Warga Khawatirkan Dampak Jangka Panjang Abu PLTU Teluk Sirih
›
Warga Khawatirkan Dampak...
Iklan
Warga Khawatirkan Dampak Jangka Panjang Abu PLTU Teluk Sirih
Warga Teluk Buo, Kelurahan Teluk Kabung Tengah, Padang, Sumatera Barat, mengkhawatirkan dampak jangka panjang abu hasil pembakaran batu bara di PLTU Teluk Sirih. PLTU yang berjarak kurang dari dua kilometer dari pemukiman Teluk Buo melepaskan abu tebal pada periode tertentu.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS -- Warga Teluk Buo, Kelurahan Teluk Kabung Tengah, Padang, Sumatera Barat, mengkhawatirkan dampak jangka panjang abu hasil pembakaran batu bara di PLTU Teluk Sirih. PLTU yang berjarak kurang dari dua kilometer dari pemukiman Teluk Buo melepaskan abu tebal pada masa-masa tertentu.
Risnawati (50), warga Teluk Buo, Rabu (26/6/2019), mengatakan, turunnya abu sisa pembakaran ke sekitar pemukiman warga mulai terjadi sejak tiga tahun terakhir. Kejadian itu memang tidak berlangsung setiap hari, melainkan pada saat-saat tertentu. Dalam 2019, abu sudah turun dua kali, terakhir saat Ramadhan bulan Mei lalu.
“Saat abu tebal keluar dari PLTU, langit berkabut, matahari kemerahan. Abu semakin tebal kalau ada angin dari arah selatan. Abu pun menyebar ke pemukiman,” kata Risnawati di rumahnya.
Saat abu tebal keluar dari PLTU, langit berkabut, matahari kemerahan. Abu semakin tebal kalau ada angin dari arah selatan. Abu pun menyebar ke pemukiman
Kondisi yang sama juga dirasakan Vira (31), warga lainnya. Dalam satu kejadian, abu bisa turun selama satu hingga dua hari. Menurut Vira, dampak keberadaan abu tidak terlalu terasa terhadap pernapasan dan mata orang dewasa.
“Namun, beberapa anak di sekitar rumah ada yang batuk-batuk (saat abu turun),” kata Vira, yang berdomisili di Teluk Buo setahun terakhir.
Dalima (53), warga Teluk Buo, khawatir kondisi itu berdampak buruk terhadap kesehatan warga. Secara tidak sadar, abu bisa saja terhirup atau termakan karena masuk ke rumah melalui udara. “Saya berharap masalah ini jadi perhatian karena kami akan tinggal di sini selamanya,” kata Dalima, yang bermukim di Teluk Buo sejak 1983.
Sementara itu, Nazarudin (60), warga lainnya, mengeluhkan terkait uang kompensasi terkait dampak buruk yang ditimbulkan aktivitas PLTU terhadap warga sekitar. Dia sering mendengar informasi warga akan diberi kompensasi yang dikenal dengan istilah “uang abu” itu, tetapi tidak pernah menerima sepeser pun sejak pembangkit dibangun tujuh tahun silam. Nazarudin juga belum mendengar 40 keluarga lainnya di sekitar itu mendapatkan "uang abu".
"Karena kami terkena abu, tentunya kami mesti mendapat kompensasi," kata Nazarudin.
Pantauan di sekitar PLTU Teluk Sirih, Rabu (26/6) siang, cerobong asap pembangkit mengeluarkan asap putih tipis. Langit di sekitar pembangkit dan Teluk Buo cerah. Sebagaimana umumnya tempat lain di Padang, tidak terasa kabut di udara. Lokasi PLTU sekitar 33 kilometer dari pusat Kota Padang.
Kepala Advokasi dan Kampanye Walhi Sumatera Barat Yoni Candra mengatakan, keluarnya abu tebal dari PLTU yang berkapasitas 2 x 112 mega watt itu terjadi pada momen-momen tertentu saja, terutama sore dan malam hari. Ada dua kemungkinan penyebab itu terjadi, yaitu kualitas batu bara yang tidak baik atau pembangkit sedang mengalami beban puncak.
“Jika kualitas batu bara jelek, pembakaran tidak bagus dan menghasilkan lebih banyak debu. Pemicu lainnya, PLTU mengalami proses kerja berlebihan. Bila PLTA Singkarak bermasalah, beban akan dialihkan ke PLTU,” kata Yoni.
Yoni mengakui, Walhi Sumbar memang belum mengkaji dampak abu tersebut ke kualitas udara dan kesehatan masyarakat. Namun, kondisi itu berpotensi mengganggu kesehatan masyarakat sekitar jika berlangsung dalam jangka panjang.
Secara terpisah, Manajer Komunikasi PLN Unit Induk Wilayah Sumbar Remialis belum bisa berkomentar banyak terkait keluhan itu. PLN akan mengecek ke lapangan. “Saya croscheck dulu sama manajemen Teluk Sirih ya, Pak,” kata Remialis.
Sebelumnya, Jumat (21/6), Remialis melalui siaran pers membantah jika PLTU Teluk Sirih mencemari udara. Itu menjawab tudingan Walhi Sumbar yang mengatakan, kehadiran PLTU mencemari udara dan merusak terumbu karang akibat aktivitas kapal tongkang pembawa batu bara. Dalam siaran pers itu, juga dimuat testimoni warga Teluk Buo yang merasakan dampak baik kehadiran PLTU, baik dari segi infrastruktur jalan maupun listrik yang dihasilkan.
“PLN UIK Sumbagteng dan UPK Teluk Sirih sampai saat ini belum pernah menerima laporan warga Desa Teluk Buo terkait keluhan apapun. Tidak benar bila dikatakan banyak warga yang menyampaikan protes maupun keluhan terkait kehadiran PLTU Teluk Sirih di lingkungan tempat tinggal mereka,” ujar Remialis.