Proposal perdamaian penyelesaian konflik Palestina-Israel usulan AS pada pertemuan di Bahrain yang sangat bernuansa ekonomi ditanggapi dingin oleh Palestina.
Pembahasan proposal perdamaian Palestina-Israel di Manama, ibu kota Bahrain, membuat geram Palestina karena proposal itu sama sekali tidak membahas masa depan Palestina dan lebih banyak menyinggung pembangunan ekonomi Jalur Gaza dan Tepi Barat serta negara-negara tetangga.
Pertemuan itu diboikot Palestina, juga tidak dihadiri Israel karena tidak diundang. Sejumlah negara Arab yang diundang hanya mengirimkan pejabat rendahan untuk menghormati Palestina. Jared Kushner, yang merupakan menantu Presiden AS Donald Trump, menjadi ”otak” di balik proposal ini.
Sulit mengharapkan AS akan menyodorkan proposal yang netral. Sejak menjadi presiden, Donald Trump dengan sengaja melakukan langkah-langkah provokatif yang merugikan Palestina dan memorakporandakan upaya perdamaian.
AS, antara lain, mengakui Jerusalem sebagai wilayah Israel dan memindahkan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Jerusalem meski dunia internasional menentang hal itu. AS juga mengizinkan pencaplokan wilayah di Tepi Barat oleh Israel dan mendukung klaim Israel atas Dataran Tinggi Golan. Tahun lalu, Washington juga menarik diri sebagai negara donor bagi Badan Bantuan Sosial dan Pekerja PBB (UNRWA) yang mengurusi sekitar 5 juta pengungsi Palestina.
Berdasarkan Inisiatif Damai Arab 2002 yang diinisiasi Arab Saudi, Israel dan Palestina akan menjadi dua negara yang hidup berdampingan dan Palestina akan menjadi negara merdeka di atas tanah sebelum perang Arab-Israel 1967 dengan ibu kota Jerusalem Timur. Jika itu terwujud, negara-negara Islam akan membangun hubungan diplomatik penuh dengan Israel.
Namun, saat ini Israel terus merangsek ke Tepi Barat dan melanjutkan pembangunan permukiman ilegal. Israel juga memblokade wilayah Gaza yang membuat perekonomian Palestina tercekik.
Apa yang disodorkan Kushner lebih berupa ”gula-gula”, yaitu tawaran untuk membangun Tepi Barat dan Jalur Gaza dengan proyek 50 miliar dollar AS. Di antaranya 28 miliar dollar untuk membangun Tepi Barat dan Gaza, sisanya untuk pembangunan di Mesir, Jordania, dan Lebanon.
Namun, bagi Palestina, membicarakan pembangunan ekonomi sebelum menemukan solusi politik untuk mewujudkan negara merdeka adalah penghinaan. Usulan itu mengasumsikan bahwa kedaulatan Palestina bisa ”dibeli”. Proposal damai Kushner akan semakin mendorong dominasi Israel di wilayah pendudukan sehingga tepat jika Palestina menolaknya.
Proses perdamaian Palestina-Israel tak bisa dilepaskan dari kepentingan sejumlah negara di kawasan, di mana Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan Uni Emirat Arab membutuhkan dukungan AS serta Israel untuk menekan Iran. Sedangkan Trump dan PM Benjamin Netanyahu harus saling dukung untuk memenangi pemilu di negara masing-masing.