Kendalikan Gula Darah untuk Cegah Komplikasi Diabetes
›
Kendalikan Gula Darah untuk...
Iklan
Kendalikan Gula Darah untuk Cegah Komplikasi Diabetes
Oleh
Dionisia Arlinta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kedisiplinan pasien diabetes melitus dalam mengonsumsi obat dan menjalankan gaya hidup sehat merupakan kunci utama dalam mengontrol gula darah dalam tubuh. Gula darah yang terkendali bertujuan untuk mencegah adanya komplikasi penyakit yang lebih parah, seperti jantung, stroke, dan gagal ginjal. Pencegahan komplikasi ini juga diharapakan mampu menekan beban biaya pengobatan masyarakat Indonesia.
Ketua Umum Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) Ketut Suastika mengatakan, angka gula darah terkontrol pada pasien diabetes di Indonesia cukup rendah. Dari pemeriksaan HbA1c, hampir 70 pasien yang diteliti menunjukkan lebih dari 8 persen.
Sementara seseorang dikatakan bebas diabetes melitus jika kadar HbA1c kurang dari 6 persen. HbA1c adalah indikator rata-rata gula darah tiga bulan terakhir atau indikator keberhasilan manajemen pengendalian gula darah pasien DM.
”Salah satu penyebab utama dari kadar dula darah yang tidak terkontrol karena kepatuhan konsumsi obat yang rendah. Masih ada sekitar 9 persen dari pasien yang menjadi subyek penelitian di rumah sakit pendidikan tidak mengonsumsi rutin obat diabetes, baik obat dalam bentuk oral maupun insulin,” ujar Ketut di sela-sela acara peluncuran aplikasi DEEP (Diabetes Education Enhancement for Engaged Partnership) di Jakarta, Senin (1/7/2019).
Aplikasi DEEP terbentuk atas inisiasi dari Sanofi Indonesia bersama Perkeni dan Kementerian Kesehatan. Aplikasi ini bertujuan membantu tenaga ahli dalam mendapatkan informasi terbaru mengenai perkembangan penyakit diabetes serta pelayanan dan perawatan diabetes.
Ketut menyampaikan, alasan pasien diabetes tidak mengonsumsi obat secara rutin antara lain pasien merasa dirinya sudah sehat, tidak rutin berobat ke fasilitas kesehatan, lupa minum obat, dan memilih untuk mengonsumsi obat tradisional. Padahal, jika pasien tidak mengonsumi obat secara rutin, bisa memicu peningkatan kadar gula darah dalam tubuh.
Gula darah yang tidak terkontrol bisa menyebabkan berbagai komplikasi pada pasien diabetes. Organ vital tubuh, seperti jantung, paru, ginjal, dan hati, bisa terdampak dari adanya diabetes.
Karena itu, Ketut menilai, kurangnya kesadaran masyarakat untuk mencegah komplikasi diabetes menyebabkan tinggi biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Penyakit katartropik yang bisa dipicu oleh diabetes merupakan penyakit dengan biaya tertinggi yang ditanggung BPJS dalam program JKN-KIS.
Deputi Direksi Bidang Jaminan Pembiayaan Kesehatan Primer Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Dwi Martiningsih mengungkapkan, pembiayaan yang dikeluarkan BPJS Kesehatan pada 2018 sebanyak Rp 15,4 triliun untuk penyakit kronis atau sekitar 16,4 persen dari seluruh pembiayaan. Dari jumlah ini, pembiayaan untuk pengabatan diabetes Rp 6,1 triliun.
Sementara sekitar Rp 20,4 triliun atau sekitar 25,77 persen dari pembiayaan total digunakan untuk penyakit katastropik. Dari semua penyakit katastropik, pembiayaan terbesar untuk penyakit jantung Rp 10,5 triliun dan gagal ginjal Rp 2,4 triliun.
”Pembiayaan paling besar memang untuk penyakit katastropik yang biasanya dipicu oleh penyakit kronis. Jadi, upaya untuk mencegah timbulnya komplikasi pada penyakit kronis sangat diperlukan. Lebih baik lagi untuk mencegah sejak dini timbulnya penyakit. BPJS Kesehatan pun mulai meningkatkan upaya preventif dan promotif melalui program pengendalian penyakit kronis,” ujar Dwi.