Potensi kebakaran lahan di wilayah Sumatera Selatan diprediksi meningkat karena tahun ini kemarau diprakirakan lebih kering dibandingkan tahun lalu.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG,KOMPAS—Potensi kebakaran lahan di wilayah Sumatera Selatan diprediksi meningkat karena tahun ini kemarau diprakirakan lebih kering dibandingkan tahun lalu. Sejumlah upaya antisipasi mulai dilakukan untuk meminimalisasi kebakaran lahan termasuk menerjunkan pasukan dan empat helikopter untuk melakukan bom air.
Saat ini Sumsel mulai mengalami hari tanpa hujan hingga 11-20 hari ke depan. Bahkan pada masa puncak kemarau yakni di bulan Agustus dan September, hujan diperkirakan tidak ada sama sekali.
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Palembang Nuga Putrantijo, Selasa (2/7/2019) mengatakan, terhitung sejak 10 hari ke belakang sudah ada beberapa daerah yang mengalami kekeringan karena tidak diguyur hujan. Sebagian besar terletak di bagian tengah Sumatera Selatan seperti di Banyuasin, Musi Banyuasin, Muara Enim, Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, sebagian Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan dan OKU Timur.
Di bulan Juli ini, ungkap Nuga, sejumlah wilayah di Sumatera Selatan berpotensi tidak turun hujan sekitar 6-20 hari. Dampaknya, akan ada kekeringan yang berpotensi menyebabkan kebakaran lahan di wilayah itu.
Wilayah yang mengalami hari tanpa hujan (HTH) kriteria pendek yakni 6-10 hari ada di daerah Sumatera Selatan bagian tengah. Adapun untuk wilayah Musi Banyuasin, Palembang, Ogan Ilir, dan Ogan Komering Ilir diperkirakan akan mengalami HTH kriteria menengah yakni sekitar 11-20 hari.
Sedangkan daerah yang mengalami HTH terpanjang di bulan Juli ini ada di Kecamatan Batanghari Leko, Kabupaten Musi Banyuasin yakni sekitar 13 hari. Intensitas hujan diperkirakan dibawah 10 milimeter per dasarian.
Nuga mengungkapkan, pada masa puncak, HTH diperkirakan akan lebih panjang. Pada bulan Agustus dan September, saat musim puncak kemarau, diperkirakan hujan tidak akan mengguyur Sumatera Selatan. Kondisi itu menjadikan lahan kering dan suhu udara meningkat dari yang semula 33 derajat Celsius bisa mencapai 36 derajat Celsius.
Nuga menuturkan kemarau tahun ini akan lebih kering dibanding tahun lalu karena angin muson membawa sedikit uap air. “Akibat kondisi lahan yang kering, potensi kebakaran lahan juga semakin tinggi,” katanya.
Kekeringan juga akan terjadi di wilayah pesisir timur Sumatera Selatan yang sebagian besar merupakan lahan gambut.
Kemarau tahun ini akan lebih kering dibanding tahun lalu karena angin muson membawa sedikit uap air (Nuga Putrantijo)
Menurut Nuga kemungkinan curah hujan baru akan kembali meningkat pada bulan November dan Desember. Untuk itu, ungkap Nuga, pihaknya terus bersinergi dengan pihak terkait untuk mengantisipasi potensi kebakaran lahan.
1.512 personil
Kepala Pelaksana Badan Penananggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Iriansyah mengatakan melihat Sumsel yang sudah memasuki musim kemarau, antisipasi kebakaran lahan dilakukan, termasuk menyiagakan 1.512 personel gabungan dari TNI/Polri, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, dan masyarakat desa setempat.
Tugas utama tim itu adalah melakukan sosialisasi dan pencegahan agar lahan tidak terbakar serta melakukan pemadaman melalui darat. Adapun Badan Nasional Penanggulangan Bencanan (BNPB) juga telah mengirimkan empat unit helikopter untuk melakukan operasi udara.
Iriansyah mengatakan, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk melakukan upaya pencegahan. “Pendanaan kegiatan bisa memanfaatkan dana desa terutama untuk membangun infrastruktur pencegahan kebakaran,” kata Iriansyah.
Dalam minggu ini, kebakaran lahan sudah beberapa kali terjadi. Bahkan di kawasan Indralaya, Ogan Ilir, dalam seminggu terakhir, telah terjadi beberapa kali kebakaran dengan luasan terbesar mencapai 15 hektar.
Kendala yang dialami petugas di lapangan dalam memadamkan api terutama adalah air dan sarana dan prasarana pemadam kebakaran yang terbatas.