LONDON, MINGGU – Saat petenis unggulan lainnya mempersiapkan diri menghadapi Wimbledon dengan berlatih keras di lapangan, bintang Serbia, Novak Djokovic, justru tertahan di balik meja. Pemanasan bagi petenis petenis nomor satu dunia ini berbentuk rapat selama tujuh jam. Sebagai Presiden Dewan Pemain ATP, dan pemegang 15 gelar Grand Slam harus berkutat membahas politik tenis.
”Bagi kami semua yang ambil bagian dalam turnamen ini, bertahan tujuh jam dan belum melalui seluruh agenda, cukup melelahkan,” kata Djokovic, Sabtu (29/6/2019) pagi WIB.
Sebagai juara bertahan, Djokovic dijagokan menjadi juara Wimbledon tahun ini bersama Roger Federer dan Rafael Nadal. Di luar lapangan Djokovic direpotkan dengan pengunduran diri anggota Dewan Pemain ATP Justin Gimelstob. Mantan petenis AS itu pada April dijatuhi hukuman percobaan tiga tahun dan layanan masyarakat 60 jam atas tuduhan penyerangan.
Rapat pada Jumat itu pun dilakukan memilih pengganti Gimelstob, serta membahas hadiah Grand Slam dan distribusi hadiah untuk turnamen lain yang levelnya lebih rendah.
Masalah Djokovic di organisasi yang dibentuk pemain dan pemilik turnamen untuk menaungi petenis profesional putra ini tak cuma itu. Petenis Belanda, Robin Haase, sebelumnya memutuskan keluar dari Dewan Pemain karena merasa lembaga itu tidak produktif dan tidak memajukan turnamen. Petenis Inggris Jamie Murray juga memutuskan keluar.
Djokovic mengatakan, dia menghormati keputusan Haase dan Murray untuk mundur. Dia juga menyadari, banyak orang meminta pertanggungjawabannya atas semua yang terjadi di tenis, termasuk Federer dan Nadal yang mempertanyakan pemutusan kontrak CEO ATP, Chris Kermode, Maret lalu. Bahkan, tim officialnya meminta dia mundur agar lebih fokus berlatih untuk menjuarai lebih banyak turnamen.
”Saya mempertimbangkan berbagai opsi, termasuk mundur. Tetapi, saya merasa ada sesuatu mendorong saya tetap di sana, karena menjadi bagian dari fase transisi besar dalam tenis saat ini,” tutur petenis berusia 32 tahun itu menyebut alasannya untuk bertahan.
Gelar kelima
Djokovic mengejar gelar kelima di All England Club, bersaing ketat dengan Federer, juara delapan kali, dan Nadal, yang sudah merebut dua gelar. Tahun lalu, Djokovic tiba di Wimbledon saat kariernya terancam menurun. Dia belum pulih dari operasi siku kanan, dan menempati peringkat ke-21, posisi terendah selama lebih dari satu dekade terakhir.
Namun, Djokovic menjawab keraguan dengan keluar sebagai juara, dan menjadi pemain unggulan terendah yang memenangi trofi Wimbledon, sejak Andre Agassi pada 1992. Sejak itu, penampilan Djokovic membaik. Dia merebut gelar AS Terbuka ketiga dan Australia Terbuka ketujuh.
Namun, Djokovic tersingkir pada semifinal Perancis Terbuka dari Dhominic Thiem. ”Kemenangan di Wimbledon tahun lalu adalah batu loncatan yang besar untuk saya setelah menjalani operasi,” katanya.
Perjalanan Djokovic untuk mempertahankan gelarnya dimulai dengan menghadapi petenis Jerman Philipp Kohlschreiber pada babak pertama. Apabila mampu bermain konsisten hingga semifinal, Djokovic berpeluang bertemu unggulan keempat Kevin Anderson (Afrika Selatan) atau unggulan keenam Alexander Zverev (Jerman). Di paruh bawah, Federer yang mnejadi unggulan kedua dijadwalkan bertemu Nadal, unggulan ketiga, pada semifinal. Pada babak eprtama, petenis Spanyol itu ditantang petenis Jepang Yuichi Sugita yang lolos melalui babak kualifikasi.
Adapun petenis andalan Indonesia, Christopher Rungkat, yang berpasangan dengan petenis Taiwan, Hsieh Cheng Peng, akan menjalani laga perdana di nomor ganda putra Wimbledon pada Rabu (30/6/2019). Pasangan ini akan berhadapan dengan Oliver Marach/Jurgen Melzer (Austria).