Warga Lakukan Berbagai Upaya untuk Dapatkan Air Bersih
›
Warga Lakukan Berbagai Upaya...
Iklan
Warga Lakukan Berbagai Upaya untuk Dapatkan Air Bersih
Kondisi tanah, alam, dan posisi sumber air yang jauh dari kawasan permukiman, menyebabkan sebagian warga di Kabupaten Magelang dan Temanggung, Jawa Tengah, terus menerus menjadi daerah langganan krisis air di setiap musim kemarau. Warga setempat berusaha menyikapi kondisi itu lewat berbagai upaya untuk mendapatkan air. Namun, pada akhirnya upaya tersebut tetap gagal.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Kondisi tanah, alam, dan posisi sumber air yang jauh dari permukiman menyebabkan sebagian warga di Kabupaten Magelang dan Temanggung, Jawa Tengah, terus dihajar krisis air setiap kemarau. Warga melakukan berbagai upaya, tetapi akhirnya tetap saja gagal.
Di Kabupaten Temanggung, masalah air itu antara lain dialami Desa Tlogocang di Kecamatan Kandangan. Selama lebih dari 25 tahun, krisis air selalu menjadi masalah rutin yang dihadapi Desa Tlogopucang setiap musim kemarau.
Ahmad Sofi, anggota komunitas Ekosistem Sosial Dusun (Eksodus) Temanggung, mengatakan, kesulitan air bersih terjadi karena sumbernya jauh dari permukiman warga. Dia mencontohkan, Dusun Kartomargomulyo sebenarnya memiliki empat sumber air mata air. Namun, tiga diantaranya berada lebih dari 1 kilometer jauh di bawah kawasan permukiman penduduk. Satu mata air yang berada di dekat permukiman hanya memiliki debit air yang sangat kecil dan bahkan cenderung kering saat kemarau.
Menurut dia, warga pun sulit mengandalkan cadangan air tanah. Di kawasan permukiman karena kondisi tanah yang berpasir sehingga sulit menyimpan air.
Menyikapi kondisi itu, pada September 2018, Sofi bersama sejumlah rekan dan warga Dusun Kartomargomulyo, Desa Tlogopucang, sempat membangun alat penjaring embun. Alat ini terinspirasi dari penjaring embun di Etiopia dan Nepal, yang dikenal dengan nama Warka Water Tower.
Pembangunan alat menggunakan dana iuran warga dan sukarelawan pembuatnya, sekitar Rp 3 juta. Hasil tetesan embun itu baru direncanakan akan ditampung dengan terpal atau gerabah besar. Namun, sebelum terlaksana, sekitar tiga bulan lalu, alat anyaman bambu itu roboh dimakan rayap. Sofi mengakui proses pembangunan tidak memakai bahan anti rayap.
Sejumlah pihak pun sempat membantu membangun bak penampungan dan membangun instalasi air. Namun, pada akhirnya proyek itu berhenti karena keterbatasan dana bantuan yang diberikan. Oleh karena itu, Sofi mengatakan, pada akhirnya, saat ini, warga Dusun Kartomargomulyo tetap kembali pada kondisinya yang sama seperti 25 tahun yang lalu.
”Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, untuk mencukupi kebutuhan air bersih, warga hanya bisa mengandalkan bantuan air bersih dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Temanggung,” ujarnya.
Pelaksana Tugas Kepala BPBD Kabupaten Temanggung Gito Walngadi mengatakan, Desa Tlogopucang rutin mengalami krisis air bersih. Minggu ini, BPBD akan mulai menyalurkan bantuan air bersih bagi lima dusun di desa itu.
Kegagalan serupa dialami Tofan (43), warga Desa Tanjungsari, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Rutin mengalami masalah air bersih di setiap musim kemarau, maka tahun lalu, dia pun berupaya memperdalam sumur miliknya. Dari sebelumnya 15 meter menjadi 17 meter.
Akan tetapi, upaya itu tidak membuahkan hasil. Pada lapisan 2 meter, di bawah dia justru menemukan lapisan batuan keras, tanpa ada sumber air di dalamnya. Dengan kondisi itu, di musim kemarau tahun ini dia berencana melakukan hal yang biasa dilakukan sebelumnya, membeli air galon isi ulang.