Tiga mobil bak terbuka yang mengangkut ratusan ekor ayam broiler terparkir di pinggir jalan raya di sisi timur kompleks Balaikota Yogyakarta, Selasa (26/6/2019) siang. Di sekitar mobil-mobil itu, ratusan warga berkerumun. Matahari bersinar terik, tapi warga setia menunggu karena mereka berharap mendapatkan ayam yang akan dibagikan secara gratis siang itu.
Namun, setelah menunggu sekitar 1 jam, ayam-ayam itu tak kunjung dibagikan. Sejumlah warga mulai resah dan bertanya-tanya ke panitia acara. Lalu, entah dimulai oleh siapa, sejumlah warga nekat mengambil sendiri ayam-ayam tersebut. Aksi berdesakan dan berebut ayam pun tak terhindarkan.
Usai berdesakan dan saling dorong, sebagian warga berhasil mendapatkan ayam. Mereka pulang dengan wajah sumringah. “Alhamdulillah bisa dapat ayam. Tadi ikut desak-desakan,” kata Oni Suryono (47), seorang ibu asal Kelurahan Muja Muju, Yogyakarta.
Kegiatan pembagian ayam secara gratis itu bukan acara amal atau syukuran. Acara yang digelar oleh Asosiasi Peternak Ayam Yogyakarta (Apayo) dan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) itu merupakan bentuk protes para peternak atas anjloknya harga ayam broiler hidup.
Ketua Apayo, Hari Wibowo, menuturkan, anjloknya harga ayam broiler hidup di tingkat peternak terjadi sejak September 2018. Saat itu, harga ayam di tingkat peternak Rp 14.500 sampai Rp 14.700 per kilogram (kg). Padahal, berdasarkan kalkulasi Apayo, harga pokok produksi (HPP) ayam di DIY Rp 18.700 per kg.
Desember 2019, harga ayam sedikit membaik, yakni Rp 20.000 sampai Rp 21.000 per kg. Namun, harga kembali turun pada Januari 2019, lalu mengalami fluktuasi beberapa saat. Mulai pertengahan Juni, harga ayam broiler hidup di tingkat peternak di DIY turun drastis hingga tinggal Rp 7.000 sampai Rp 8.000 per kg. Dengan kondisi itu, para peternak di DIY menanggung kerugian Rp 10.700 sampai Rp 11.700 per kg.
Tetap mahal
Di tengah turunnya harga ayam di tingkat peternak, harga daging ayam di pasar tetap tinggi, sekitar Rp 30.000 per kg. Artinya, turunnya harga ayam broiler hidup ternyata tidak dinikmati konsumen. Sebab, para pedagang masih menjual daging ayam dengan harga normal.
Kondisi itu yang akhirnya membuat para peternak di Yogyakarta menggelar aksi bagi-bagi ayam gratis. Selasa, ada sekitar 6.500 ekor ayam yang dibagikan di empat lokasi berbeda di Yogyakarta. Selain di Yogyakarta, aksi bagi-bagi ayam gratis juga digelar di Semarang dan Solo.
“Ini merupakan bentuk protes kami. Daripada kami menjual ayam ke pedagang dengan harga murah tetapi nanti dijual lagi dengan harga mahal oleh pedagang, lebih baik kami bagikan secara gratis ke masyarakat,” ujar Hari.
Ayam yang dibagi-bagikan di Yogyakarta itu antara lain berasal dari perusahaan peternakan ayam di Kabupaten Sleman. Menurut Karep (48), karyawan perusahaan peternakan itu, bosnya menyumbangkan sekitar 1.000 ekor ayam untuk dibagikan.
Kalau ayam ini dijual juga tetap rugi. Jadi sebagian dibagi-bagikan
“Kalau ayam ini dijual juga tetap rugi. Jadi sebagian dibagi-bagikan,” kata Karep.
Kelebihan stok
Hari mengatakan, anjloknya harga itu kemungkinan terjadi akibat kelebihan stok ayam broiler. Banyak peternak panen berdekatan dengan Hari Raya Idul Fitri pada awal Juni lalu. Pada masa Lebaran, harga daging ayam biasanya memang naik sehingga peternak berlomba-lomba melakukan panen saat itu.
Menurut Hari, menjelang dan beberapa hari setelah Lebaran 2019, harga ayam memang sempat membaik. Namun, sejak pertengahan Juni 2019, harga turun secara drastis sehingga para peternak merugi.
Ketua Pinsar Jawa Tengah Parjuni mengatakan, sebagai peternak ayam, ia merugi miliaran rupiah selama beberapa bulan terakhir. Agar kerugian tak makin membesar, Parjuni mengaku mengurangi jumlah ayam yang dipeliharanya di peternakan di Solo.
“Kapasitas kandang saya sebenarnya 75.000 ekor, tapi sekarang tinggal sekitar 30.000 ekor,” kata Parjuni.
Di DIY, sejumlah peternak ayam skala kecil menghentikan sementara aktivitas beternak mereka agar tak terus merugi. Kondisi itu antara lain terjadi di Dusun Gluntung, Desa Patuk, Kabupaten Gunung Kidul.
Sejak beternak ayam tahun 2001, harga saat ini yang paling rendah
Seorang peternak ayam di Dusun Gluntung, Supardal (47), menuturkan, terakhir kali menjual ayam pada awal Juni. Saat itu, Supardal menjual 3.000 ekor ayam dengan harga Rp 15.000 per kg.
Meski begitu, Supardal tetap merugi sekitar Rp 20 juta karena harga jual ayam hidup miliknya masih di bawah HPP. Karena itu, Supardal dan sejumlah peternak di Dusun Gluntung memutuskan menghentikan sementara aktivitas ternaknya. Apalagi, harga ayam broiler hidup di tingkat peternak terus menurun. “Sejak beternak ayam tahun 2001, harga saat ini yang paling rendah,” ujarnya.