JAKARTA, KOMPAS — Penghimpunan dana perbankan diproyeksi semakin baik di sepanjang sisa tahun 2019 setelah pada semester pertama mengalami pengetatan. Perbaikan penghimpunan dana akan berlanjut, didorong oleh kebijakan pelonggaran dari otoritas moneter.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan pada Mei 2019 tumbuh 6,27 persen dibandingkan posisi DPK pada Mei 2018. Dalam keterangan tertulis, OJK menilai peningkatan DPK didorong pertumbuhan deposito pada periode yang sama sebesar 8,84 persen.
Direktur Group Surveilans dan Stabilitas Sistem Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Doddy Ariefianto mengatakan, laju perbaikan pertumbuhan DPK diproyeksikan berlanjut meski terdapat potensi risiko, khususnya terkait dengan perilaku deposan dalam mengelola dana tunai pasca-Lebaran.
”Pola ekspansi fiskal yang cukup agresif melalui belanja barang dan modal akan memberikan dampak positif terhadap laju pertumbuhan dana,” ujarnya, Kamis (27/6/2019).
Di sisi lain, lanjut Dody, pertumbuhan kredit diproyeksikan masih tinggi sejalan dengan membaiknya persepsi dan sentimen debitur terhadap kepastian hasil pemilu.
Dody menilai perbaikan kondisi likuiditas perbankan akan menurunkan selisih antara penyaluran kredit dan penghimpunan DPK. Hal ini berdampak terhadap rasio volume kredit terhadap jumlah penerimaan dana (LDR) perbankan yang pada periode Maret 2019 mencapai 93,27 persen.
Pertumbuhan kredit diproyeksikan masih tinggi sejalan dengan membaiknya persepsi dan sentimen debitor terhadap kepastian hasil pemilu.
Dihubungi secara terpisah, Direktur Keuangan dan Strategi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Panji Irawan optimistis, likuiditas Mandiri tumbuh sejalan dengan penghimpunan dana, baik secara konvensional maupun melalui penerbitan obligasi dan pasar uang antarbank.
Likuiditas perseroan, lanjutnya, juga bertambah karena adanya pelonggaran giro wajib minimum (GWM) dari Bank Indonesia (BI) sebesar 0,5 persen. Lewat pelonggaran ini, Mandiri dapat menambah likuiditas mencapai Rp 4 triliun.
”Untuk penghimpunan dana nonkonvensional denominasi rupiah diperkirakan tidak lebih dari tahun lalu dengan penerbitan obligasi berkelanjutan hingga Rp 10 triliun,” ujarnya.
Namun, Panji menegaskan, pertumbuhan kredit Bank Mandiri diproyeksi masih lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan DPK. Tahun ini, Bank Mandiri membidik target pertumbuhan kredit sebesar 12 persen-13 persen, dengan pertumbuhan DPK mencapai 11 persen-12 persen.
Berdasarkan laporan kinerja Bank Mandiri per Maret 2018, kredit perseroan mengalami pertumbuhan 12,4 persen secara tahunan, atau Rp 87,4 triliun, menjadi Rp 790,5 triliun. Adapun DPK pada periode yang sama naik 7,6 persen secara tahunan, atau Rp 58,5 triliun menjadi Rp 827,8 triliun.
Senada dengan Panji, Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Eko Cahyo optimistis penyaluran kredit pada semester II-2019 akan lebih baik dibandingkan semester pertama. Seusai pemilu, dunia usaha diyakini akan melakukan ekspansi bisnis yang membutuhkan pendanaan dari perbankan.
”Untuk mengimbangi lonjakan kredit, kami juga akan tingkatkan DPK sehingga kami akan jaga rasio LDR di kisaran 90 persen-92 persen,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja menyatakan, likuiditas perseroan masih berada dalam kondisi yang stabil sejak awal 2019. Tercatat pada April 2019, LDR perseroan berada di level 80 persen-81 persen, posisi ini menurut dia terjaga stabil sejak Januari 2019.