Faktor Eksternal dan Internal Bikin Bursa Saham Bergairah
›
Faktor Eksternal dan Internal ...
Iklan
Faktor Eksternal dan Internal Bikin Bursa Saham Bergairah
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Bursa saham dalam negeri bergairah seiring berkurangnya ketidakpastian perekonomian domestik dan global. Periode positif ini bahkan diprediksi akan mendominasi jalannya paruh kedua tahun 2019.
Dari dalam negeri, kepastian politik hadir setelah Mahkamah Konstitusi menolak gugatan sengketa Pemilihan Presiden 2019, dan Komisi Pemilihan Umum resmi menetapkan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia terpilih periode 2019 - 2024.
Sementara itu, dari sisi global, babak baru perundingan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China pun dimulai setelah kedua negara mencapai kesepakatan awal pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Osaka, Jepang. Hasilnya, Presiden AS Donald Trump menunda pemberlakuan tarif tambahan terhadap impor China senilai 300 miliar dollar AS dan kedua negara setuju melanjutkan negosiasi.
Kedua sentimen positif tersebut memberikan tenaga terhadap penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin (1/7/2019), yang ditutup menguat 21,05 poin atau 0,33 persen ke level 6.379,88.
Investor asing pada perdagangan hari ini sudah kembali mencatatkan aksi beli bersih dengan nilai mencapai Rp 761 miliar. Sejak awal Januari 2019 hingga hari perdagangan terakhir, tercatat investor asing melakukan aksi beli bersih mencapai Rp 69,55 triliun.
Investor asing pada perdagangan hari ini mencatatkan aksi beli bersih dengan nilai mencapai Rp 761 miliar
Kepala Riset Narada Asset Management, Kiswoyo, mengatakan sinyal perbaikan kondisi geopolitik global yang diikuti dengan potensi penurunan suku bunga The Fed akan memberikan sentimen positif bagi laju IHSG.
“Negosiasi AS-China sebenarnya hanya sentimen jangka pendek, sifatnya temporer. Penurunan suku bunga acuan The Fed yang sebenarnya bisa menjadi sentimen jangka panjang untuk menjaga penguatan IHSG sampai akhir tahun,” ujarnya.
Sepanjang semester I-2019, IHSG tumbuh 2,65 persen ke level 6.358,62. Dorongan kenaikan indeks terjadi setelah pemilihan umum rampung dan Standard & Poor’s (S&P) menaikkan peringkat investasi Indonesia ke level BBB.
Jika Bank Sentral AS, The Fed, menurunkan suku bunga yang saat ini berada di kisaran 2,25 persen - 2,5 persen, maka menurut Kiswoyo, aliran dana akan kembali mengisi pasar-pasar negara berkembang termasuk Indonesia.
Negosiasi dagang antara AS-China, menurut Kiswoyo, memang belum mengindikasikan aksi berbalas pengenaan tarif impor itu berhenti. Namun untungnya, sentimen perang dagang saat ini sudah tidak lagi terlalu mengganggu perspektif investor dalam melakukan transaksi efek.
Head of Research Samuel Sekuritas, Suria Dharma, menambahkan selain faktor eksternal, pergerakan IHSG bakal disokong oleh potensi kinerja emiten yang lebih baik pada paruh kedua tahun ini. Dia memperkirakan, profitabilitas emiten akan meningkat dengan naiknya laba per saham sekitar 11 persen pada tahun ini.
“Pada semester II-2019, saham-saham di sektor perbankan, konstruksi, properti, dan telekomunikasi masih akan menjadi buruan para investor,” ujarnya
Selain faktor eksternal, pergerakan IHSG bakal disokong oleh potensi kinerja emiten yang lebih baik pada paruh kedua tahun ini
Sementara dari situasi politik dalam negeri, investor masih mencermati susunan kabinet yang dibentuk oleh Presiden Joko Widodo pada periode kedua pemerintahannya.
Di samping itu, semester II-2019 dinilai akan menjadi periode yang tepat bagi para calon emiten untuk melakukan initial public offering (IPO) menjadi perusahaan tercatat di pasar modal.
Bursa Efek Indonesia (BEI) memasang target 75 perusahaan akan melakukan IPO tahun ini. Dari awal tahun hingga kini telah tercatat 18 perusahaan yang melantai di pasar modal.
“Laju IHSG akan menguat pada semester II-2019 seiring dengan dimulainya ekspansi para emiten,” kata Suria.
Optimisme analis pasar modal sejalan dengan keyakinan otoritas pasar modal. Direktur Utama BEI Inarno Djajadi optimistis dari sisi internal, jalannya pemilu yang damai dan kondusif membuat pelaku pasar modal semakin percaya diri. Justru menurut dia, faktor eksternal menjadi tantangan bagi pertumbuhan pasar modal.
“Dari segi transaksi saham, dari pemilu 2004, 2009, sampai terakhir 2014, trennya positif semua. Faktor eksternal, misalnya kelanjutan perang dagang AS-China, masih jadi faktor yang memengaruhi pergerakan saham,” ujarnya pekan lalu.