Setelah sempat tidak melayani penerbangan apa pun, Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka kembali mengudara, Minggu (30/6/2019). Fasilitas pendukung mendesak dilengkapi.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
MAJALENGKA, KOMPAS — Setelah tidak melayani penerbangan apa pun, Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka kembali mengudara, Minggu (30/6/2019). Kertajati akan mengoperasikan rute penerbangan ke 12 kota yang merupakan rute pindahan dari Bandara Internasional Husein Sastranegara, Bandung. Namun, fasilitas pendukung mendesak dilengkapi.
Pemindahan rute perdana di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati dilakukan maskapai AirAsia untuk rute Denpasar-Kertajati yang mendarat sekitar pukul 08.00. Pesawat jenis Airbus A320 itu membawa 133 penumpang dengan tingkat keterisian 72,22 persen.
Selanjutnya, pukul 08.35, pesawat itu lepas landas dari Kertajati ke Denpasar. Adapun tingkat keterisian tempat duduk mencapai 78,33 persen atau 143 penumpang. Sebelum berangkat, penumpang mendapatkan minuman teh dalam kemasan gratis yang dibagikan oleh PT BIJB, badan usaha milik daerah Jabar pengelola Kertajati.
Executive General Manager Angkasa Pura II Cabang BIJB Kertajati Ibut Astono mengatakan, tingkat keterisian penumpang yang mencapai lebih dari 70 persen menunjukkan penumpang berminat terbang dari Kertajati. ”Kami berharap jumlah ini terus meningkat untuk rute lainnya,” ujarnya.
Penerbangan Denpasar-Kertajati dan sebaliknya merupakan salah satu rute penerbangan ke 12 kota yang dipindahkan dari Bandara Husein Sastranegara oleh Kementerian Perhubungan. Kertajati-Denpasar menurut rencana terbang enam kali dalam sehari.
Rute lainnya menuju Surabaya dengan empat penerbangan, Medan dengan tiga penerbangan, Palembang serta Pekanbaru masing-masing dua penerbangan. Adapun Makassar, Padang, Pontianak, Banjarmasin, Balikpapan, Batam, dan Lombok hanya sekali penerbangan sehari.
Maskapai yang beroperasi adalah AirAsia, Citilink, Garuda Indonesia, Lion Air, dan Xpress Air. Terdapat 48 frekuensi pergerakan pesawat baik yang mendarat maupun lepas landas dari pukul 06.00 hingga pukul 21.00 setiap hari. Penerbangan itu telah mendapatkan izin dari Kementerian Perhubungan per Senin (1/7/2019).
”Tetapi, waktu beroperasinya tergantung maskapai. AirAsia untuk rute ke Surabaya, misalnya, mulai efektif 1 Agustus. Besok (Senin), ada 17 penerbangan atau 34 pergerakan pesawat di Kertajati,” ujar Ibut.
Ibut optimistis jumlah maskapai, frekuensi penerbangan, bahkan rute berpotensi bertambah. Selain landas pacu sepanjang 3.000 meter yang cocok untuk pesawat berbadan besar seperti pesawat jenis Beoing 777, Kertajati juga memiliki apron untuk 22 pesawat.
Sejak diresmikan Presiden Joko Widodo pada 24 Mei 2019, Kertajati sempat melayani sejumlah rute domestik, seperti Surabaya, Semarang, Balikpapan, dan Jakarta, bahkan umrah ke Madinah, Arab Saudi. Namun, rute itu sepi peminat. Bahkan, sejak 21 Mei 2019, bandara seluas 1.800 hektar itu tidak melayani penerbangan apa pun.
”Ini tidak akan terjadi lagi karena rute dari Bandara Husein telah dipindahkan ke Kertajati,” ujarnya. Pemindahan itu berpotensi menambah jumlah penumpang di Kertajati hingga 2 juta orang per tahun. Layanan kargo domestik dengan gudang sekitar 4.500 meter persegi juga siap beroperasi.
Minim sosialisasi
Untuk membantu akses menuju Kertajati, terdapat 12 moda transportasi, termasuk angkutan dalam jaringan. ”Calon penumpang dapat memanfaatkan bus Damri secara gratis selama sebulan. Untuk moda lainnya, kami telah memberikan diskon rata-rata 30 persen. Ini berlaku selama dua bulan,” ujar Direktur PT BIJB M Singgih.
Calon penumpang dapat memanfaatkan bus Damri secara gratis selama sebulan. Untuk moda lainnya, kami telah memberikan diskon rata-rata 30 persen. Ini berlaku selama dua bulan. (M Singgih)
Meski demikian, belum semua penumpang mengetahui informasi itu. ”Saya enggak tahu ada bus gratis. Saya naik travel dari Bandung ke Kertajati dengan biaya Rp 100.000,” ujar Rati Indahsari (21), wisatawan asal Denpasar yang sempat berlibur ke Bandung. Informasi pemindahan rute baru ia dapatkan Rabu lalu.
Agung Purnomo (57), warga Bandung yang mengantar keluarganya terbang dari Kertajati, berharap, Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan atau Cisumdawu segera rampung agar waktu tempuh ke Kertajati menjadi 45 menit. Saat ini, waktu tempuh Bandung ke Kertajati berkisar 2,5 jam sampai 3 jam.
”Namun, ini lebih baik dibandingkan dengan harus ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Bisa sampai lima jam,” ujarnya. Agung juga meminta pengelola Bandara Kertajati memastikan tidak ada taksi ”gelap” yang mematok harga tinggi dan merugikan penumpang.
Di sisi lain, fasilitas pendukung bandara mendesak dilengkapi. Dengan luas terminal 96.280 meter persegi, baru terdapat 10 tenant, termasuk sebuah lounge untuk penumpang. Rumah sakit yang memadai belum ada di sekitar bandara. Hotel bintang tiga terdekat berjarak sekitar 30 kilometer dari bandara. Hotel berbintang lainnya berada di Cirebon, sekitar 64 kilometer dari bandara.
Komisaris PT BIJB Muhamad Arifin mengatakan, sejumlah investor berencana membangun hotel dan properti di sekitar bandara. ”Saya yakin, satu dua tahun ke depan, fasilitas tersebut sudah ada. Apalagi, Kertajati akan diintegrasikan dengan Cirebon dan Pelabuhan Patimban di Subang. Tol Cisumdawu juga rampung tahun depan,” ujarnya.