Stok Beras di Bulog Jabar Capai Kapasitas Maksimal
›
Stok Beras di Bulog Jabar...
Iklan
Stok Beras di Bulog Jabar Capai Kapasitas Maksimal
Stok beras di gudang Bulog Jawa Barat hingga bulan Juni 2019, sudah memenuhi kapasitas maksimal atau mencapai 300.000 ton. Diperkirakan hingga akhir tahun ini masih ada penambahan lagi berupa penyerapan petani sekitar 50.000 ton. Kondisi ini memaksa Bulog Jabar untuk menyewa gudang-gudang penyimpanan milik swasta.
Oleh
Samuel Oktora
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS-Stok beras di gudang Bulog Jawa Barat hingga bulan Juni 2019, sudah memenuhi kapasitas maksimal atau mencapai 300.000 ton. Diperkirakan hingga akhir tahun ini masih ada penambahan lagi berupa penyerapan petani sekitar 50.000 ton. Kondisi ini memaksa Bulog Jabar untuk menyewa gudang-gudang penyimpanan milik swasta.
“Stok beras yang menumpuk ini dari 2018 dan Januari- Juni 2019 yang belum dapat disalurkan. Kalau terlalu disimpan lebih dari tiga bulan tentu akan terjadi penurunan kualitas. Sehebat apa pun perawatan, kalau terlalu lama disimpan bisa membusuk,” kata Kepala Divisi Regional Jawa Barat Perum Bulog Benhur Ngkaimi di Bandung, Rabu (26/6/2019).
Benhur mengatakan, untuk menampung beras itu, pihaknya sudah menyewa gudang-gudang milik swasta. Ia mencontohkan di Kabupaten Ciamis, telah disewa 10 unit gudang.
Benhur menuturkan, Bulog kesulitan menyalurkan beras ke pasar umum karena tentu akan berat bersaing dengan kompetitor atau pengusaha lain yang memiliki keleluasaan harga saat membeli beras dari petani. Sementara Bulog dipaksa menyerap beras petani dengan harga yang sudah ditentukan dan di pasar umum harus bersaing dengan harga pasar yang jauh lebih murah.
Menurut Benhur, dalam undang-undang pembentukan bulog tidak ada dalam satu diktumnya yang menjelaskan bulog menyerap dan memasarkan sendiri hasil pasarnya. Di sana disebutkan, bulog diwajibkan menyerap produksi petani dan menyalurkan kepada masyarakat berpendapatan rendah.
Akan tetapi, kondisinya berubah seiring perubahan mekanisme penyaluran bantuan pangan ke nontunai melalui program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), yakni bantuan pangan dari pemerintah yang diberikan kepada keluarga penerima manfaat (KPM) setiap bulannya melalui mekanisme akun elektronik
Sebelum BPNT, penyaluran beras subsidi menggunakan skema beras sejahtera (rastra). Dalam skema rastra, Bulog menyalurkan cadangan beras pemerintah untuk keluarga sasaran secara langsung. Peralihan dari rastra ke BPNT berdampak pada menyusutnya saluran beras Bulog, dari 2,78 juta ton (2016), 2,54 juta ton (2017), hingga 1,2 juta ton (2018).(Kompas. 28 Mei 2019).
Benhur berpendapat menyikapi kondisi ini, pihaknya perlu masa transisi untuk dapat dapat terjun ke pasar komersial secara penuh. Masa transisi itu setidaknya lima tahun. Untuk tahun pertama, setidaknya Bulog memasarkan dulu sekitar 20 persen ke pasar umum, secara bertahap dinaikkan persentasenya, hingga lima tahun.
“Penyaluran selebihnya perlu dorongan kebijakan pemerintah. Sebab, tak mudah bagi Bulog ke pasar umum karena juga harus melakukan penetrasi dan promosi, sebab kesan di masyarakat beras Bulog itu medium atau kualitas rendah. Padahal tidak demikian,” ujar Benhur.
Kepala Gudang Bulog Cisaranten Kidul Subdivre Bandung, Eman Juherman mengatakan, stok beras tahun 2018 yang masih tersimpan di gudang setempat sekitar 8.000 ton. “Kapasitas gudang sekitar 15.000 ton, tapi sudah penuh termasuk penyerapan beras dari Januari 2019 sampai Juni, juga stok gula, minyak goreng, tepung terigu , dan daging,” ucap Eman.
Menurut Eman, pihaknya secara rutin melakukan perawatan dengan fumigasi untuk melindungi beras dari hama dan pengganggu lainnya. “Stok beras yang terlalu lama ini tak dapat dihindari serangan kutu. Kondisi berasnya berdebu,” ujar Eman.