Setiap Hari, 1.800 Ton Sampah Sidoarjo Cemari Lingkungan
›
Setiap Hari, 1.800 Ton Sampah ...
Iklan
Setiap Hari, 1.800 Ton Sampah Sidoarjo Cemari Lingkungan
Potensi produksi sampah rumah tangga di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, mencapai 2.400 ton per hari dan yang mampu dikelola dengan baik hanya 600 ton per hari. Sebanyak 1.800 ton sampah rumah tangga sisanya tidak terkelola dengan baik.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Produksi sampah rumah tangga di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, mencapai 2.400 ton per hari dan hanya 600 ton yang mampu dikelola dengan baik. Sebanyak 1.800 ton sampah di antaranya mengotori sungai, jalanan, lahan-lahan kosong, dan tak terdeteksi.
Cemaran sampah di sungai ataupun lahan kosong itu tidak saja mengganggu daya tarik kota, tetapi juga menurunkan mutu lingkungan dan mengancam kesehatan masyarakat. Sungai-sungai di Sidoarjo pun menjadi sasaran pembuangan sampah domestik.
Hampir setiap hari sampah-sampah terlihat di Sungai Buntung di Desa Waru, Sungai Gedangan yang melintas di depan Kantor Kecamatan Gedangan, sungai yang mengalir di tengah kota, dan sungai yang melintasi Kecamatan Sedati. Meski sungai itu kerap dibersihkan, sampah terus ada, cepat menumpuk, karena sampah terus dibuang.
”Pengurangan produksi hanya bisa dilakukan dengan cara mengubah perilaku masyarakat. Contohnya, membiasakan memanfaatkan kantong belanja yang bisa digunakan berkali-kali dan mengurangi penggunaan kemasan air minum sekali pakai,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjo Sigit Setyawan, Senin (1/7/2019).
Saat ini, DLHK Sidoarjo tengah merumuskan draf peraturan bupati yang mengatur penggunaan kantong plastik sekali pakai. Setelah diberlakukan, harapannya penggunaan kantong plastik sekali pakai berkurang signifikan.
Pada saat bersamaan, DLHK juga meningkatkan upaya pengelolaan sampah rumah tangga secara kuantitatif ataupun kualitatif. Caranya, menambah TPS (tempat pengelolaan sampah), TPS terpadu (TPST), dan TPS 3R (reduce, reuse, recycle). Untuk TPS, ditargetkan setiap desa minimal memiliki satu tempat.
Adapun TPST merupakan solusi penanganan sampah bagi desa-desa yang belum memiliki TPS dan kesulitan membangunnya karena keterbatasan lahan, sedangkan TPS 3R merupakan pengelolaan sampah ideal. Di Sidoarjo, terdapat 353 desa dan kelurahan, tetapi jumlah total TPS, TPST, dan TPS 3R baru 136 unit.
Timbun-padatkan
Keberadaan TPS, TPST, dan TPS 3R, kata Sigit, diharapkan mampu mengelola sampah rumah tangga dengan baik sehingga akhirnya sampah yang dibuang adalah sampah yang benar-benar tidak bernilai dan tidak dapat dimanfaatkan. Untuk menampung sampah yang tidak bernilai ini, telah disiapkan metode pemusnahan dengan cara menimbun dan memadatkan (sanitary landfill).
Pembangunan proyek sanitary landfill dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bekerja sama dengan Pemerintah Jerman. Proyek senilai Rp 325 miliar ini berlokasi di Kecamatan Jabon. Untuk operasional sanitary landfill, Pemkab Sidoarjo harus mengalokasikan Rp 60 miliar per tahun.
Mahalnya biaya pengelolaan sampah akhir inilah yang mendorong Pemkab Sidoarjo meningkatkan upaya pengurangan sampah dan penanganan sampah di TPS. Dengan dana desa yang digelontorkan pemerintah pusat, harapannya pemerintah desa mampu mengelola sampahnya sendiri.
Salah satu desa yang memanfaatkan dana desa untuk mengelola sampah adalah Desa Bluru Kidul. Desa ini bukan hanya membangun TPS, melainkan membeli mesin pembakar sampah seharga Rp 148 juta untuk menangani sampah akhir yang tidak bernilai.
”Mesin mampu membakar sampah 1,5 ton per hari dari total sampah yang diproduksi warga desa sebanyak 9 ton per hari,” ujar Kepala Desa Bluru Kidul Tri Prasetyo.