Pemerintah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, bakal mengadakan pergelaran budaya bertajuk ”Festival Goyang Karawang” berskala internasional pada 26-29 September 2019. Kegiatan ini diharapkan semakin mendongkrak sektor pariwisata di Karawang.
Oleh
MELATI MEWANGI
·2 menit baca
KARAWANG, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, bakal mengadakan pergelaran budaya bertajuk ”Festival Goyang Karawang” berskala internasional pada 26-29 September 2019. Kegiatan ini diharapkan semakin mendongkrak sektor pariwisata di Karawang.
Kegiatan ini bakal menjadi kesempatan kedua diadakan di Karawang. Pada tahun sebelumnya, festival ini digelar untuk lingkup nasional sekaligus memperingati hari jadi Kabupaten Karawang. Diperkirakan ada 15 negara dari lima benua yang akan turut meramaikannya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karawang Okih Hermawan, Selasa (2/7/2019), mengatakan, kegiatan ini merupakan upaya melestarikan tradisi dan kesenian tradisional agar tidak musnah. Selain itu, kegiatan ini untuk menghilangkan stigma negatif goyang Karawang.
Istilah goyang karawang kerap diidentikkan dengan tarian bernuansa erotis atau sensual. Pandangan itu muncul karena banyak penyanyi dangdut di daerah Pantura yang menonjolkan goyangan pinggul hasil adaptasi tari jaipong.
Menurut Okih, Karawang sudah menghasilkan tari-tarian khas sebelum tari jaipong muncul, antara lain lain tari topeng banjet, kliningan, dan pencug. Namun, seiring berjalannya waktu, pemaknaan berbeda justru muncul dan memberikan konotasi negatif terhadap tarian asal Karawang.
Jika dirunut lebih jauh, lanjut Okih, keberadaan goyang karawang telah ada sejak zaman sebelum Indonesia merdeka. Kesenian ini menjadi bagian dari strategi para gerilyawan untuk membuat lengah para penjajah. Gerilyawan menyajikan hiburan tarian itu untuk membuai penjajah.
”Kesenian ini lekat dengan kisah perjuangan merebut kemerdekaan zaman dulu,” ucapnya.
Dalam festival itu, diadakan juga city touring bagi para wisatawan yang berkunjung. Sejumlah destinasi disiapkan, antara lain wisata sejarah Rengasdengklok, kompleks Candi Batujaya, kompleks perindustrian, dan lahan lumbung padi di Karawang. Selanjutnya wisatawan mancanegara ataupun domestik dapat menentukan pilihan sesuai minat eksplorasi.
Rekor
Ditargetkan lebih dari 10.000 penari terlibat untuk menari. Para penari itu berasal dari siswa sekolah dasar, sekolah menengah, dan sanggar tari sekitar Karawang. ”Target kami mendapatkan apresiasi dari Museum Rekor-Dunia Indonesia dengan jumlah penari terbanyak untuk kesenian goyang Karawang,” ujar Okih.
Berdasarkan data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karawang pada Januari 2019, tercatat ada 23 sanggar seni tari yang dilatih 316 pelatih. Rata-rata sanggar memiliki anggota 20-40 orang.
Ketua Paguyuban Sanggar Tari Karawang Agus Sukmana mengatakan, festival ini menjadi momentum besar sebagai panggung eksistensi kesenian khas Karawang. Untuk itu, tarian dan koreografi harus dipersiapkan secara matang.
Sejumlah persiapan yang telah dilakukan yaitu melatih 40 pelatih tarian goyang karawang. Setelah siap, mereka akan disebar ke sejumlah sekolah dan sanggar tari untuk menjadi mentor bagi para peserta festival.