Taman Bacaan Dituntut Kreatif dengan Beragam Inovasi
›
Taman Bacaan Dituntut Kreatif ...
Iklan
Taman Bacaan Dituntut Kreatif dengan Beragam Inovasi
Taman bacaan masyarakat di Indonesia dinilai berkembang pesat dengan tak lagi berkutat dengan literasi semata. Para pengelola TBM juga mengadakan berbagai inovasi untuk memberdayakan masyarakat dengan memanfaatkan bacaan.
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·3 menit baca
LEBAK, KOMPAS – Taman bacaan masyarakat di Indonesia dinilai berkembang pesat dengan tak lagi berkutat dengan literasi semata. Para pengelola TBM juga mengadakan berbagai inovasi untuk memberdayakan masyarakat dengan memanfaatkan bacaan itu sendiri.
Opik (35), pendiri Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Aiueo Komunitas Ngejah di sela Literasi Budaya dan Kewargaan di Museum Multatuli, Kabupaten Lebak, Banten, Kamis (27/6/2019), mengatakan, koleksinya saat ini sudah berjumlah sekitar 10.000 buku. TBM itu berada di Desa Sukawangi, Kecamatan Singajaya, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
"Di TBM itu, warga sekitar tak hanya membaca buku. Kami juga mengadakan literasi digital dengan pelatihan jurnalistik, yang umumnya diikuti anak muda,” ujarnya.
Mereka menggunakan media sosial untuk mempublikasikan berita-berita yang positif mengenai keseharian di lingkungannya. “Beritanya berupa video, tulisan, dan foto. Bisa tentang sekolah, teman, atau kampungnya. Mereka saling mengapresiasi,” ucapnya.
Opik mengatakan, TBM Aiueo Komunitas Ngejah berdiri pada tahun 2010. Selama setahun selanjutnya, diskusi kerap diadakan di TBM itu. “Setelah itu, pelatihan jurnalistik diselenggarakan setiap tahun pada September atau Oktober,” ujarnya.
Setiap pelatihan jurnalistik dilaksanakan, jumlah pesertanya sekitar 150 orang. Para peserta tak hanya berasal dari Garut tetapi juga kabupaten-kabupaten lain di Jabar seperti Tasikmalaya, Ciamis, dan Pangandaran. Opik mengatakan, belajar dari yang telah ia lakukan, TBM perlu mengadakan kegiatan kreatif.
“Sejak awal mendirikan TBM, saya sadar kalau hanya tersedia buku, warga setempat tidak semangat untuk datang,” ujarnya. Meski demikian, anak muda yang sewaktu-waktu ingin belajar jurnalistik juga bisa bermain ke TBM Aiueo Komunitas Ngejah.
Menurut Ahmad Lugas Kusnadi (46), pendiri TBM Sumurlor di Desa Sukarendah, Kecamatan Warunggunung, Kabupaten Lebak, selain menyediakan bacaan, pihaknya juga mengatasi persoalan anak jalanan. Anak-anak jalanan diajak membuat kerajinan tangan.
Di TBM Sumurlor yang didirikan tahun 2011 itu juga bisa mengikuti konser, berolahraga, hingga mengaji. Selain itu, anak-anak jalanan boleh berlatih menari dan grup vokal. Sesekali, lomba menggambar juga diselenggarakan untuk anak-anak di sekitar TBM itu.
Sekretaris Forum TBM Banten Budi Harsoni mengatakan, jumlah TBM mandiri atau nonlembaga di Kabupaten Lebak meningkat dari sekitar 70 lokasi pada tahun 2016 menjadi hampir 100 lokasi saat ini. Selain kuantitas, kualitasnya juga meningkat dengan aktivitas yang semakin beragam di TBM.
Menurut Budi, di TBM Wiyata Bakti, Desa Cijaku, Kecamatan Cijaku, Kabupaten Lebak, misalnya, literasi inovasi diaplikasikan. “Warga setempat dilatih membuat makanan dari buku resep. Contohnya, jantung pisang diolah menjadi abon,” ucapnya.
Sekretaris Jenderal Forum TBM Pusat Arieful Amir mengatakan, jumlah TBM di Indonesia sekitar 7.000 lokasi pada tahun 2016. “Saya tidak tahu jumlah TBM saat ini tapi diperkirakan meningkat. Banyak TBM-TBM baru bermunculan,” ujarnya.