BANDUNG, KOMPAS - Ratusan ribu ton beras di gudang-gudang Bulog di Jawa Barat dan Jawa Tengah mengalami penurunan mutu karena lama simpan melebihi waktu ideal. Tugas pembelian beras petani untuk stabilisasi harga masih belum diimbangi penyalurannya.
Langkah yang dilakukan Bulog Divisi Regional di sejumlah daerah adalah menjaga mutu sebisa mungkin, di antaranya dengan fumigasi dan penyemprotan pestisida. Fumigasi dilakukan disesuaikan tingkat ancaman hama yang memengaruhi mutu beras.
”Penurunan visual warna beras tak dapat dihindarkan kalau terlalu lama disimpan. Namun, secara kualitas masih relatif baik, yang salah satunya melalui fumigasi ini. Kalau serangan hama tak dikendalikan, kondisi beras bisa rusak, di antaranya menjadi bubuk,” kata Kepala Bidang Operasional Pelayanan Publik Divre Jawa Barat Perum Bulog Taufik Budi Santoso di Bandung, Kamis (27/6/2019).
Sejak program beras sejahtera dan beras untuk rumah tangga miskin ditiadakan, penyaluran rutin beras Bulog Divre Jateng hampir tidak ada. Padahal, beras petani terus diserap.
Hama gudang yang banyak ditemui, di antaranya, kutu atau kumbang tepung (Tribolium spp), kumbang bubuk beras (Sitophilus oryzae), dan kumbang padi (Cryptolestes ferrugineus). Di gudang Bulog Jabar, beras yang tersimpan hingga Juni 2019 telah memenuhi kapasitas maksimal 300.000 ton. Itu termasuk stok beras tahun 2018 sekitar 48.000 ton.
Di lingkup Subdivre Bandung, kata Taufik, pekan ini dilakukan fumigasi, seperti di Kompleks Pergudangan Bulog Cisaranten Kidul. Di lingkup Bandung ada empat kompleks pergudangan, tiga unit lain di Cimindi (Cimahi), Dayeuhkolot (Kabupaten Bandung), dan Kabupaten Sumedang. ”Fumigasi berlangsung 10 hari. Selama proses itu, gudang ditutup,” katanya.
Secara terpisah Kepala Gudang Bulog Cisaranten Kidul Eman Juherman mengatakan, dari empat gudang, sedang dilakukan fumigasi di dua gudang. Kapasitas di kompleks pergudangan ini sekitar 15.000 ton, yang sudah mencapai kapasitas stok maksimal, di antaranya beras tahun 2018 sekitar 8.000 ton.
”Fokus fumigasi karena ada serangan kumbang bubuk gabah. Kutu jenis ini sulit terlihat, berkembang dalam biji beras. Beras bisa menjadi seperti bubuk,” katanya.
Sulit bersaing
Di Jawa Tengah, perawatan dan pemeliharaan rutin juga lebih banyak dilakukan Perum Bulog Divisi Regional Jawa Tengah demi menjaga mutu beras yang disimpan di gudang tetap baik. Sebagian beras yang disimpan dari pengadaan tahun 2018.
Selain rawan serangan hama, penumpukan stok beras dalam waktu lebih dari enam bulan dipastikan menurunkan mutu beras. Lama ideal simpan beras adalah tiga bulan, paling lama enam bulan. ”Beras yang kami jual sulit bersaing dengan beras di pasaran. Sebab, mayoritas beras di pasaran beras baru dengan tampilan butir lebih menarik,” kata Kepala Bulog Subdivre Pekalongan Rasiwan.
Tahun ini, Bulog Subdivre Pekalongan menyalurkan 2.000 ton beras ke Sumatera Selatan. Hal itu biasa dilakukan daerah yang surplus beras kepada daerah defisit beras jika direkomendasi Bulog pusat. Menurut Kepala Bulog Divre Jateng Taufan Akib, sejak program beras sejahtera dan beras untuk rumah tangga miskin ditiadakan, penyaluran rutin beras Bulog Divre Jateng hampir tidak ada. Padahal, beras petani terus diserap.
Di Surabaya, Divre Bulog Jawa Timur juga berharap ada penugasan penyaluran baru agar beras-beras di gudang berkurang (Kompas, 26/6). Tanpa itu, ribuan ton beras akan terus menumpuk di gudang. Fumigasi dan penyemprotan menjadi keharusan.
Saat ini stok beras di gudang Bulog Divre Jateng 150.000 ton. Beras itu pengadaan dari dalam dan luar negeri pada 2018 hingga 2019. Kini, sebagian beras dalam keadaan turun mutu. Warna beras lebih kusam dan beberapa kandungan vitamin menurun.
Dari pantauan di Gudang Bulog Mangkang Kulon, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, tumpukan beras 7.700 ton bersih dari hama. Beras di gudang itu selesai difumigasi pada 10 Juni.