KAIRO, KOMPAS -- Di tengah meningkatnya ketegangan Iran dan Amerika Serikat di Teluk Persia saat ini, AS dan Israel gagal membujuk Rusia bekerja sama mendepak Iran dari Suriah. Pertemuan segitiga antara Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton, Penasihat Keamanan Nasional Rusia Nikolai Patrushev, dan Penasihat Keamanan Nasional Israel Meir Ben Shabbat di Jerusalem, Selasa (25/6/2019), gagal bersepakat tentang masa depan keberadaan Iran di Suriah.
Pada pertemuan itu, Rusia membela habis-habisan keberadaan Iran dan loyalisnya di Suriah selama ini. Rusia juga membela tindakan Iran menembak jatuh pesawat nirawak AS, RQ-4 Global Hawk, Kamis pekan lalu, dengan alasan pesawat nirawak itu sempat melanggar teritorial udara Iran.
Tiadanya kesepakatan soal keberadaan Iran di Suriah dalam pertemuan itu menggagalkan upaya AS dan Israel membangun koalisi internasional melawan Iran. Pertemuan itu digelar atas inisiatif Israel guna mendepak Iran dari Suriah dan sekaligus mengisolasi Iran di kancah internasional.
Seperti dimaklumi, Iran dan loyalisnya, seperti Hezbollah dari Lebanon serta milisi Syiah dari Irak dan Afghanistan, mulai masuk Suriah, akhir 2012 dan awal 2013, untuk membela dan mempertahankan Presiden Bashar al-Assad di Damaskus. Teheran dan Damaskus telah menjalin hubungan strategis sejak era perang Irak-Iran tahun 1980-1988. Pada perang itu, Suriah membela Iran.
Patrushev dalam temu pers di Jerusalem, Selasa malam, menegaskan, kepentingan Iran di Suriah harus dipertimbangkan dan upaya membangun opini bahwa Iran merupakan ancaman internasional adalah tidak bisa diterima. Ia mengungkapkan, Rusia mempunyai bukti kuat bahwa pesawat nirawak AS, RQ-4 Global Hawk, yang ditembak jatuh Iran di atas Selat Hormuz itu telah melanggar teritorial udara Iran.
Patrushev meminta pula digelar investigasi komprehensif dan transparan oleh lembaga internasional independen atas beberapa serangan terhadap tanker di Teluk Persia akhir-akhir ini sebelum menunjuk pelaku serangan. Rusia menolak tuduhan AS bahwa Iran berada di balik serangan atas sejumlah tanker itu.
Seperti diketahui, terjadi sabotase pada empat tanker dekat Pelabuhan Fujairah di Uni Emirat Arab, 12 Mei lalu, dan sabotase atas dua tanker di Teluk Oman, 14 Juni.
Menurut Patrushev, Rusia dan Iran selama ini telah bekerja sama melawan teroris di Suriah. Ia lalu mengkritik aksi Israel sering melancarkan gempuran di wilayah Suriah. Rusia, ujarnya, memahami kecemasan Israel dan berharap ancaman pada keamanan Israel segera sirna. Namun, harus diperhatikan pula kepentingan pihak lain di kawasan ini.
Pendapat kontra disampaikan Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton. Ia menegaskan, Iran sumber teroris, kekerasan, dan ancaman terhadap suplai minyak dunia. Ia menyampaikan, semua opsi terbuka jika Iran melampaui batas yang diizinkan dalam pengayaan uranium seperti tertera pada kesepakatan nuklir tahun 2015. Meski demikian, Bolton mengatakan, pintu masih terbuka bagi Iran kembali ke meja perundingan jika Iran memilih melalui pintu tersebut.
Adapun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menjelang pertemuan segitiga AS, Rusia, dan Israel itu mengungkapkan, jet-jet tempur Israel telah melancarkan ratusan gempuran atas sasaran Iran dan loyalisnya di Suriah. Ia berjanji, Israel akan terus mencegah Iran menggunakan wilayah negara tetangga untuk menyerang Israel.