Jumlah stok ayam broiler hidup yang berlebih selama beberapa bulan terakhir tidak hanya merugikan para peternak ayam mandiri tetapi juga peternak yang menjalin kemitraan dengan perusahaan. Masa panen menjadi lebih lama sehingga ayam lebih sulit terjual. Akibatnya, mereka mesti menangung risiko kenaikan biaya operasional hingga ayam sakit atau mati.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
SLEMAN, KOMPAS – Jumlah stok ayam broiler hidup yang berlebih selama beberapa bulan terakhir tidak hanya merugikan para peternak ayam mandiri tetapi juga peternak yang menjalin kemitraan dengan perusahaan. Masa panen menjadi lebih lama sehingga ayam lebih sulit terjual. Akibatnya, mereka mesti menangung risiko kenaikan biaya operasional hingga ayam sakit atau mati.
Kondisi itu antara lain menimpa sejumlah peternak kemitraan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). “Masalah ini ikut berdampak pada peternak kemitraan seperti kami,” kata Sukarmidi (53), peternak ayam broiler di Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Kamis (27/6/2019).
Berbeda dengan peternak ayam mandiri yang menanggung sendiri seluruh biaya operasional, peternak kemitraan menjalin kerja sama dengan perusahaan dalam menjalankan usaha peternakan. Biasanya, peternak ayam kemitraan menyediakan kandang, peralatan, dan tenaga kerja, sementara perusahaan memasok pakan serta bibit atau ayam umur sehari (day old chicken/DOC).
Ayam yang dibesarkan oleh peternak kemitraan nantinya dibeli oleh perusahaan dengan harga yang telah ditentukan dalam kontrak. Namun, hasil pembelian ayam itu tidak seluruhnya masuk ke peternak karena perusahaan akan memperhitungkan harga pakan dan bibit yang telah diberikan.
Sukarmidi menuturkan, anjloknya harga ayam broiler hidup itu terjadi karena banyaknya stok ayam di pasaran. Stok yang berlebih itu berdampak pada kesulitan sejumlah peternak untuk menjual ayam peliharaan mereka. Akibatnya, masa panen pun menjadi lebih lama.
Menurut Sukarmidi, dalam kondisi normal, para peternak seperti dirinya biasa memanen ayam saat berusia sekitar 35 hari. Saat jumlah stok ayam normal, dia mengaku bisa menjual habis 5.000 ekor ayam hanya dalam waktu sehari. Namun, karena stok ayam broiler hidup di pasar berlebih, mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk menjual ayam.
Saat jumlah stok ayam normal, peternak bisa menjual habis 5.000 ekor ayam hanya dalam waktu sehari. Namun, karena stok hidup di pasar berlebih, butuh waktu lebih lama untuk menjual ayam.
“Ada ayam yang baru bisa terjual setelah umur 40 sampai 45 hari,” ujar Sukarmidi.
Dia menambahkan, kondisi itu menyebabkan biaya operasional yang harus ditanggung peternak meningkat. Selain itu, kondisi tersebut juga meningkatkan risiko ayam mati atau sakit. Sebab, semakin tua usianya, ayam makin berisiko sakit.
Sarjono (39), peternak kemitraan di Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, juga mengaku harus mengalami masa panen lebih lama. Pada awal Juni, dia melakukan panen terhadap sekitar 6.500 ekor ayam miliknya yang sudah berumur 35 hari. “Waktu itu, kondisi ayam saya kurang sehat. Jadi seharusnya selesai dipanen dalam waktu satu hari,” katanya.
Namun, karena stok ayam yang berlebih di pasar, ternak ayam Sarjono baru habis terjual dalam waktu empat hari. Mundurnya masa penjualan itu membuat ratusan ekor ayam Sarjono akhirnya mati sehingga merugi sekitar Rp 16 juta. “Peternak lain bahkan ada yang baru bisa panen setelah ayamnya berumur 50 sampai 60 hari,” ujarnya.
Sarjono mengatakan, para peternak kemitraan seperti dirinya berharap masalah anjloknya harga ayam itu bisa segera diatasi. Sebab, para peternak kemitraan khawatir penurunan harga ayam dalam jangka panjang juga akan membuat perusahaan mitra merevisi harga penjualan ayam yang sudah ditetapkan dalam kontrak.
“Saat ini, harga penjualan ayam di kontrak saya masih Rp 17.000 sampai Rp 19.000 per ekor. Tapi, kalau harganya anjlok terlalu lama, otomatis harga di kontrak pasti direvisi,” ungkap Sarjono.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY Yanto Aprianto mengatakan, penurunan harga ayam itu terjadi karena kelebihan stok ayam. Kondisi itu tidak hanya terjadi di wilayah DIY, tetapi juga beberapa daerah lain.
Menurut Yanto, untuk mengatasi persoalan itu, pemerintah pusat telah mengambil keputusan untuk mengurangi stok day old chicken (DOC). Dengan pengurangan stok DOC, diharapkan jumlah stok ayam broiler hidup di pasar juga berkurang. “Jadi nanti kan ada pengurangan jumlah DOC kurang lebih sekitar 30 persen,” ujar dia.