JAKARTA, KOMPAS – Industri asuransi umum diyakini tetap akan tumbuh dengan baik sejalan dengan pertumbuhan ekonomi tahun ini. Asuransi kendaraan bermotor menjadi lini bisnis asuransi umum yang menggambarkan kegiatan ekonomi masyarakat.
Hingga triwulan I-2019, sektor keuangan dan asuransi tumbuh 7,21 persen (yoy). Sementara pertumbuhan ekonomi tercatat 5,06 persen. Naik turunnya lini bisnis asuransi umum mencerminkan pertumbuhan sektor ekonominya, seperti asuransi kendaraan bermotor dan harta benda yang selalu mendominasi pangsa pasar asuransi umum.
CEO Adira Insurance Julian Noor mengatakan, lini bisnis asuransi umum seperti asuransi kendaraan bermotor, sangat terkait dengan kegiatan ekonomi masyarakat. “Ketika usaha bergerak maka asuransi juga akan bergerak,” kata Julian, Jumat (28/6/2019), di Jakarta.
Meski demikian, lanjut Julian, momen mudik lebaran yang biasanya mendorong penjualan kendaraan bermotor sehingga turut mengerek asuransi kendaraan bermotor tidak terjadi tahun ini. Masyarakat tampak seperti menahan diri membeli kendaraan bermotor, terutama roda empat.
Pertumbuhan asuransi kendaraan bermotor yang melambat terlihat dari penjualan kendaraan bermotor roda empat yang turun dari 330.000 unit pada triwulan I-2018 menjadi 315.000 unit pada triwulan I-2019 atau negatif 4,61 persen. Sementara, penjualan kendaraan bermotor roda dua justru mencatat pertumbuhan 20,99 persen dari 1,457 juta unit menjadi 1,763 juta unit.
Menurut Julian, penjualan kendaraan bermotor menjadi salah satu indikator kegiatan ekonomi di masyarakat yang kemudian berpengaruh pada asuransi kendaraan bermotor. Sebab, sebagian besar kendaraan bermotor dibeli secara kredit yang mewajibkan pembelian premi asuransinya.
Namun demikian, pihaknya optimistis ekonomi akan membaik sehingga penjualan kendaraan bermotor juga akan tumbuh mengikuti Gaikindo yang menargetkan penjualan 1,1 juta unit. Terlebih, faktor sosial politik karena adanya pemilu telah selesai. Faktor lainnya, terbangunnya infrastruktur berupa jalan tol juga dapat mendorong orang membeli kendaraan bermotor.
“Kendaraan roda empat kalau turun lebih berpengaruh ke asuransi kendaraan bermotor karena preminya lebih besar dibanding roda dua. Mungkin kehadiran transportasi daring juga membuat orang menahan diri tidak membeli kendaraan,” ujar Julian.
Agar tetap tumbuh dalam kondisi seperti ini, kata Julian, perusahaan asuransi kendaraan bermotor seperti Adira Insurance mesti meningkatkan layanan. Kemudahan klaim dengan mengandalkan aplikasi menjadi terobosan untuk menggaet nasabah.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody AS Dalimunthe mengatakan, premi asuransi kendaraan bermotor saat ini didominasi oleh polis Standar Asuransi Kendaraan Bermotor Indonesia (PSAKBI) yang merupakan kerjasama perusahaan asuransi dengan pihak pembiayaan (multifinance). Sedangkan bisnis yang berasal dari agen, baik dengan menggunakan PSAKBI maupun polis dengan risiko tambahan, tidak terlalu signifikan.
“Memang ada kenaikan premi musiman karena liburan lebaran, tapi secara nasional persentasenya belum dominan,” kata Dody.
Menurut Dody, jika pertumbuhan ekonomi baik sesuai estimasi pemerintah, maka semua lini bisnis asuransi umum juga akan mengalami pertumbuhan. Kontributor terbesar premi asuransi nasional masih berasal dari lini bisnis asuransi harta benda dan asuransi kendaraan bermotor.
Selain itu, bisnis asuransi ritel atau individual diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan. Bisnis ritel tersebut biasanya ada di lini bisnis asuransi properti, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan, asuransi kredit, serta asuransi aneka. Bisnis itu mencakup risiko yang sederhana atau yang terkait dengan aktivitas sehari-hari masyarakat seperti kecelakaan diri, kesehatan, dan kendaraan bermotor.
“Saat ini premi asuransi umum masih didominasi oleh risiko korporasi karena nilai pertanggungannya cukup besar dibandingkan risiko retail,” ujar Dody. (NAD)