Tim lintas sektoral masih berupaya keras mengatasi kejadian luar biasa hepatitis A di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Hingga Senin (1/7/2019), jumlah warga penderita mencapai 975 orang. Angka itu merupakan akumulasi jumlah warga yang terserang hepatitis A sejak kasus pertama kali ditemukan pada Rabu (8/5/2019).
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
PACITAN, KOMPAS – Tim lintas sektoral masih berupaya keras mengatasi kejadian luar biasa hepatitis A di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Hingga Senin (1/7/2019), jumlah warga penderita mencapai 975 orang. Angka itu merupakan akumulasi jumlah warga yang terserang hepatitis A sejak kasus pertama kali ditemukan pada Rabu (8/5/2019).
Bupati Pacitan Indartato yang dikonfirmasi dari Surabaya mengatakan, penanganan hepatitis A sejak kasus pertama kali ditemukan dilaksanakan secara lintas sektoral. Ada peran Kementerian Kesehatan (pemerintah pusat), Pemprov Jatim, tim kesehatan TNI/Polri, dan kampus.
“Karena jumlah kasus amat banyak kami menetapkannya sebagai kejadian luar biasa,” kata Indartato.
Dengan penetapan status KLB itu, penanganan hepatitis A dapat ditempuh dengan maksimal melalui tim lintas sektoral. Pengendalian penyakit sehingga tidak berdampak fatal atau meluas diklaim ada perbaikan. Salah satu parameternya tidak terjadi lonjakan jumlah warga yang terserang hepatitis A dalam masa inkubasi virus penyakit tersebut kurun sebulan terakhir.
Menurut catatan Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan, Sabtu (22/6/2019) jumlah penderita di kisaran 200 orang. Senin (24/6/2019) terjadi lonjakan jumlah penderita menjadi 520 orang. Lonjakan masih terjadi dimana kondisi pada Kamis menjadi 721 orang, Jumat menjadi 824 orang, dan Sabtu menjadi 924 orang. Tren lonjakan berakhir pada Minggu meski tetap ada penambahan jumlah warga terserang hepatitis A yakni menjadi 957 orang. Senin atau kondisi terkini, jumlah penderita 975 orang.
“Ada tren penambahannya melandai. Ini salah satu indikator pengendalian hepatitis A ada hasilnya,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Jatim Kohar Hari Santoso.
Petugas Surveilans Puskesmas Sudimoro Sudikdo yang dihubungi dari Surabaya mengatakan, sampai Senin petang, warga yang masih harus dirawat inap akibat hepatitis A ada dua orang.
Kecamatan Sudimoro merupakan wilayah dengan jumlah penderita terbanyak. Sejak Kamis (13/6), jumlah warga yang terserang hepatitis A mencapai 544 atau lebih dari separuh penderita. “Kami sedang meneliti untuk mencari dari mana sumber virus itu,” ujar Sudikdo.
Ada tren penambahannya melandai. Ini salah satu indikator pengendalian hepatitis A ada hasilnya
Enny (45), warga Pacitan, yang dihubungi dari Surabaya mengatakan, saat ini sedang musim hajatan pernikahan di Bumi 1001 Goa, julukan kabupaten di Jatim barat daya yang berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah) itu. “Saya merasa lemas setelah menikmati hidangan di salah satu acara pernikahan. Setelah diperiksa ternyata kena hepatitis A dan harus istirahat,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan Eko Budiono mengatakan, ada sembilan kecamatan yang terindentifikasi menjadi sebaran “sakit kuning”, sebutan lain untuk hepatitis A. Wilayah dimaksud ialah Arjosari, Bubakan, Ngadirojo, Ketrowonojoyo, Sudimoro, Sukerejo, Tegalombo, Tulakan, dan Wonokarto.
Menurut Eko, kasus pertama diketahui terjadi dan ditangani oleh Puskesmas Sudimoro. Serangan hepatitis A kemudian meluas dan menjangkau Ngadirojo, Tulakan, Arjosari, dan Tegalombo. Selanjutnya meluas lagi hingga jumlah penderita mendekati angka 1.000 orang itu.
Tim lintas sektoral masih terus menerapkan tata kelola pasien dan pengendalian serta penangana penyakit. Petugas dikirim ke satuan permukiman untuk penyuluhan dan pemantauan sumber-sumber air dan konsumsi masyarakat terhadap air. Kaporit dan cairan disinfektan juga dibagikan untuk menjaga kebersihan sumber air dan tangan masyarakat.
Tim juga terus menerus mengingkatkan publik agar tidak buang air besar sembarangan, mencuci tangan dengan bersih memakai sabun setelah buang hajat dan beraktivitas serta terutama sebelum makan minum. Air minum harus dari sumber yang dipastikan bersih dan murni. Itu pun perlu dimasak hingga mendidih. Jangan membuang popok sembarangan apalagi ke daerah-daerah berair. “Jaga kebersihan di kawasan sumber air,” kata Eko.