Permintaan Daging Ayam Menurun, Pemerintah Siapkan Strategi Penyerapan
›
Permintaan Daging Ayam...
Iklan
Permintaan Daging Ayam Menurun, Pemerintah Siapkan Strategi Penyerapan
Kementerian Perdagangan mengimbau kementerian-kementerian lain untuk menyerap ayam lalu menjualnya. Bentuknya dapat berupa bazar. Jumlah yang diserap bergantung kebutuhan.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Penurunan permintaan daging ayam tingkat konsumen berimbas pada tekanan harga tingkat peternak. Oleh sebab itu, pemerintah menyiapkan strategi jangka pendek agar ayam produksi peternak diserap peritel dan jangka panjang menggunakan mekanisme penyimpanan dingin.
Badan Pusat Statistik (BPS) mendata, komoditas daging ayam ras menyumbang deflasi atau penurunan indeks harga konsumen secara bulanan sebesar 0,02 persen pada Juni 2019. "Angka ini menunjukkan adanya penurunan permintaan konsumen setelah masa Ramadhan-Lebaran 2019 berakhir," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (1/7/2019).
Jika dilihat dari aspek nilai tukar produsen pangan, indeks harga yang diterima peternak (It) pada Juni 2019 turun dibandingkan bulan sebelumnya. Andil penurunannya sebesar 0,07 persen terhadap nilai tukar produsen pangan secara nasional.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Sugeng Wahyudi menyebutkan, harga ayam tingkat peternak mencapai Rp 8.000 - Rp 10.000 per kilogram (kg) pada pekan lalu. Harga ini jauh di bawah biaya produksi Rp 18.500 per kg dan ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 96 Tahun 2018 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dam Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen yang sebesar sebesar Rp 18.000 - Rp 20.000 per kg.
Secara jangka pendek, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti mengimbau Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) dan Asosiasi Rumah Potong Hewan Unggas Indonesia (ARPHUIN) untuk menyerap ayam di tingkat peternak mandiri.
"Kami juga mengimbau kementerian-kementerian lain untuk menyerap ayam lalu menjualnya. Bentuknya dapat berupa bazar. Jumlah yang diserap bergantung dari masing-masing (instansi dan pelaku)," ujarnya saat ditemui secara terpisah di Jakarta, Senin.
Ke depannya, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita mengatakan, sistem penyimpanan dingin (cold storage) dibutuhkan untuk mengendalikan suplai daging ayam di tingkat konsumen dan memastikan penyerapan di tingkat peternak. Apalagi, pergerakan konsumsi ayam nasional bersifat musiman.
Kebutuhan bibit
Selain itu, Ketut juga akan mempertimbangkan kapasitas penyimpanan dingin indutri integrator peternakan terhadap jumlah impor bibit ayam indukan yang diajukan. "Misalnya, kalau hanya mampu 10, jangan minta 80," ujarnya saat ditemui secara terpisah.
Sebelum mendapatkan izin impor bibit ayam indukan dari Kementerian Perdagangan, integrator harus mendapatkan rekomendasi impor yang diterbitkan Kementerian Pertanian. Saat meminta rekomendasi impor, pelaku industri integrator peternakan harus menyertakan jumlah impor bibit ayam indukan yang diajukan.
Oleh sebab itu, Ketut berharap, pelaku industri integrator peternakan itu benar-benar memperhitungkan kebutuhan impor bibit ayam indukan dan merencanakan produksinya. Dia mengatakan, pihaknya akan memperkuat tim analisis untuk memverifikasi perhitungan dan perencanaan tersebut.
Kelebihan suplai daging ayam yang menekan peternak ini turut dibahas dalam rapat koordinasi di tingkat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin. Deputi Bidang Industri Agro dan Farmasi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Wahyu Kuncoro, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Syamsul Ma\'arif, Direktur Pengadaan Perum Bulog Bachtiar, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah M Arif Sambodo, dan Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum hadir dalam rapat.
Sambodo mengatakan, rapat membahas keseimbangan permintaan dan pasokan serta produksi dan konsumsi daging ayam di tingkat daerah. "Berdasarkan pendataan yang saya ketahui, pada 2018, impor bibit ayam indukan mencapai 400 juta DOC (day old chicken atau ayam umur sehari). Padahal, kebutuhannya 200 juta DOC," katanya.
Selain itu, Wahyu menyebutkan, salah satu hasil rapatnya ialah mengadakan kelompok diskusi terfokus yang mencari tahu akar masalah dari fenomena kelebihan suplai daging ayam. Jika hasil diskusi menghasilkan solusi yang membutuhkan penyerapan, BUMN di bidang pangan dapat turun tangan.