Pendukung Argentina memberikan semangat kepada pemain Argentina sebelum melakukan latihan di Belo Horizonte, Brasil, Senin (1/7/2019). Argentina akan bertemu dengan rival abadinya, tuan rumah Brasil dalam Semifinal Copa America 2019.Pertandingan antara tuan rumah Brasil melawan Argentina dalam laga semifinal Copa America 2019, Rabu (3/7/2019), di Stadion Mineirao, Belo Horizonte, Brasil, tidak hanya akan menampilkan duel dua tim tersukses di Amerika Selatan. Pertandingan sarat sejarah ini juga merupakan ajang adu gengsi sebagai negara penghasil pemain terbaik dunia.
Kedua tim telah berhadapan lebih dari 100 tahun. Keduanya bertemu pertama kali dalam laga persahabatan di Buenos Aires, Argentina pada 1914. Dua gol Carlos Izaguirre dan satu gol Aquiles H Molfino dari Argentina mampu membungkan Brasil.
Akan tetapi, pertandingan tersebut tidak menunjukkan Argentina lebih superior dibandingkan dengan Brasil. Dari 105 pertandingan yang telah dilakoni kedua tim, Brasil memperoleh kemenangan lebih banyak dibandingkan Argentina.
Brasil unggul dengan 41 kemenangan dan Argentina memperoleh 38 kemenangan, sedangkan 26 pertandingan lainnya diakhiri dengan hasil imbang. Dari jumlah gol yang dicetak, Brasil unggul 3 gol dibandingkan Argentina yakni dengan raihan 163 gol.
Pertarungan kedua tim juga sering diwarnai dengan berbagai insiden dan kontroversi seperti penonton yang masuk ke lapangan pada tahun 1925, Brasil yang pergi meninggalkan lapangan pada 1937, dan Argentina melakukan hal serupa pada 1939. Bahkan, pada 1946 polisi harus turun ke lapangan untuk menghentikan pertarungan kedua tim.
Kerusuhan pada 1946 merupakan buntut dari pertandingan setahun sebelumnya. Pada 20 Desember 1945 dalam ajang Piala Roca, pemain muda Brasil, Ademir Menezes mematahkan kaki pemain Argentina, Batagliero. Pertandingan tersebut berjalan dengan kasar dengan hasil akhir 6-2 untuk kemenangan Brasil.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya 10 Februari 1946 dalam ajang final kejuaraan Amerika Selatan, pertandingan baru bergulir 28 menit, tetapi pertempuran sudah terjadi. Pemain Brasil, Jair Rosa Pinto mematahkan tulang tibia dan fibula (tulang kering) kapten Argentina, Jose Salomon sehingga kedua tim terlibat perkelahian.
Kejadian tersebut harus dihentikan oleh petugas polisi. Namun, insiden lebih besar terjadi ketika penonton menyerbu lapangan sehingga kedua tim harus diamankan di ruang ganti. Setelah situasi kondusif, pertandingan dilanjutkan dan skor berakhir 2-0 untuk kemenangan Argentina.
Setelah insiden tersebut, cedera Salomon tidak pernah sembuh. Ia pun tidak lagi bermain sepak bola profesional.
Rivalitas pemain
ESPN menempatkan pertarungan antara Brasil melawan Argentina sebagai urutan teratas dalam daftar persaingan antartim nasional. Penulis Senior ESPN, Gabriele Marcotti menuliskan, dalam pertandingan ini, pertemanan antarpemain tidak akan mempengaruhi rivalitas kedua negara.
Ia mematahkan anggapan orang yang mengatakan pertandingan besok akan berbeda karena banyak pemain dari kedua negara yang bermain untuk tim yang sama. Di Barcelona, ada Lionel Messi yang berteman dengan pemain Brasil, Philippe Coutinho dan Arthur. Sementara di Manchester City ada Gabriel Jesus dari Brasil yang berteman dengan Nicolas Otamendoi dan Sergio Aguero.
Di Paris Saint-Germain ada Leandro Paredes dan Angel Di Maria dari Argentina yang bermain bersama pemain Brasil yakni Marquinhos, Thiago Silva, serta Dani Alves. Di Juventus, ada Paulo Dybala dari Argentina yang berbagi ruang ganti dengan pemain Brasil, Alex Sandro.
“Faktanya adalah globalisasi, komersialisasi, dan uang tunai telah mengubah orang-orang tersebut menjadi kolega dan teman. Namun, ini berbeda. Ini sepakbola internasional. Mereka bermain untuk negara,” tulis Marcotti dalam situs ESPN.
Sebelum pemain-pemain tersebut tenar, adu gengsi antarpemain sudah tercipta antara kedua negara tersebut. Hal tersebut terjadi karena mereka merupakan salah satu penghasil pemain sepak bola kelas dunia.
Argentina penah menghasilkan pemain kelas dunia seperti Jose Manuel Moreno, Adolfo Pedernera, Alfredo Di Stefano, Omar Sivori, Mario Kempes, Diego Maradona, Fernando Redondo, dan Grabiel Batistuta. Sementara Brasil memiliki Pele, Garrincha, Zico, Romario, Roberto Carlos, Ronaldo, Rivaldo, Ronaldinho, dan Kaka.
Perdebatan untuk menentukan siapa yang terbaik antara pemain dari kedua negara tersebut pun sering terjadi. Paling menonjol, yaitu perdebatan untuk menentukan yang terbaik antara Pele dan Maradona. Kedua ikon sepak bola tersebut sering menjadi bahan perdebatan yang tak pernah usai.
Berbeda dengan Messi dan Neymar yang berada dalam satu generasi sehingga lebih mudah dibandingkan, kedua pemain tersebut berada dalam generasi yang berbeda. Pele muncul beberapa dekade lebih dulu dari Maradona, sedangkan Maradona muncul setelah Pele pensiun. Alhasil, jumlah trofi Piala Dunia yang menjadi pembanding antarkedua pemain tersebut.
Pada pertandingan besok, sesungguhnya akan ada dua ikon sepak bola dari kedua negara yang akan adu gengsi yakni Messi dan Neymar. Sayangnya, Neymar tidak dapat bertanding karena cedera.
Meskipun demikian, pertandingan tersebut dipandang tetap akan berjalan keras dan menarik, khususnya pertarungan antarlini depan. Brasil memiliki Roberto Firmino, Gabriel Jesus, Coutinho, dan bintang muda yang baru mencuat Everton Soares. Di kubu Argentina, selain Messi, ada Sergio Aguero dan Lautaro Martinez.
Messi mengatakan, tidak ada yang dapat diunggulkan dari kedua negara. “Sangat sulit untuk memberikan tim yang diunggulkan antara Argentina dan Brasil, termasuk di Copa America karena setiap tim pernah mengalahkan satu sama lain,” ujar Messi.
Hal serupa diucapkan Gabriel Jesus. Ia menganggap, kedua negara merupakan tim raksasa di dunia sepak bola. Brasil adalah tim paling sukses dalam sejarah Piala Dunia dengan lima gelar, sedangkan Argentina pernah meraih trofi Piala Dunia sebanyak dua kali.
Di Copa America, Argentina lebih unggul dibandingkan Brasil. Tim Tango telah menjuarai 14 kali, sedangkan Brasil baru mengumpulkan delapan trofi. Jika musim ini Argentina juara, mereka akan menyamai rekor Uruguay sebagai negara terbanyak peraih trofi Copa America.
“Ini adalah dua raksasa dengan banyak sejarah. Ini merupakan pertandingan klasik melawan Argentina,” ujar Jesus. Brasil lebih diunggulkan karena bermain di negera sendiri, tetapi tekanan kepada mereka untuk menang lebih besar daripada Argentina. (AFP)