Pengguna Transportasi di Maluku agar Tak Paksakan Diri
›
Pengguna Transportasi di...
Iklan
Pengguna Transportasi di Maluku agar Tak Paksakan Diri
Hujan dan angin kencang masih berpotensi melanda Maluku hingga bulan Agustus. Pengguna transportasi laut, darat, dan udara, termasuk nelayan tradisional, diminta selalu waspada dan tidak memaksakan bepergian di tengah cuaca buruk.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·2 menit baca
AMBON, KOMPAS — Hujan dan angin kencang masih berpotensi melanda Maluku hingga bulan Agustus. Pengguna transportasi laut, darat, dan udara, termasuk nelayan tradisional, diminta selalu waspada dan tidak memaksakan bepergian di tengah cuaca buruk.
Dari pantauan Kompas di Ambon pada Sabtu (29/6/2019), hujan beberapa kali mengguyur daerah itu mulai pagi hingga malam. Awan di langit Ambon juga pekat. Sesekali angin berembus kencang. Kondisi tersebut terjadi sejak Mei lalu. Secara periodik, wilayah itu sedang berada pada musim hujan, yang diperkirakan reda pada Agustus.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon lewat keterangan resminya melaporkan, selain Ambon, hujan juga berpotensi terjadi Maluku Tengah, Seram Bagian Timur, dan Buru Selatan. Suhu air laut yang cenderung hangat menjadi penyebab terbentuknya awan hujan di langit wilayah itu. Prakiraan tersebut berlaku hingga dua hari ke depan.
Angin kencang itu dipicu adanya tekanan rendah di Samudra Pasifik dan bagian timur Filipina.
Selain hujan, angin kencang dengan kecepatan hingga 45 kilometer per jam berembus dari arah tenggara hingga barat daya Maluku. Menurut prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Pattimura, Rion S Salman, angin kencang itu dipicu tekanan rendah di Samudra Pasifik dan bagian timur Filipina. Massa udara yang mengalir ke titik tekanan rendah melawati Maluku.
”Kondisi ini mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang di wilayah tersebut,” ujarnya.
Menurut Rion, tinggi gelombang antara 1 meter dan 3,5 meter berpeluang terjadi di hampir semua wilayah perairan Maluku. Wilayah di dekat Laut Arafura perlu lebih waspada karena tinggi gelombang diperkirakan mencapai 3,5 meter. Bahkan, ketinggian gelombang bisa mencapai dua kali lipat dari perkiraan tersebut.
Di Pelabuhan Rakyat Batumerah, Ambon, hanya ada satu kapal kayu yang berlabuh pada Sabtu siang. Kapal lain diperkirakan tertahan di pelabuhan asal akibat gelombang tinggi. Kapal yang biasanya berlabuh di tempat itu berasal dari Pulau Seram, Pulau Buru, dan Pulau Obi di Maluku Utara.
Kendati demikian, di sejumlah daerah, warga tetap nekat bepergian menggunakan perahu motor nelayan. Mereka pergi tidak melalui pelabuhan resmi. Banyak nelayan yang nekat melaut di tengah cuaca buruk. Selama beberapa hari terakhir, tim SAR menyelamatkan sejumlah nelayan yang dilaporkan hilang di Kepulauan Aru, Ambon, dan Buru.
Kepala Kantor Basarnas Ambon Muslimin mengimbau sejumlah warga dan nelayan agar tidak memaksakan diri berlayar atau melaut saat cuaca buruk. Jika terjadi kecelakaan atau hilang kontak, korban akan sulit ditemukan mengingat proses pencarian terkendala cuaca. Tidak semua tim SAR di kabupaten/kota di Maluku memiliki kapal dan peralatan yang memadai.