Konsumen otomotif kini memanfaatkan kanal-kanal media sosial untuk mencari ulasan dan komentar warganet terhadap suatu produk. Setelah mendapat informasi yang cukup, mereka baru datang ke ruang pamer atau dealer untuk uji coba atau membeli langsung.
Oleh
Karina Isna Irawan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pola perilaku konsumen otomotif berubah seiring dengan perkembangan teknologi digital. Sebagian konsumen kini mengandalkan media sosial untuk mendapat informasi dan ulasan produk. Media sosial juga terbukti memperluas pangsa pasar.
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara, di Jakarta, Sabtu (29/6/2019), mengatakan, potensi pangsa pasar otomotif di Indonesia cukup besar, tetapi belum tergarap optimal. Kondisi itu tecermin dalam rasio kepemilikan mobil dengan jumlah penduduk.
Mengutip data Gaikindo, rasio kepemilikan di Indonesia tahun 2018 hanya 87 mobil per 1.000 penduduk. Angka itu jauh lebih rendah dibandingkan dengan Thailand yang mencapai 230 mobil per 1.000 penduduk dan Malaysia dengan perbandingan 400:1.000.
Badan Koordinasi Penanaman Modal menyebutkan, penanaman modal dalam negeri (PMDN) di industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain pada 2018 sebesar Rp 1,836 triliun. PMDN itu terdiri atas 184 proyek. Adapun penanaman modal asing (PMA) sebesar 971,32 juta dollar AS yang terdiri atas 823 proyek.
”Potensi masih jauh dan bisa digarap, apalagi pola perilaku pembeli otomotif kini mengikuti perkembangan digital,” kata Kukuh dalam bincang pre-event Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2019 di Jakarta, Sabtu.
Menurut Fitra Eri, pebalap senior Indonesia yang juga content creator otomotif, perkembangan teknologi digital mengubah pola perilaku konsumen saat ini. Sebagian konsumen tidak datang langsung ke ruang pamer atau dealer untuk memperoleh informasi seputar kendaraan yang ingin dibeli.
Konsumen otomotif kini memanfaatkan kanal-kanal media sosial untuk mencari ulasan dan komentar warganet terhadap suatu produk. Setelah mendapat informasi yang cukup, mereka baru datang ke ruang pamer atau dealer untuk uji coba atau membeli langsung.
”Saat ini, sekitar 80 persen konsumen melihat terlebih dahulu ulasan di media sosial sebelum beli mobil atau kendaraan lain. Mereka datang langsung hanya untuk tawar harga,” kata Fitra.
Saat ini, sekitar 80 persen konsumen melihat terlebih dahulu ulasan di media sosial sebelum beli mobil atau kendaraan lain. Mereka datang langsung hanya untuk tawar harga.
Ia melanjutkan, kehadiran berbagai kanal media sosial berpengaruh signifikan terhadap pembelian produk otomotif. Konsumen dapat mengakses terkait keunggulan dan kelemahan produk otomotif kapan dan di mana pun. Akses informasi juga mudah dan murah.
Layanan daring
Perubahan pola perilaku pembeli otomotif salah satunya diamati Blibli.com. Menurut Senior Vice President Trade Partnership Blibli.com Lay Ridwan Gautama, kehadiran platform belanja daring bukan untuk menghancurkan ekosistem luring. Kedua layanan itu saling melengkapi di industri otomotif.
”E-dagang tidak hadir untuk merusak rantai pasok yang ada, tetapi untuk memperluas pangsa pasar,” kata Lay Ridwan.
Perkembangan teknologi digital terbukti mampu memperluas pangsa pasar. Di laman Blibli.com, kategori pembelian otomotif menduduki peringkat ke-6 dari 18 kategori yang ada. Konsumen tidak hanya membeli aksesori atau suku cadang, tetapi sepeda motor dan mobil secara fisik.
Menurut Lay Ridwan, tiga tahun lalu, pembelian sepeda motor melalui Blibli.com hanya berkisar 1-2 unit per bulan. Namun, sejak tahun 2018, pembelian sepeda motor bisa mencapai puluhan unit per bulan. Mereka tertarik membeli secara daring karena tersedia ulasan produk lengkap dan cicilan bunga 0 persen.
”Namun, lebih dari itu, media sosial dimanfaatkan karena konsumen merasa nyaman dan aman. Tidak dikejar-kejar tim pemasaran,” ucapnya.
Perkembangan teknologi dan perubahan pola perilaku konsumen menjadi salah satu sorotan GIIAS Ke-27 yang akan berlangsung 18-28 Juli 2019. Total ada 20 merek kendaraan penumpang yang akan dipamerkan untuk memuaskan rasa ingin tahu konsumen.