saran. Kopka (Purn) Bagyo yang terkenal karena pernah memecahkan rekor push-up selama 21 jam mengatakan, bagi prajurit, kepemimpinan Jenderal Soedirman menjadi panutan utama. Menurut dia, dalam situasi saat ini, persatuan di tengah perbedaan baik agama maupun suku perlu terus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal senada disampaikan Serka (Purn) Nassudin, Kapten (Purn) Sutri, serta Mayor (Purn) Uci Sanusi. Nassudin mengatakan, silaturahmi antara para purnawirawan diharapkan dapat dilakukan setiap tahun. Sjafrie Sjamsoeddin yang membuka acara halalbihalal mengatakan, acara ini diadakan untuk sambung rasa para purnawirawan.
Sementara Uci Sanusi yang merupakan purnawirawan dari satuan Kopassus ini mengatakan, pengabdian untuk negara dan bangsa telah mendarah daging sejak ia menjadi prajurit aktif.