Warga Beberapa Kabupaten-Kota di NTB Terdampak Kekeringan
›
Warga Beberapa Kabupaten-Kota ...
Iklan
Warga Beberapa Kabupaten-Kota di NTB Terdampak Kekeringan
Sedikitnya 549.011 jiwa atau 137.959 keluarga di Nusa Tenggara Barat terdampak kekeringan.
Oleh
KHAERUL ANWAR
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Sedikitnya 549.011 jiwa atau 137.959 keluarga di Nusa Tenggara Barat terdampak kekeringan. Warga itu tersebar di 68 kecamatan dan 298 desa. Jumlah warga terdampak diperkirakan bertambah karena puncak musim kemarau pada Juli-Agustus.
”Jadi, jumlah tersebut merupakan data sementara yang kami terima dari setiap kabupaten-kota. Kami perkirakan bisa bertambah,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB Ahsanul Khalik, Selasa (2/7/2019), di Mataram.
Seperti dikatakan Restu Patria Megantara, prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi Lombok Barat, seluruh wilayah NTB masuk musim kemarau April-Mei, yang puncaknya periode Juli-Agustus. Dari kondisi dinamika atmosfer, diprakirakan NTB mengalami musim kemarau kering dan perlu diperhatikan ketersediaan air irigasi serta air bersih di daerah rawan kekeringan.
Berdasarkan monitoring Hari Tanpa Hujan per 30 Juni, terpetakan daerah berkategori kekeringan ekstrem atau tanpa hujan lebih dari 60 hari. Daerah itu di antaranya Lombok Timur (Desa Labuhan Pandan, Desa Sakra Barat), Sumbawa Barat (Kecamatan Jereweh), Sumbawa (Desa Alas Barat, Desa Lape), Bima (Desa Sape, Lambu, Palibelo Teke, dan Desa Parado), serta Kota Bima (Kota Raba).
Mulyadi, warga Dusun Pae, Desa Pemongkong, Lombok Timur, mengatakan, di sumur dengan kedalaman 10-12 meter, air hanya setinggi 1 meter. Untuk kebutuhan air bersih, masyarakat membeli seharga Rp 150.000-Rp 250.000 per tangki (5.000 liter), atau Rp 5.000-Rp 7.000 per jeriken (kapasitas 25-40 liter).
Menurut Ahasanul Khalik, untuk sementara daerah yang terdampak antara lain Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Utara, Lombok Tengah, Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu, Bima, dan Kota Bima. Di daerah itu, seperti di Tanak Awu, Lombok Tengah, saat ini kondisi tanah sawah mengering dan retak-retak dan air sumur kian mengering.
Jajaran BPBD kabupaten-kota di NTB diminta memonitor kondisi kekeringan sekaligus membantu menyuplai air bersih untuk kebutuhan warga sehari-hari, seperti mengerahkan Tenaga Siaga Bencana sebanyak 35 orang di Provinsi NTB, serta Tim Reaksi Cepat yang jumlahnya masing-masing 30 orang di kabupaten-kota.
”Kemarin (Senin, 1/7/2019), saya ketemu dan berbicara dengan Pak Ridwan (Ketua PMI NTB). Ada 20 mobil tangki milik PMI yang, jika dibutuhkan kapan saja, siap diturunkan untuk suplai air bersih bagi warga terdampak kekeringan,” ucap Ahsanul Khalik.
Kekeringan beberapa daerah di NTB selalu terjadi tiap tahun. Untuk penanganan jangka pendek, pemerintah menyuplai air bersih dan membangun lima sumur bor tahun 2019 di Kabupaten Dompu dan beberapa kabupaten di Pulau Lombok.
Adapun jangka panjang ditempuh melalui pembangunan waduk di Kabupaten Bima dan Kota Bima, selain terus menggalakkan penanaman pohon di beberapa lokasi Kabupaten Bima sejak 2018.
Upaya membangun waduk, sumur bor, dan penanaman pohon dinilai belum mencukupi kebutuhan karena cakupan wilayah kekeringan cukup luas, bahkan hampir merata di semua kabupaten-kota di NTB, kecuali Kota Mataram. Dari amatan Kompas, kawasan hutan di Pulau Sumbawa yang menjadi sumber air rata-rata gundul akibat penebangan liar.
Tanah perbukitan longsor meninggalkan jejak di ruas jalan utama Pulau Lombok-Sumbawa. Hal itu menyebabkan wilayah Pulau Sumbawa menjadi pelanggan banjir tiap tahun.