Sekitar 1.000 warga Hong Kong mendatangi konsulat-konsulat negara anggota G-20. Mereka mengingatkan pentingnya posisi Hong Kong dan isu RUU Ekstradisi dibahas di KTT.
HONG KONG, RABU Para pengunjuk rasa itu membawa aneka poster berbunyi ”Tolong Bebaskan Hong Kong” yang ditulis dalam berbagai bahasa, termasuk Rusia dan Jerman. Mereka juga meneriakkan sejumlah slogan terkait Hong Kong, salah satunya berbunyi ”Bantu Hong Kong” di depan kantor-kantor konsulat yang negaranya mengirimkan wakil pada Konferensi Tingkat Tinggi G-20 di Osaka, Jepang, pekan ini.
Demonstrasi besar-besaran di Hong Kong akhir-akhir ini adalah manifestasi terbaru dari kekhawatiran yang berkembang di wilayah itu bahwa China sedang menginjak kebebasan dan budaya di kota tersebut. Warga berketetapan mendesak agar Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi, yang memungkinkan baik warga Hong Kong maupun warga asing dibawa dan diadili di daratan China dengan sistem hukum yang berlaku di China, dibatalkan.
Seorang pengunjuk rasa bernama keluarga Lau mengatakan, masyarakat internasional memiliki hak untuk berbicara tentang masa depan Hong Kong karena posisi dan peran Hong Kong sebagai salah satu pusat perdagangan utama global. ”Kita perlu menjaga keunikan kita agar kita dapat melayani ekonomi internasional,” katanya.
Para pengunjuk rasa berencana melanjutkan aksi serupa bersamaan dengan pelaksanaan KTT G-20 pada Jumat dan Sabtu pekan ini. Aksi yang sama dengan jumlah massa lebih besar akan digelar dalam rapat umum demokrasi tahunan pada 1 Juli mendatang.
Para pengunjuk rasa juga telah meluncurkan kampanye penggalangan dana. Dana yang terkumpul digunakan untuk memasang iklan seruan di sejumlah surat kabar utama di Hong Kong. Para pengunjuk rasa berupaya mati-matian agar seruan mereka dapat terdengar dan disuarakan dalam forum KTT G-20.
Penyelenggara penggalangan dana itu mengaku kewalahan dengan antusiasme warga dalam menyumbang. Sumbangan yang diperoleh 5,48 juta dollar Hong Kong atau sekitar 700.000 dollar AS (hampir Rp 10 miliar) dari total 20.000 penyumbang. Penggalangan dana itu dihentikan pada Selasa lalu.
Antisipasi Beijing
Pemerintah China mengatakan, pihaknya tidak akan membiarkan pembicaraan apa pun terkait aksi protes di Hong Kong pada KTT G-20 di Osaka, akhir pekan ini. Beijing tidak mau tahu sekalipun Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dirinya berencana untuk mengangkat masalah ini selama pertemuan yang direncanakan antara dirinya dan Presiden China Xi Jinping di KTT.
”China tidak akan pernah menyetujui forum seperti G-20 membahas masalah Hong Kong. Ini sepenuhnya urusan dalam negeri China,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, kepada wartawan, Rabu.
Geng juga menyatakan, Beijing tidak berkenan dengan pernyataan Pemerintah Inggris sebelumnya. Hal itu terkait dengan rencana Inggris menggelar investigasi atas unjuk rasa yang diwarnai kericuhan antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan pada pertengahan Juni lalu.
Para pengunjuk rasa di Hong Kong memanfaatkan pertemuan para pemimpin dunia, seperti G-20, untuk meningkatkan kesadaran atas gerakan mereka selama ini. Gerakan simultan itu sekaligus memberi tekanan kepada Xi dan Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam yang pro-Beijing.
Jajak pendapat terbaru di Hong Kong menunjukkan bahwa posisi dukungan terhadap Lam saat ini adalah yang paling rendah di antara pemimpin-pemimpin Hong Kong sejak wilayah itu diserahkan Inggris kepada Beijing.
Lam sendiri dalam sepekan terakhir tidak menampakkan diri di depan publik setelah ia menyampaikan permintaan maaf dalam menangani isu RUU Ekstradisi. Mayoritas warga Hong Kong tetap bersikeras agar Lam segera turun dari jabatannya. (AFP/REUTERS/BEN)