Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah segera mencari penyebab utama dan solusi atas anjloknya harga ayam di tingkat peternak.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah segera mencari penyebab utama dan solusi atas anjloknya harga ayam di tingkat peternak. Ganjar juga meminta pendataan secara rutin dilakukan sehingga persoalan terkait kelebihan suplai tidak terjadi lagi.
Beberapa waktu belakangan, peternak ayam mengeluhkan anjloknya harga jual ayam di tingkat peternak. Harga ayam di tingkat peternak di Jateng dan DIY sekitar Rp 8.000 per kilogram merosot di bawah rata-rata harga pokok produksi (HPP) yakni Rp 18.000. Hal tersebut diduga terjadi karena adanya kelebihan pasokan bibit ayam atau ayam umur sehari (DOC).
“Harus diketahui dulu penyebab pasti penurunan harganya. Apakah karena adanya kelebihan suplai atau ada pihak yang bermain. Kalau hal itu sudah bisa diindentifikasi, maka peta jalan penyelesaian masalah ini bisa segera ditemukan,” kata Ganjar di Semarang dalam siaran resmi yang diterima, Jumat (28/6/2019).
Ganjar mengatakan akan segera mencari solusi agar para peternak tidak terus merugi. Menurutnya, hal yang harus segera dilakukan saat ini adalah pendataan. Sebab, melalui pendataan yang valid jumlah kebutuhan ayam, jumlah peternak, jumlah produksi ayam, dan peta penyaluran ayam bisa diketahui. Sehingga, persoalan kelebihan stok tidak akan terjadi.
“Kalau data tidak dipegang kelebihan suplai pasti akan terjadi dan persoalan harga jatuh akan terulang. Kalau memang kebanyakan, maka harus kita kurangi, kalau kelebihan terus apakah ada potensi ekspor ? Ada banyak alternatif kalau data sudah dipegang,” imbuh Ganjar.
Kalau data tidak dipegang kelebihan suplai pasti akan terjadi dan persoalan harga jatuh akan terulang. Kalau memang kebanyakan, maka harus kita kurangi, kalau kelebihan terus apakah ada potensi ekspor
Secara terpisah, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak Keswan) Provinsi Jateng Lalu M Syafriadi, Jumat malam mmengatakan, selama ini kewenangan pendataan berada di pemerintah kabupaten atau kota. Disnak Keswan Provinsi Jateng baru mendapat kewenangan pendataan pada pertengahan Juni lalu.
“Dengan diberikannya kewenangan pendataan kepada kami, data-data perusahaan ternak atau peternak terkait nama, alamat, jumlah kandang, serta kapasitasnya bisa kami hitung. Setelah data kami kuasai, kelebihan pasokan saya pastikan tidak akan terjadi lagi,” ucap Lalu.
Menanggapi terus merosotnya harga ayam di tingkat peternak, kementerian dan lembaga terkait beberapa waktu lalu mengadakan rapat koordinasi nasional yang menghasilkan sejumlah kesepakatan. Menurut Lalu, hal-hal yang disepakati dalam rapat tersebut adalah imbauan kepada para perusahaan pembibitan untuk melaporkan secara lengkap terkait kapan dan kemana saja penyaluran bibit ayam dilakukan.
Tak hanya itu, peternak-peternak besar juga tidak diperbolehkan menjual seluruh hasil produksinya ke pasar tradisional. Peternak besar diminta untuk memasarkan sebagian produknya ke pasar retail. Dengan begitu, kesempatan bagi peternak mandiri untuk memasarkan produknya ke pasar tradisional.
“Jika memang masih ada kelebihan suplai, langkah yang akan dilakukan adalah evaluasi peluang ekspor ayam,” imbuh Lalu.
Menurut pendataan yang dilakukan Disnak Keswan Jateng Juni 2019, jumlah peternak di Jateng sebanyak 4.704 peternak. Dari jumlah tersebut sebanyak 3499 merupakan peternak kemitraan dan sebanyak 1.205 peternak mandiri.
Lalu menambahkan, pupulasi peternak ayam di Jateng cukup tinggi karena iklim usaha peternakan di Jateng kondusif, sumber daya manusia melimpah, dan peminat daging ayam di Jateng terus meningkat.
Dimusnahkan
Di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah sekitar 27.000 bibit ayam dimusnahkan oleh Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Tegal untuk mengurangi jumlah bibit ayam yang ada. Puluhan ribu ayam yang dimusnahkan tersebut berasl dari dua perusahaan ternak yang berada di wilayah Margahayu, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal yakni PT Central Proteina Prima dan PT Super Unggas Jaya.
“Harga ayam yang jatuh di tingkat peternak saat ini disebabkan oleh produksi bibit yang melimpah di pasaran. Pemusanahan ini diharapkan bisa mengurangi produksi sehingga harga ayam di tingkat peternak bisa kembali normal,” kata Kepala DKPP Kabupaten Tegal Toto Subandriyo saat dihubungi dari Semarang, Jumat siang.
Menurut Toto, harga ayam di tingkat peternak di Kabupaten Tegal saat ini berkisar antara Rp 8.000 – Rp 10.000 per kilogram. Adapun untuk harga ayam di pasar-pasar tradisional di kabupaten Tegal sekitar Rp 30.000 per kilogram.
"Dalam posisi seperti ini pemerintah berdiri di tengah. Kami juga akan berupaya melindungi peternak saat kondisinya seperti ini," ujar Toto.
Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Jawa Tengah Pardjuni berharap pemerintah memangkas pembibitan sesuai dengan jumlah kebutuhan pasar, menentukan batas atas dan batas bawah harga bibit ayam, menertibkan peraturan terkait distribusi bibit ayam, dan melakukan pengawasan serta memberikan sanksi kepada perusahaan yang berpotensi menganggu iklim persaingan usaha.