Brasil memiliki momen terbaik untuk menjuarai Copa America 2019 dan mengakhiri paceklik trofi. Namun, mereka harus lebih dulu menghadapi Argentina dan juga trauma masa lalu di Belo Horizonte.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·4 menit baca
Brasil memiliki momen terbaik untuk menjuarai Copa America 2019 dan mengakhiri paceklik trofi. Namun, mereka harus lebih dulu menghadapi Argentina dan juga trauma masa lalu di Belo Horizonte.
BELO HORIZONTE, SENIN — Ada satu stadion yang sebenarnya ingin dilupakan oleh tim nasional Brasil, yaitu Stadion Mineirao di Belo Horizonte. Di tempat inilah mereka pernah dilibas Jerman, 1-7, pada laga semifinal Piala Dunia Brasil 2014. Itu kekalahan terbesar dan paling memalukan yang pernah dialami tim ”Samba”.
Brasil bisa lebih mudah melupakan tragedi-tragedi lainnya, seperti ”Tamparan Maracana” atau ”Maracanazo”, ketika Brasil gagal meraih trofi Piala Dunia pertama tahun 1950 karena kalah 1-2 dari Uruguay pada laga final di Stadion Maracana, Rio de Janeiro. Namun, tragedi di Stadion Mineirao baru terjadi lima tahun lalu dan sampai saat ini Brasil masih selalu gagal meraih trofi di kompetisi mayor.
Ada kekhawatiran besar menjelang laga ini.
Trauma dengan mudah muncul kembali ketika Brasil terpaksa harus kembali ke stadion yang menjadi ”teater horor” itu untuk menghadapi Argentina pada laga semifinal Copa America 2019, Rabu (3/7/2019) pukul 07.30 WIB. Pada laga itu nanti, Brasil tidak hanya akan menghadapi ketakutan masa lalu, tetapi juga ancaman yang akan diberikan Argentina yang merupakan rival utama mereka di Amerika Selatan.
Ketidakmampuan Brasil meraih trofi di kompetisi mayor sejak 2007 ketika mereka terakhir kali menjuarai Copa America semakin menguatkan trauma. Copa America 2019 ini merupakan kesempatan terbaik mereka untuk kembali mengangkat trofi. Momennya juga pas, karena 100 tahun lalu, Brasil menjuarai Copa America untuk pertama kalinya. Konsekuensinya, situasi ini bisa memicu rasa takut terhadap kekalahan yang justru kontraproduktif.
”Apabila kalah lagi di Stadion Mineirao (dari Argentina), ini akan menjadi kenyataan yang sangat sulit dicerna warga Brasil. Ada kekhawatiran besar menjelang laga ini,” kata seorang jurnalis asal Brasil, Danilo Lavieri, seperti dikutip Ole, Senin (1/7/2019).
Bek Brasil, Thiago Silva, menyadari trauma tersebut dan memberikan sebuah pesan. ”Tidak ada satu pun di Brasil yang mengalami amnesia atau melupakan apa yang telah terjadi di sini (Stadion Mineirao). Namun, begitulah kehidupan dan kami tidak boleh terjebak pada masa lalu. Kami harus memikirkan hal-hal yang positif,” ujar Silva.
Hal-hal positif itu, secara kebetulan, adalah kemenangan mereka atas Argentina 3-0 pada laga kualifikasi Piala Dunia Rusia 2018 di stadion itu pada 2016. Silva meyakinkan bahwa mereka pernah berhasil menyingkirkan rasa takut itu. Kemenangan bukan lagi hal yang mustahil untuk mereka raih pada laga semifinal nanti.
Namun, Argentina telah belajar banyak dari kesalahan dan kini menjadi tim yang lebih solid setelah menjalani empat laga Copa America tahun ini. Setelah kalah 0-2 dari Kolombia pada laga pertama fase penyisihan grup, penampilan Argentina mulai membaik.
Tidak akan mudah bagi Argentina untuk bisa menembus pertahanan kami.
Puncaknya adalah ketika mereka mengalahkan Venezuela, 2-0, pada laga perempat final. Itu merupakan penampilan terbaik Argentina sejauh ini. Bahkan, dari keempat tim yang lolos ke semifinal, hanya Argentina yang lolos tanpa harus melalui babak adu penalti. Postur tim Argentina kini lebih seimbang. Mereka memiliki pertahanan yang kuat dan lini serang yang tajam.
Sementara Brasil sejauh ini juga menjadi tim yang produktif karena telah mengemas delapan gol. Silva menjamin laga semifinal nanti bakal menjadi tontonan yang menghibur dari sisi kemampuan menyerang kedua tim. ”Kami waspada karena akan menghadapi lawan yang sepadan baik dari sisi teknis maupun taktik,” ujarnya.
Pertahanan rapat
Selain bisa mencetak delapan gol dalam empat laga terakhir, Brasil juga memiliki kekuatan penting lainnya, yaitu pertahanan yang rapat. Sejauh ini belum ada lawan yang mampu membobol gawang Brasil dalam waktu normal 90 menit. Pertahanan rapat inilah yang digunakan Brasil untuk menakuti Argentina.
”Tidak akan mudah bagi Argentina untuk bisa menembus pertahanan kami. Jelas mereka memiliki Lionel Messi sebagai pemain terbaik dunia, mereka juga punya (Sergio) Aguero sebagai salah satu striker terbaik. Namun, mereka harus berkeringat untuk bisa menembus pertahanan kami,” kata penyerang Brasil, Gabriel Jesus.
Argentina sebenarnya juga sudah memperbaiki pertahanan jika dilihat dari dua laga terakhir mereka. Melawan Qatar dan Venezuela, tim ”La Albiceleste” ini bisa mempertahankan gawangnya tetap utuh. Para penyerang Brasil mungkin juga akan ”berkeringat” untuk menembus pertahanan Argentina.
Brasil harus ingat bahwa mereka masih kesulitan menghadapi tim dengan pertahanan bagus seperti Paraguay. Pada laga perempat final, Brasil dan Paraguay bermain imbang 0-0 hingga waktu normal 90 menit habis. Brasil pun menang melalui babak adu penalti.
”Sejak kecil saya sudah suka situasi duel satu lawan satu. Saya sangat menikmatinya,” kata bek Argentina, Juan Foyth, yang disebut sebagai bintang masa depan. Jika dimainkan lagi sebagai bek sayap kanan, Foyth akan berduel dengan bintang masa depan Brasil, Everton Soares.
Satu lagi ketakutan yang bisa menghantui Brasil adalah kebangkitan Messi. Setelah tampil buruk sejak awal turnamen, laga klasik melawan Brasil merupakan momen terbaik bagi Messi untuk menunjukkan jati dirinya. (AP/AFP)