Warga Terpapar Abu PLTU
Abu sisa pembakaran batubara dan tumpukan limbah batubara dari aktivitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap Ombilin di Sawahlunto, Sumatera Barat, mencemari lingkungan.
SAWAHLUNTO, KOMPAS Abu yang bersumber dari aktivitas PLTU Ombilin di Desa Sijantang Koto, Kecamatan Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat, mengancam kesehatan warga. Sebagian warga di tiga desa yang dekat dengan lokasi pembangkit mengeluh batuk, sesak napas, dan iritasi mata.
Tiga desa yang paling terdampak abu PLTU Ombilin adalah Sijantang Koto, Salak, dan Talawi Hilir. Abu tidak hanya bersumber dari cerobong pembangkit, tetapi juga dari tumpukan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) sisa pembakaran batubara serta lalu lintas truk pengangkut batubara di dekat permukiman.
Eka Oktarizon (48), warga Sijantang Koto, mengatakan, abu dari aktivitas pembangkit yang berjarak kurang dari 1 kilometer dari rumahnya itu mengganggu kesehatannya. Eka sering batuk-batuk, terutama sejak terjadinya kebocoran abu pada cerobong pembangkit, dalam setahun terakhir.
”Hasil pemeriksaan dokter spesialis paru di RSUD Sawahlunto, September 2018, saya dinyatakan mengalami bronkitis. Kata dokter, karena abu. Saya lalu mengikuti terapi paru selama tiga minggu di RSUD,” kata Eka, Jumat (28/6/2019).
Zuhermi (48), warga Desa Talawi Hilir, yang rumahnya sekitar 2,6 kilometer dari PLTU Ombilin, mengatakan, turunnya abu di sekitar rumah berlangsung setiap hari. Abu yang keluar dari cerobong asap diterbangkan angin, lalu jatuh di permukiman hingga masuk ke rumah. Intensitasnya lebih tinggi pada malam hari.
Zuhermi mengkhawatirkan dampak abu terhadap kesehatannya. Ibu empat anak ini sering batuk dalam jangka panjang dan matanya perih kemasukan abu. Dalam dua minggu terakhir, batuk Zuhermi tidak kunjung sembuh.
Penapisan
PT PLN (Persero) Sektor Ombilin bersama Ikatan Dokter Indonesia Sawahlunto pernah melakukan penapisan terhadap 45 siswa kelas III dan IV SDN 19 Sijantang pada Desember 2016-Januari 2017. Sekolah dasar itu berjarak kurang dari 1 kilometer dari PLTU Ombilin.
Laporan hasil penapisan menyimpulkan, terdapat gangguan fungsi paru berupa obstruksi ringan pada 34 siswa atau 76 persen. Ada juga gambaran foto toraks kelainan paru bronkitis kronis dan tuberkulosis paru pada 34 siswa.
Selain itu, terdapat pula hubungan penurunan fungsi paru dan kelainan pada foto toraks dengan jarak tempat tinggal siswa yang kurang dari 1 kilometer dari PLTU dan kebiasaan tidak menggunakan masker saat keluar rumah. Terkait hasil itu, manajemen PLTU Ombilin menindaklanjuti dengan memberi nutrisi ekstra berupa susu dan telur bagi siswa SDN 19 Sijantang setiap dua minggu sekali.
Berdasarkan pantauan pada Kamis-Jumat (27-28/6), asap pekat membubung dari cerobong PLTU Ombilin. Asap diterbangkan angin ke sejumlah arah. Kurang dari 1 kilometer dari lokasi PLTU, abu turun dan udara di sekitarnya berkabut. Abu hitam yang masuk ke mata membuat perih. Napas juga terasa sesak akibat terpapar abu.
Sementara limbah B3 sisa pembakaran batubara (bottom ash) menggunung di kompleks PLTU Ombilin. Menurut Manajer Bagian Keuangan, SDM, dan Administrasi PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan Ombilin Ahmadi, jumlah tumpukan itu 190.000 ton. Baru sebagian kecil limbah itu ditutup terpal, sedangkan sisanya masih dibiarkan terbuka. Ketika angin kencang berembus, abu itu beterbangan.
Sementara itu, sebagian abu di jalan yang terbawa oleh roda truk pengangkut batubara masih beterbangan meskipun jalan sudah dibasahi. Di pinggir jalan, menumpuk abu hitam.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 28 Agustus 2018 memberi sanksi administrasi bagi PLTU Ombilin atas pelanggaran terkait pencemaran udara karena kerusakan alat penangkap abu dan pengelolaan limbah B3.
Perbaikan
Ahmadi mengatakan, perbaikan alat penangkap abu seharusnya sudah dilakukan April 2019. Peralatan yang akan diganti sudah ada sejak Februari 2019. ”Kami tidak bermaksud mengabaikan warga. Namun, karena kebutuhan sistem dalam menyambut Pemilu 2019 dan Ramadhan, perbaikan urung dilaksanakan,” katanya.
Menurut Ahmadi, PLTU Ombilin dengan kapasitas 200 megawatt menjadi andalan untuk listrik Sumbar. Sebanyak 40 persen pasokan listrik Sumbar akan terdampak jika dimatikan begitu saja.
Hasil pembicaraan Pusat Pengaturan dan Penyaluran Beban (P3B) dan PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan menyepakati, PLTU Ombilin prioritas diperbaiki dan pengoperasiannya akan dihentikan sementara pada Juli 2019. Terkait tumpukan limbah B3 di kompleks PLTU, manajemen mendapat izin pembuangan di lokasi PT Guguak Tinggi Coal (GTC) paling lambat satu hingga dua bulan ke depan.
”Selama ini limbah terpaksa kami tumpuk di kawasan PLTU karena tidak ada izin lokasi pembuangan. Sementara itu, pemanfaatan abu sisa pembakaran itu oleh tiga perusahaan yang bekerja sama dengan kami tidak cukup mengurangi tumpukan,” ujar Ahmadi. Untuk antisipasi jangka pendek, manajemen PLTU Ombilin akan menutup limbah itu dengan terpal. Namun, upaya itu tetap butuh waktu. (JOL)