Julie Hawkins, Badai Tua dari Louisiana
“Hurricane” atau “badai” adalah julukan yang disematkan sebagai nama tengah Julie Hawkins, nenek berusia 103 tahun ini. Bukan tanpa alasan. Dia perempuan tertua yang bisa merampungkan adu lari 50 meter dan 100 meter sekaligus di ajang National Senior Games di Albuquerque, New Mexico, AS, pekan lalu. Apa resepnya?
Dua tahun lalu, Julia menorehkan catatan waktu 39,62 detik di nomor lari 100 meter di ajang National Senior Games, ajang olahraga multicabang untuk atlet berusia 50 tahun ke atas. Itu adalah waktu tercepat yang pernah dicapai atlet di atas 100 tahun. Julia menorehkan rekor.
Pada Selasa (18/6/2019) lalu, dia kembali berlari di nomor yang sama. Catatan waktunya enam detik lebih lambat dibandingkan rekor terdahulunya. Dia tak kecewa. “Ingat, sekarang aku dua tahun lebih tua,” katanya, seperti yang ditulis The New York Times edisi 20 Juni 2019.
Sehari sebelumnya, Julia ambil bagian di nomor lari 50 meter. Catatan waktunya 21,06 detik. Semula Julia akan beradu cepat melawan Hollyce Kirkland, pelari berusia 100 plus lainnya dari Tennessee. Sayangnya, Hollyce cedera sehingga terpaksa mundur dari kompetisi. Jadinya, Julia bertarung melawan dirinya sendiri.
Julia belum lama menekuni olahraga lari. “Mulai usia 100 tahun. Sebelumnya aku beberapa kali ikut Olimpiade Senior cabang bersepeda. Lalu aku merasa terlalu tua untuk menanjak dengan sepeda, dan kesusahan menggunakan peralatannya. Lalu aku mulai berlari. Pertama aku mencoba lari jarak 50 meter. Ternyata menyenangkan dan aku jatuh cinta pada lari,” katanya.
Ajang National Senior Games adalah kompetisi tingkat nasional pertama Julia di cabang lari. Tapi sejak 1995, dia ikut lomba sepeda berbagai kejuaraan, dan sering merebut medali emas. Rivalnya yang sama-sama menua berhenti berlomba. Julia “terpaksa” ikutan berhenti juga karena tidak punya pesaing di kategorinya.
Kegemaran baru itulah yang membuatnya mendapat julukan “wanita badai”. Di tempat tinggalnya, daerah Baton Rouge, Louisiana, angin kencang adalah fenomena alam yang sering mendera. Dampak dari fenomena itu cukup buruk. Makanya, Julia tak terlalu senang dengan julukan itu. Dia lebih suka dipanggil “flower lady” karena sering menyematkan setangkai bunga ketika lari. “Kalau orang lain merasa panggilan itu menggemaskan, ya, aku ikut senang,” ujarnya.
Mengurus bunga dan bonsai—sebagian berumur 50 tahun—adalah kegiatannya setiap hari di halaman belakang rumahnya yang ia bangun bersama mendiang suami pada 1949. Kaki-kakinya kokoh karena sering bersepeda. Dering telepon dari dalam rumah membuatnya sering lari tergopoh-gopoh setiap kali ia sedang berkebun.
Setelah berhenti bersepeda, Julia tekun berlatih lari di jalanan depan rumahnya. Putranya memasang pita tanda jarak 50 meter dan 100 meter. Mana kala Julia berniat latihan, dia tinggal berlari bolak-balik di jalur yang telah ditandai itu.
Di artikel Runner’s World edisi 24 Maret 2017, Julia menuturkan bahwa dirinya tak pernah berlatih lari secara formal. “Aku tidak pernah punya pelatih. Setiap mendekati hari perlombaan, aku berlari setiap hari, dan menjaga kebugaran,” katanya. Satu hal pasti, ia tak pernah melupakan latihan peregangan.
Setiap mendekati jadwal lomba, Julia mulai menghitung catatan waktu setiap latihan. Hal ini tak terlalu mudah diwujudkan. “Teman-temanku umumnya sudah terlalu tua untuk mengawasi dan mencatat waktuku. Tapi aku meminta teman yang lebih muda untuk datang dan melakukan itu,” ujarnya.
- [caption id="attachment_10547704" align="alignnone" width="1024"] Julia Hawkins[/caption]
Demi keluarga
Julia menganggap setiap perlombaan adalah cara untuk menyenangkan keluarga dan kawan-kawannya. Oleh karena itu, dia bertekad untuk memberi penghormatan kepada pendukungnya setelah melewati garis finish.
Julia sering melihat lomba lari profesional di televisi. Di situ, dia mencermati banyak pelari yang mengerahkan seluruh tenaga di lintasan, lalu kelenger setelah melewati garis finis. “Tentunya aku bakal berlari habis-habisan di lintasan. Tapi aku mau menyisakan sedikit (tenaga) supaya aku bisa tetap berdiri tegak dan melambaikan tangan kepada keluarga dan teman di ujung lintasan,” katanya.
Keluarga adalah suplemen yang memberinya energi lebih. “Aku senang menjadi independen, dan menantang diri sendiri. Keluargaku senang punya ibu seperti itu. Aku senang membuat mereka senang,” imbuhnya.
Putra bungsunya, Warren Hawkins, kini berusia 71 tahun, kagum tiada habis pada tekad sang ibu. “Andai aku memiliki sikap positif seperti seperti dia. Aku tak pernah menjumpai seseorang dengan keteguhan seperti ibuku. Dia tak pernah menganggap gelasnya setengah kosong, melainkan separuh penuh. Dengan begitu hal baik selalu menghampirinya,” ucap Warren.
Warren sedikit mencemaskan hal buruk terjadi pada ibunya. Namun, dia—juga Julia—menyadari bahwa banyak hal bisa menimpa seseorang berusia di atas seratus tahun, bagaimanapun bugarnya. Alih-alih mencemaskan itu, Julia memilih memikirkan persiapan lombanya.
Hal tak biasa
Daya tahan Julia bisa jadi turut dibentuk oleh hal-hal tak biasa yang ia alami sejak lahir. Dia lahir di tengah musim dingin yang menggigit di Wisconsin pada 1916. Ketika masih orok, orangtuanya membawanya pindah mengarungi Sungai Mississippi dengan perahu, dan berlabuh di Louisiana. Keluarga itu membuka resor untuk memancing dan olahraga air di Ponchatoula, sekitar 80 kilometer utara New Orleans.
Sembari kuliah di Universitas Negeri Lousiana, Julia melakoni tiga pekerjaan sambilan. Pada 1938, dia lulus membawa gelar di bidang pengajaran, juga menggandeng pacar idaman, Murray Hawkins, yang kelak menjadi suaminya selama 70 tahun.
Julie dan Murray menikah tepat sehari setelah Pearl Harbor dibom Jepang pada 7 Desember 1941. Mereka menikah melalui sambungan telepon; Julia di Baton Rouge, dan Murray masih di Pearl Harbor karena bertugas di sana. Pasangan itu memiliki empat anak, tiga cucu, dan satu cicit. Murray meninggal pada 2013 di usia 95 tahun.
Julia punya resep berumur panjang.
“Aku makan makanan sehat, banyak buah dan sayuran,” katanya. Ia juga hanya mengonsumsi daging ayam dan ikan, serta menjaga postur tubuh sepanjang hidupnya. “Aku nggak pernah merokok atau minum (miras). Sekali-dua pernah minum cocktail, tapi bukan kebiasaanku,” katanya kepada The Washington Post.
Hampir tiap hari dia bergaul di luar rumah, bertemu dengan kerabat, atau mengurusi tetumbuhannya. Julia juga telah merampungkan dua buku kisah hidupnya, satu di usia 80, dan satunya ketika 100 tahun. Dia punya ponsel—jenis lipat, bukan smartphone—tapi tak pernah berinternet.
Julia amat bugar untuk seseorang seusia dia. “Aku memberikan salah satu medali untuk dokterku. Kukatakan padanya, ‘Anda pantas dapat ini karena menjagaku tetap sehat’,” katanya.(AP/THE WASHINGTON POST/HEI)
BIODATA
Julia Hawkins
Lahir: Wisconsin, 10 Februari 1916
Pendidikan: Jurusan Keguruan, Universitas Negeri Louisiana, AS, tahun 1938
Keluarga: Murray Hawkins (almarhum, suami), empat anak, tiga cucu, satu cicit
Prestasi terkini:
- Perempuan tertua yang berkompetisi di nomor lari 50 dan 100 meter pada ajang National Senior Games 2019
- Rekor nomor lari 50 meter ajang National Senior Games kategori perempuan berusia 100 plus dengan waktu 21,06 detik
- Rekor nomor lari 100 meter ajang National Senior Games kategori perempuan berusia 100 plus dengan waktu 39,62 detik