LONDON, RABU - Gagal menjuarai Perancis Terbuka, Naomi Osaka lebih tertekan saat harus di Wimbledon, 1-14 Juli. Namun, petenis putri asal Jepang tersebut mendapat dukungan dari maestro tenis, Roger Federer, untuk menambah gelar Grand Slam lainnya.
Federer memaklumi ketika prestasi yang diraih Osaka menurun setelah dia menjuarai dua Grand Slam beruntun, AS Terbuka 2018 dan Australia Terbuka 2019. Petenis yang diunggulkan memperpanjang gelar Grand Slam tersebut tersingkir pada babak ketiga Perancis Terbuka, 19-26 Mei.
Munuju Wimbledon, Osaka hanya memperoleh satu kemenangan, yaitu saat mengalahkan Maria Sakkari (Yunani) dalam babak pertama WTA Birmingham. Setelah itu, Osaka dikalahkan petenis Kazakhstan peringkat ke-39 dunia, Yulia Putinseva.
Itu wajar karena semua petenis ingin mengalahkan dia
Kekalahan tersebut menurunkan petenis berusia 21 tahun tersebut dari puncak peringkat dunia menjadi kedua, digantikan Ashleigh Barty (Australia) yang menjuarai turnamen yang sama.
Hasil itu dimaklumi Federer yang telah mengumpulkan 20 gelar juara tunggal putra Grand Slam. “Dari bukan siapa-siapa lalu menjadi juara dan kemudian kehilangan posisi tersebut, kondisinya memang cepat berubah. Itu wajar karena semua petenis ingin mengalahkan dia,” kata Federer, yang akan menjadi unggulan kedua Wimbledon 2019, di London, Inggris, Rabu (26/6/2019).
Tetapi, saya yakin dia bisa juara lagi
Sambil bercerita tentang pengalaman sama yang dialaminya, Federer berpendapat, Osaka memiliki peluang untuk menambah gelar Grand Slam. “Dua gelar Grand Slam menjadi awal yang bagus. Tak setiap orang bisa menang setiap pekan, tak ada yang bisa melakukannya. Tetapi, saya yakin dia bisa juara lagi,” lanjut Federer.
Sama seperti di Grand Slam lapangan tanah liat Perancis Terbuka, Osaka juga tak terlalu percaya diri untuk tampil di lapangan rumput All England Club, tempat berlangsungnya Wimbledon. “Rumput, saya tak terlalu nyaman dengan lapangan tersebut. Itu membutuhkan permainan berbeda dengan di lapangan lain dan saya tak pernah bermain di lapangan rumput saat kecil,”kata Osaka.
Menjalani debut di Wimbledon pada 2015, Osaka tersingkir pada babak pertama kualifikasi pada tahun tersebut. Adapun dalam penampilan dua tahun terakhir, dia selalu terhenti pada babak ketiga. Pada 2017, Osaka dikalahkan Venus Williams yang menjadi finalis, adapun pada tahun berikutnya dihentikan Angelique Kerber yang akhirnya juara.
Keraguan Serena
Keraguan tampil maksimal, juga, disampaikan tujuh kali juara tunggal putri, Serena Williams. Sering diganggu cedera lutut pada musim ini, Serena belum juga kembali pada kemampuan terbaik, seperti yang terakhir kali diperlihatkannya saat menjuarai Australia Terbuka 2017.
“Saya masih berusaha untuk tampil saat Wimbledon. Saya harap, waktunya cukup untuk mencapai kondisi tersebut,” kata Serena yang menjadi unggulan ke-11.
Menargetkan untuk kembali ke puncak peringkat dunia, seperti yang terakhir kali ditempatinya pada 14 Mei 2017, Serena justru tak dapat tampil optimal. Hasil terbaiknya pada lima turnamen 2019 adalah perempat final Australia Terbuka, Januari. Setelah itu, Serena tak bisa melewati babak ketiga pada empat turnamen berikutnya, termasuk di Perancis Terbuka.
Jika ada Grand Slam yang bisa dijuarai Serena, itu adalah Wimbledon
Mantan petenis nomor satu dunia, Chris Evert, mengatakan, fisik Serena menurun dibandingkan sebelum dia hamil dan melahirkan putri pertamanya pada September 2017. “Gerakannya lebih lambat satu atau dua langkah, mungkin itu berpengaruh juga pada rasa percaya dirinya,” kata Evert.
Namun, juara Wimbledon 1974, 1976, dan 1981 itu menilai, Serena masih memiliki peluang untuk menambah 23 gelar Grand Slam, terutama jika servis kerasnya bisa menghasilkan banyak poin. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena lapangan rumput memantulkan bola dengan cepat, lebih cepat dibandingkan lapangan keras.
“Januari lalu saya mengatakan, jika ada Grand Slam yang bisa dijuarai Serena, itu adalah Wimbledon,” kata Evert. (AFP/REUTERS)