Harga cabai merah di Padang, Sumatera Barat, terus melonjak dalam beberapa waktu terakhir. Kenaikan harga dipicu kurangnya pasokan dari daerah sentra penghasil cabai merah di Pulau Jawa.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Harga cabai merah di Padang, Sumatera Barat, terus melonjak dalam beberapa waktu terakhir. Kenaikan harga dipicu kurangnya pasokan dari daerah sentra penghasil cabai merah di Pulau Jawa.
Pantauan di Pasar Raya Padang, pasar terbesar di Kota Padang, Senin (1/7/2019), cabai merah dijual Rp 60.000 per kilogram. Harga tersebut naik Rp 5.000-Rp 6.000 per kilogram. Sementara itu, harga cabai merah lokal (lado darek) juga naik dengan nominal yang hampir sama dan dijual Rp 65.000 per kg.
Menurut para pedagang, kenaikan harga cabai merah mulai terjadi sejak sepuluh hari terakhir. Kenaikan dipicu kurangnya pasokan dari Pulau Jawa akibat gagal panen karena kemarau. Sebagian besar pasokan cabai merah di Padang bersumber dari luar provinsi, terutama Jawa Tengah.
”Setelah Idul Fitri, harga cabai sempat turun menjadi Rp 40.000 per kg. Namun, beberapa hari terakhir, harganya terus naik hingga Rp 60.000 per kg,” kata Vera (40), pedagang di Pasar Raya Padang.
Vera pun mengaku kesulitan mendapatkan pasokan cabai merah sejak saat itu. Biasanya Vera mendapat pasokan 110 kotak (1 kotak = 30 kg) hingga 115 kotak cabai merah per hari. Namun, sejak tersendat, Vera hanya mendapatkan jatah 25-30 kotak per hari.
Kekurangan pasokan cabai merah juga dialami Ujang (50), pedagang lainnya. Setiap hari biasanya Ujang mendapat pasokan 10 kotak dari Jawa Tengah. Sekarang Ujang cuma mendapat 6 kotak.
Akibat kondisi itu, Ujang mengaku omzetnya turun hingga 70-75 persen. Ia pun berharap pasokan cabai merah kembali stabil. Meskipun mahal, Ujang mengatakan, kondisi ini tidak menguntungkan pedagang sebab barang yang dijual tidak banyak dan pembeli mengurangi konsumsi.
Agar banyak, setiap masak cabai saya tambahkan dengan tomat. Biasanya tidak pernah pakai tomat.
Tingginya harga cabai dikeluhkan pula oleh pembeli. Fatma Zahara (33), ibu rumah tangga, misalnya, terpaksa mengurangi pembelian. Jika biasanya Fatma membeli cabai merah 1 kilogram, sekarang hanya 1/4 kilogram.
”Agar banyak, setiap masak cabai saya tambahkan dengan tomat. Biasanya tidak pernah pakai tomat. Lumayan beda rasanya, tetapi mau bagaimana lagi. Segala mahal sekarang. Mudah-mudahan harganya segera turun,” kata Fatma.
Dinikmati petani
Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Pangan Sumbar Efendi justru senang dengan kenaikan harga cabai. Kondisi ini, kata Efendi, malah menguntungkan para petani di Sumbar. Harga cabai merah di tingkat petani mencapai Rp 48.000-Rp 49.000 per kg.
”Kalau harga cabai naik, apa salahnya? Petani juga yang beruntung. Kalau petani menjual Rp 15.000 per kg, sedangkan di pasar Rp 60.000 per kg, baru masalah. Pemikiran ini perlu diluruskan. Kalau sesekali petani mendapatkan harga tinggi, kan, tidak masalah,” kata Efendi.
Efendi juga membantah kenaikan harga karena pasokan cabai kurang akibat gagal panen, baik di Pulau Jawa maupun Sumbar. Kenaikan harga dan kurangnya pasokan dari luar daerah justru karena kenaikan harga tiket pesawat sehingga biaya pengiriman membengkak.
Hanya pada momen-momen seperti ini petani dapat untung. Harga cabai sekarang bisa mengimbangi biaya pupuk dan pestisida yang mahal.
Sementara itu, cabai merah lokal dijual ke daerah lain, seperti Riau, Kepulauan Riau, dan Jambi karena harga di daerah-daerah itu lebih mahal.
Hal itu diakui Tini (44), petani cabai lokal di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumbar. Ia bersyukur dengan kenaikan harga cabai merah. Beberapa hari terakhir, harga cabai merah lokal yang dipanen Tini dibeli Rp 50.000 per kg oleh pengepul di Pasar Ibuh, Payakumbuh.
”Hanya pada momen-momen seperti ini petani dapat untung. Harga cabai sekarang bisa mengimbangi biaya pupuk dan pestisida yang mahal,” kata Tini ketika dihubungi dari Padang.
Menurut Efendi, kenaikan harga dan kurangnya pasokan cabai merah tidak perlu dikhawatirkan. Kenaikan harga tidak akan berlangsung lama, sekitar sebulan hingga dua bulan. Kondisi ini hampir selalu terjadi setiap tahun antara periode Idul Fitri dan Idul Adha.
Meskipun demikian, Efendi mengklaim, dinas tetap melakukan operasi pasar untuk mengendalikan harga cabai merah di Padang. Lima kendaraan operasional toko tani dikerahkan keliling kelurahan. Namun, Efendi tidak menyebutkan berapa cabai merah yang digelontorkan melalui operasi pasar itu.
”Jika kami tidak mengintervensi, barangkali harganya bisa sampai Rp 70.000-Rp 80.000 per kg,” ujar Efendi.