Dari Mata Turun ke Perut
Lidah berdecak dan perut mendadak lapar! Itu hanya sebagian dampak dari melihat-lihat foto dan video tentang makanan di media sosial. Dampak lainnya, menunjang kegiatan usaha atau bisnis. Daya tarik makanan sebagai bisnis tak pernah mati.
Lidah berdecak dan perut mendadak lapar! Itu hanya sebagian dampak dari melihat-lihat foto dan video tentang makanan di media sosial. Dampak lainnya, menunjang kegiatan usaha atau bisnis. Daya tarik makanan sebagai bisnis tak pernah mati.
Nasi putih dan telur mata sapi bumbu kecap adalah perpaduan yang sederhana. Menu itu juga sering jadi menu andalan di rumah saat uang belanja mulai menipis.
Menu ini mendadak viral di Youtube. Dimulai dari youtuber khusus makanan jalanan khas Indonesia, Nex Carlos, yang mengunggah video ulasan menu itu di Pontianak, Kalimantan Barat, pada akhir Februari 2018. Di videonya, dia menjelaskan keramaian orang mengantre, cara pemilik warung memasak, dan kualitas rasa masakan. Video itu sampai sekarang tetap populer dan ditonton lebih dari 8 juta kali. Sebulan terakhir, pembicaraan mengenai video Nex Carlos masih bergema di jagat Youtube.
Jebolan MasterChef sekaligus pemilik bisnis makanan Sunny Fatday, William Gozali, mencoba menduplikasi. Dia memasak ulang menu itu dengan sedikit improvisasi, seperti menambahkan potongan daun bawang. Sampai hari ini, video itu ditonton sekitar 1,6 juta kali.
Kreator konten sekaligus koki muda Gerry Girianza tak ketinggalan menduplikasi menu nasi telur mata sapi dan kecap Pontianak itu sesuai gayanya.
Ulasan menu makanan di jagat maya memang sedang jadi tren dan barangkali akan selalu populer. Ada yang menyebut dengan istilah ”mukbang”. Semacam kosakata budaya populer untuk menjelaskan suasana makan makanan tertentu dan direkam dengan video.
Kreator konten makanan berformat video Youtube mempunyai kekhasan masing-masing. Ada yang mengkhususkan diri pada makanan jalanan, menu masak-memasak, kuliner nusantara, dan kuliner di aplikasi pesan antar. Ada pula kreator yang mengklaim ingin mengulas soal rasa. Biasanya, mereka memiliki akun media sosial sebagai sarana promosi.
Salah satu pengelola kanal ”Ken & Grat”, Kenneth Chandra, menuturkan, kehadiran konten membantu kreator meraup penggemar dan pasar. Mereka mengulas rasa makanan. Mi ayam sambel ulek di Jalan Meruya Utara, misalnya, yang tingkat kepedasannya hingga level 12.
”Penasaran, sepedas apa,” kata pasangan itu.
Ken & Grat dirintis sekitar 2016 oleh pehobi kuliner. Semula, konten dikerjakan sendiri, yang kini dikerjakan videografer seiring dengan popularitas yang melonjak. Kenneth mengatakan, mulai awal 2018, jumlah penonton yang berlangganan kanal Ken & Grat sebanyak 1 juta. Konten-konten yang diproduksi tersebut ada pesanan merek tertentu, tetapi ada pula hasil riset mereka sendiri. Setiap pekan, dia mengusahakan bisa mengunggah tiga judul.
Di jagat Instagram, ulasan mengenai makanan juga melimpah. Setiap kreator mempunyai karakter, misalnya ”Dari Halte Ke Halte”. Akun ini mengkhususkan diri mengulas tempat makan di sekitar halte.
Di jagat Instagram, ulasan mengenai makanan juga melimpah. Setiap kreator mempunyai karakter.
Bowo, salah satu HalteMin (sebutan untuk para admin dan pendiri akun), mengatakan, Dari Halte Ke Halte terinspirasi artikel di satu majalah perjalanan, Travel & Leisure, tentang tempat-tempat menarik di sekitar stasiun BTS, Bangkok, Thailand. Artikel itu sangat berguna dan jadi panduan ketika pergi ke Bangkok untuk pertama kali pada 2007. Saat itu sempat terpikir, jika transportasi umum di Jakarta sudah sebaik di Bangkok, panduan serupa bisa dibuat di Jakarta.
Kedua orang HalteMin gemar makan enak dan jalan-jalan, kemudian mengunggahnya di media sosial pribadi masing-masing. Selanjutnya, beberapa teman meminta HalteMin membuat akun khusus yang membahas rekomendasi tempat-tempat makan dan wisata menarik yang pernah dikunjungi.
”Kami berusaha menggali informasi tambahan dengan mengajak pemilik usaha atau pegawai untuk berbincang tentang hal-hal umum yang ingin diketahui orang. Terkadang, jika ada topik yang menarik untuk diangkat secara khusus, HalteMin akan riset lebih dalam untuk memperkaya materi tulisan. Misalnya, topik penggunaan kata tuli dan tunarungu seperti dalam pos tentang ’Sunyi Coffee and Hope’,” tuturnya.
Subyektif
Andre Binarto, kreator konten makanan dan destinasi wisata, berpendapat, ulasan kreator bersifat rujukan subyektif. Tidak semua masyarakat bisa cocok dan menjadikan konten buatan kreator sebagai bagian dari perjalanan kuliner. Masyarakat harus benar-benar mencari hingga bisa menemukan rekomendasi yang sesuai.
Andre mulai memproduksi konten makanan di Instagram secara profesional sejak 2013. Langkah itu rupanya tidak disengaja karena kebetulan Andre bekerja sebagai pembuat konten kreatif di perusahaan kuliner. Kini ia memiliki 13.000 pengikut.
”Kebetulan, aku suka kulineran. Jadi, saat membuat konten, aku sekalian berwisata,” ucapnya.
Lain lagi cerita Dian A Ramadhani yang sehari-hari bekerja sebagai tenaga komunikasi pada perusahaan telekomunikasi di Jakarta. Kendati bukan seorang kreator konten, Dian kerap mengunggah foto atau video makanan yang dirasa unik.
Manpalagupta Sitorus, koki di usaha es krim Eskimomo, memandang, kehadiran kreator konten makanan di Youtube dan media sosial memengaruhi industri kuliner di Tanah Air.
Communications Manager Google Indonesia Feliciana Wienathan menyebutkan, per Maret 2019, kanal Youtube dengan jumlah pengikut 100.000 sudah mencapai 2.500 kanal. Jumlah ini meningkat tiga kali lipat dalam setahun. Pada Maret 2019, ada 200 kanal yang memiliki 1 juta pengikut. Jumlah ini naik empat kali lipat dalam setahun. Dia berpendapat, realitas itu mencerminkan banyaknya warga Indonesia yang memiliki bakat dan potensi.
Pada Maret 2019, ada 200 kanal yang memiliki 1 juta pengikut. Jumlah ini naik empat kali lipat dalam setahun. Realitas itu mencerminkan banyaknya warga Indonesia yang memiliki bakat dan potensi.
Perihal kanal yang berkaitan dengan makanan, Youtube Indonesia mencatat, ada lebih dari 6.000 kanal per Maret 2019. Jumlah pengikut kanal semacam itu selalu meningkat. Pada 2016-2017, misalnya, jumlah pengikutnya naik lebih dari lima kali lipat. Tren ini berlanjut sampai sekarang. Kanal yang kreatornya konsisten dengan tema yang ditampilkan biasanya memiliki banyak pengikut.
”Munculnya beragam kategori atau subkategori konten di Youtube, tak hanya makanan, menunjukkan kekayaan kreativitas orang Indonesia. Kami tidak membedakan kreator perusahaan, media, atau individual. Kami melihat mereka sebagai mitra yang setara. Oleh karena itu, kami mempunyai tim untuk mendukung aktivitas kreator,” ujar Feliciana.
Lima tahun lalu, Google sudah menyadari bahwa konten makanan di layanan Youtube akan berpengaruh besar terhadap ekosistem industri kuliner. Bersama lembaga riset komunikasi Millward Brown Digital dan Firefly, Google menganalisis data Youtube dan menyurvei konsumen tentang pola menonton mereka. Hasilnya, hampir setengah orang dewasa berusia 18-34 tahun atau kaum milenial menonton 30 persen lebih banyak konten makanan di Youtube dibandingkan dengan kelompok umur lain.
Pencinta makanan milenial adalah konsumen loyal yang mendukung 280 persen pertumbuhan pengguna berlangganan kanal makanan di Youtube dari tahun ke tahun. Mereka cenderung mengonsumsi konten makanan saat bepergian. Hal ini sejalan dengan 75 persen penonton yang mengakses Youtube dari ponsel pintar.
Dari penelitian itu, diketahui bahwa sejumlah merek bisnis makanan menemukan kesuksesan dari tontonan masyarakat di Youtube. Dengan cara itu, pemilik merek bisnis bisa menyelaraskan strategi media mereka.
Perkembangan kreator makanan yang pesat tidak berhenti di Youtube. Google mempunyai layanan Google Local Guide yang memungkinkan komunitas warga secara global menulis ulasan dengan kategori konten apa pun. Fitur yang terhubung langsung dengan Google Maps juga membolehkan warga berbagi foto lokasi, menjawab pertanyaan, menambah atau mengedit tempat, dan memeriksa fakta. Jutaan orang sudah memanfaatkan layanan Google Local Guide, baik untuk referensi ke mana harus pergi, apa yang harus dilakukan, bahkan menyampaikan ulasan. Beberapa di antara kontributor Google Local Guide di Indonesia mengkhususkan diri mengulas makanan lokal di sekitar tempat tinggal mereka.
Communications Manager Instagram Asia Pasifik Putri Silalahi mengatakan, Instagram melihat perubahan budaya terkait cara orang mengekspresikan diri dan berbagi minat. Saat ini, dengan kehadiran internet, siapa pun bisa menemukan, membangun, mengedukasi, dan menciptakan komunitas berdasarkan minat masing-masing, termasuk makanan.
Dia mengakui, Instagram turut berperan mengubah cara orang menikmati, mempromosikan, dan mengembangkan bisnis makanan. Dalam beberapa tahun terakhir, pencinta makanan mengembangkan kreativitas di luar dapur dan mulai bereksperimen dengan memanfaatkan dunia dalam jaringan.
Instagram sebagai platform visual menyediakan tempat yang menyenangkan dan kreatif bagi individu atau merek untuk mengekspresikan diri melalui makanan yang bisa menggugah selera makan orang lain. Hingga kini, Instagram mencatat lebih dari 340 juta unggahan yang menggunakan tanda tagar #food.
”Dalam kehidupan sehari-hari, sebagian besar orang menggunakan mata untuk menikmati makanan, melihat beragam visual makanan yang menarik menjadi hal yang penting. Istilah populernya adalah instagramable. Berdasarkan data Maru/Matchbox 2017, sekitar 69 persen generasi milenial mengambil foto atau video makanan sebelum mereka menyantapnya,” ucap Putri.
Menurut dia, pengulas makanan, bloger, pembuat roti, atau penata makanan bertemu dan membangun koneksi dengan komunitas mereka melalui konten di Instagram. Melalui Instagram, langkah menciptakan bisnis berdasarkan minat terhadap dunia kuliner bukan lagi impian. Beragam fitur Instagram membuat pencinta kuliner dapat menemukan konten kuliner menarik yang sesuai dengan minat mereka.
Dalam kehidupan sehari-hari, sebagian besar orang menggunakan mata untuk menikmati makanan, melihat beragam visual makanan yang menarik menjadi hal yang penting.
Dia lantas mencontohkan akun Vicky Yuwono (@vickyyuwono) yang memulai karier sebagai food influencer dari hobinya mem-posting foto makanan dari restoran dan kafe yang dia kunjungi di Instagram. Adapun akun @dulcetpatisserie adalah akun bisnis kue yang didirikan kakak beradik Karina Mecca dan Keshia Deisra pada 2011. Dulcet Patisserie menggunakan fitur yang memudahkan konsumen melihat variasi kue yang tersedia. Sementara Fitria Anindita, pemilik akun Instagram @byanind, menggunakan akunnya untuk memperluas pasar dan mengedukasi konsumen soal pembuatan saus mentai, shirataki, dan ikan salmon.
Co-Founder dan CEO Qraved Steven Kim berpendapat, internet dan layanan seluler berpengaruh besar terhadap ekosistem industri makanan. Berawal dari kehadiran Youtube dan media sosial, kreator makanan menghasilkan pendapatan dan memikat pemilik merek bisnis makanan. Selanjutnya, diikuti kehadiran penyedia platform konten gaya hidup kuliner.
”Opsi memperoleh paparan informasi makanan menyebar lebih cepat dan mudah,” kata Steven.
Qraved adalah singkatan dari Quality dan Craved. Dia menjelaskan, cara kerja aplikasi Qraved menggunakan foto, video, dan artikel di seluruh aplikasi Instagram, Facebook, dan Youtube untuk menginspirasi orang-orang agar mudah mengambil keputusan terkait makan. Qraved dirintis sekitar 2013.
Memasuki triwulan II-2019, Qraved telah berkembang menjadi perusahaan rintisan teknologi solusi makanan dan minuman secara menyeluruh. Artinya, Qraved menyediakan kebutuhan konten ulasan makanan, pemasaran influencer, manajemen media sosial, pemasaran bisnis makanan lokal, dan promosi.
”Tahun 2000-an, orang hanya menemukan pilihan kuliner baru melalui media massa atau grup percakapan di aplikasi Blackberry Messenger. Tidak ada visual menarik, info ulasan, dan konten promosi. Sekarang, situasinya sangat berbeda,” ujar Steven.