Suhendar yang Menepis Pengangguran Lewat Bengkel
Sejak tahun 2010, bengkel sepeda motor Gemari menjadi harapan sejumlah anak muda di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor untuk melepaskan diri dari status pengangguran. Suhendar, salah seorang di antara mereka, kini meneruskan misi Gemari untuk menebar keterampilan otomotif ke berbagai penjuru desa.
Bengkel sepeda motor Gemari berdiri sendirian di pinggir jalan yang melintasi Kampung Pasir Tangkil, Desa Bantarjati, Klapanunggal. Bengkel Gemari--singkatan dari Gerakan Masyarakat Mandiri--terdiri dari dua bangunan besar. Satu bangunan untuk servis sepeda motor, satu bangunan lagi untuk pelatihan dan pertemuan.
Senin (24/6/2019) siang, bengkel itu tampak sepi. Hanya ada tiga siswa SMK Bina Mandiri Sejahtera yang sedang mengikuti latihan di bengkel Gemari. Di tengah bekapan udara yang gerah, ketiga remaja itu belajar mencuci sepeda motor dengan baik. Setelah itu, mereka tenggelam dalam keasyikan mengotak-atik mesin sepeda motor di bawah bimbingan Suhendar dan seorang instruktur lainnya.
Laki-laki kurus itu menceritakan, selain siswa SMK, peserta pelatihan di bengkel Gemari direkrut dari 12 desa yang ada di Kecamatan Klapanunggal. Umumnya peserta datang tanpa pengetahuan dasar sama sekali soal otomotif. Karena itu, pelatihan diberikan dari hal-hal yang paling dasar seperti pengenalan alat perbengkelan, pengenalan komponen mesin, fungsi komponen, cara kerja mesin, hingga akhirnya sampai pada pelatihan memperbaiki kerusakan mesin.
"Karena belajar dari nol, kadang ada hal-hal yang lucu dari peserta. Suatu ketika misalnya, saya menyuruh peserta untuk mengambil tang potong, yang dibawa malah tang yang sudah terpotong ha ha ha," kenang Suhendar. Ada pula peserta yang sangat bersemangat memutar busi keras-keras. Alih-alih terpasang, busi itu malah patah.
Suhendar dan instruktur lain biasanya memaklumi kesalahan-kesalahan semacam itu. Buat mereka, yang penting peserta antusias untuk belajar agar mereka punya bekal untuk bekerja.
Misi sosial
Program pelatihan yang disediakan bengkel Gemari, lanjut Suhendar, memang mengemban misi sosial, yakni menekan angka pengangguran di Klapanunggal. Karena itu, Gemari menargetkan peserta dari kalangan anak-anak muda yang menganggur. "Sebagian besar adalah anak-anak muda putus sekolah berusia 16 tahun ke atas," jelas Suhendar.
Untuk mengikuti pelatihan selama tiga bulan, peserta tidak dikenakan bayaran. Mereka justru mendapat uang transportasi sekitar Rp 600.000 yang diambil dari kas bengkel.
Sejak 2010, anak muda yang mengikuti pelatihan jumlahnya lebih dari 100 orang. Sebagian dari mereka kini membuka usaha bengkel sepeda motor di desa masing-masing. Sebagian lagi disalurkan ke perusahaan otomotif atau ke bengkel umum.
"Mereka masih berhubungan satu sama lain, saling tukar informasi atau mengerjakan pekerjaan sama-sama," ujarnya.
Suhendar percaya, jika anak-anak putus sekolah dan penangguran diberi kesempatan dan akses, mereka bisa pasti bisa maju dan mandiri. "Saya dulu juga mengalaminya. Saya pernah nganggur atau bekerja serabutan. Sekarang saya punya pekerjaan tetap," katanya.
Bengkel Gemari diinisiasi pada 2010 oleh Syarif, Dedi Ahmadi, dan beberapa anak muda lain di Kecamatan Klapanunggal yang sudah lebih dulu mandiri berkat industri kreatif seperti membuat kerajinan dari limbah kayu, pengolahan sampah, hingga kerajinan berbasis kaleng. Mereka berharap bengkel itu nantinya bisa melatih anak-anak muda yang masih menganggur.
Ide itu dilirik CSR PT Indocement. Perusahaan itu bersedia membantu memberikan tempat untuk bengkel dan menyediakan peralatan kerja, serta memberi pelatihan awal. Pada 2013, Suhendar tertarik dengan program bengkel itu. Lulusan SMK jurusan permesinan itu pun bergabung mengelola bengkel tersebut. Meski punya latar belakang otomotif, ia mesti mengurus administrasi. "Saya kerjakan apa saja, termasuk pekerjaan office boy," ujar lulusan SMK jurusan teknik permesinan itu.
Sambil bekerja, Suhendar mengasah keterampilan otomotifnya di bengkel itu. Ia melangkah maju dan akhirnya bisa menjadi salah satu instruktur paling moncer di bengkel Gemari. Ia beberapa kali dikirim mengikuti kompetisi instruktur montir dan menjadi juara di tingkat Kota Bogor dan Provinsi Jawa Barat. Tahun 2018, ia bahkan mewakili Jabar dalam kompetisi instruktur tingkat nasional.
"Saya satu-satunya peserta yang lulusan SMK. Peserta lainnya sarjana dari perguruan tinggi terkenal. Alhamdulillah, saya bisa masuk lima besar," cerita Suhendar yang memegang sertifikat level 2.
Sejak tampil di kompetisi-kompetisi itu, ia sering diminta mengisi pelatihan perbengkelan di beberapa daerah dan lembaga. "Sebelumnya saya seumur-umur hanya berkutat di Bogor. Sekarang saya bisa pergi ke mana-mana dan mengajar di beberapa lembaga atau yayasan," tambahnya.
Sejak 2017, Suhendar ditunjuk untuk mengelola program-program di bengkel Gemari. Di tangan Suhendar, bengkel Gemari menjalin kerja sama dengan beberapa pihak mulai Pemkab Bogor, yayasan, perusahaan, dan sekolah. Berkat kerja sama tersebut, bengkel Gemari bisa menggelar ujian kompetensi perbengkelan untuk peserta kursus yang diikuti anak-anak muda dari daerah lain di Bogor.
Dari setiap uji kompetensi itu, bengkel Gemari mendapat pemasukan bersih sekitar Rp 5 juta. Pemasukan lainnya berasal dari jasa perbaikan sepeda motor sebesar rata-rata Rp 3 juta per bulan. Selain itu, ada pemasukan dari potongan honor mengajar yang diterima instruktur Gemari dari pihak luar.
"Uang itulah yang diputar untuk mengelola bengkel dan menjalankan program," ujar Suhendar.
Dulu, katanya, pemasukan dari jasa perbaikan sepeda motor bisa mencapai Rp 15 juta per bulan karena ada beberapa perusahaan yang memperbaiki motor-motor inventaris mereka di bengkel Gemari. "Sekarang kami sedang mencari perusahaan-perusahaan yang mau menjadi pelanggan kami," tambahnya.
Selain itu, Suhendar dan kawan-kawan di Gemari sedang merintis usaha baru, yakni mendirikan bengkel online. Pertimbangannya, banyak alumni pelatihan yang terbar di beberapa desa. "Kami ingin menyatukan mereka, mendorong agar mereka bisa berjejaring membuat usaha bersama. Karena itulah semangat kami sejak dulu, membangun gerakan masyarakat yang mandiri," tutup Suhendar.
Suhendar
Lahir : Bogor, 17 Agustus 1987
Istri: Yuli Yanah
Anak: R Alghifari Abdillah, Cilla
Pendidikan:
- SD Lulut 02 Klapanunggal, Kabupaten Bogor (lulus tahun 2000)
- SLTP Bantarjati, Kabupaten Bogor (2003)
- SMK Budiniah Kecamatan Cireureup, Kabupaten Bogor (2006)
Prestasi/penghargaan
- Local Hero Penggerak Gemari dari Indocement Tunggal Prakarsa (2016)
- Juara 1 Instruktur Otomotif Sepeda Motor Kota Bogor (2017 dan 2018)
- Juara 2 Instruktur Otomotif Sepeda Motor Tingkat Provinsi Jabar (2018)
- Juara 1 Instruktur Otomotif Sepeda Motor Tingkat Provinsi Jabar (2017)
- Mewakili Jabar pada kompetisi Instruktur Sepeda Motor Tingkat Nasional