SEOUL, Jumat— Meskipun gagal dalam pertemuan kedua di Hanoi, Vietnam, pada Februari lalu, upaya untuk mencapai kesepakatan denuklirisasi Semenanjung Korea tetap ada. Kementerian Luar Negeri Korea Selatan di Seoul, Jumat (28/6/2019), mengatakan, utusan khusus Amerika Serikat untuk isu itu, Stephen Biegun, menyatakan, Washington siap menggelar pembicaraan konstruktif dengan Pyongyang.
Pembicaraan itu dilakukan untuk menindaklanjuti perjanjian denuklirisasi yang dicapai kedua negara dalam pertemuan pertama di Singapura, Juni tahun lalu. Dalam pernyataan itu disebutkan, kepada mitranya dari Korsel, Lee Do-hoon, Biegun mengatakan, Washington ingin membuat kemajuan ”simultan, paralel” pada kesepakatan yang dicapai pada pertemuan puncak antara Presiden Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong Un di Singapura. Saat itu, AS dan Korut sepakat membangun hubungan baru dan berupaya menuju denuklirisasi Semenanjung Korea.
Namun, negosiasi telah macet sejak pertemuan puncak kedua di Vietnam karena kedua pihak gagal mengurangi perbedaan, terutama terkait seruan AS untuk denuklirisasi total dan tuntutan Korut tentang pengurangan sanksi.
Lee dan Biegun bertemu di Seoul menjelang kunjungan Trump ke Korsel akhir pekan ini. Trump dan Presiden Korsel Moon Jae-in diperkirakan membahas cara-cara untuk memulai dialog dengan Korut.
”Biegun mengatakan, KTT yang akan datang akan memberikan peluang penting untuk menumbuhkan perdamaian dan kemakmuran Semenanjung Korea,” kata pernyataan itu.
Dalam kunjungan tersebut, Biegun juga bertemu dengan Menteri Unifikasi Korsel Kim Yeon-chul yang bertanggung jawab atas urusan antar-Korea. Dalam pertemuan itu, mereka sepakat berusaha keras menghidupkan kembali perundingan nuklir.
Sikap Korut
Namun, sehari sebelumnya, Kwon Jong Gun, Direktur Jenderal untuk urusan AS di Kementerian Luar Negeri Korut, pesimis dengan niat AS meskipun Washington terus berbicara tentang dialog. ”Dialog tidak akan terbuka dengan sendirinya meskipun Amerika Serikat berulang kali berbicara tentang dimulainya kembali dialog seperti burung beo tanpa mempertimbangkan proposal realistis yang akan sepenuhnya sesuai dengan kepentingan kedua belah pihak,” kata Kwon dalam pernyataan yang disiarkan kantor berita Korut, KCNA.
Rabu lalu, Kementerian Luar Negeri Korut juga mengeluhkan perpanjangan sanksi oleh Washington. Pyongyang menyebutnya sebagai tantangan langsung terhadap pertemuan puncak pertama antara Kim dan Trump di Singapura, tempat kedua pihak berjanji untuk meningkatkan hubungan.
Selain itu, Pyongyang juga meminta Seoul berhenti berusaha menengahi Pyongyang dan Washington, terutama saat Korut meningkatkan tekanannya kepada AS untuk menyusun proposal baru untuk menyelamatkan dialog denuklirisasi. Pernyataan itu merupakan kelanjutan dari ketidaksenangan Pyongyang terhadap Seoul dan Washington atas diplomasi yang macet. Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa Korut akan secara resmi meninggalkan perundingan. Indikasinya, relasi Kim dan Trump tetap baik, bahkan disebutkan hangat.