Bulan Juli tahun ini menandai fase ekspansi ekonomi Amerika Serikat terpanjang dalam sejarah. Terhitung 121 bulan atau lebih dari 10 tahun sejak krisis anjloknya harga surat berharga berbasis kredit perumahan (subprime mortgage) menimpa negeri itu. Ironisnya, fase tanpa resesi selama satu dasawarsa terakhir itu menampilkan fenomena tentang kesenjangan. Orang kaya di AS semakin kaya dan sebaliknya orang miskin semakin miskin.
Kesepakatan bisnis mencakup dana raksasa melimpah ruah, mulai dari merger dan akuisisi perusahaan, hingga orang per orang membeli hunian mewah, tim olahraga, kapal pesiar, dan tamasya kelas supermewah ke ujung bumi. Data UBS menunjukkan, jumlah miliarder di AS meningkat lebih dari dua kali lipat dalam dekade terakhir, dari 267 orang pada 2008 menjadi 607 orang pada tahun lalu.
”Orang kaya semakin kaya dan bahkan mereka semakin kaya dengan lebih cepat,” kata John Mathews, Kepala Private Wealth Management dan Ultra High Net Worth di UBS Global Wealth Management. ”Dorongan atau keinginan orang untuk konsumtif menjadi-jadi.”
Sayangnya, di sisi lain terdapat juga tanda-tanda ”perjuangan” dan stagnasi di tingkat warga berpenghasilan rendah. Data bank sentral AS, The Federal Reserve, sejak 2016 menunjukkan, lima orang AS terkaya menguasai 88 persen kekayaan negara itu, sebuah fenomena yang telah tumbuh sejak beberapa waktu sebelum krisis pada akhir era 2000-an.
Sementara itu, pada saat yang sama, jumlah orang yang menerima kupon pembagian makanan dari pemerintah mencapai 39 juta. Angka itu memang di bawah puncaknya pada tahun 2013, tetapi masih naik sekitar 40 persen dari kondisi tahun 2008 saat populasi negara itu hanya tumbuh sekitar 8 persen.
Harga-harga melonjak
Terjadi lonjakan harga-harga. Biaya makan malam di French Laundry, sebuah restoran di California, naik 35 persen menjadi 325 dollar AS per orang. Kenaikan itu di atas inflasi. Hal sama tersaji untuk biaya pendidikan yang naiknya tergolong gila-gilaan. Pada saat sama, pasar saham di AS, sebagaimana tergambar dalam Indeks S&P500, melesat tiga kali lipat. Pasar saham AS, diukur dengan S&P500, telah meningkat tiga kali lipat dalam dekade terakhir.
Satu dekade yang lalu, kondisi pertumbuhan seperti saat ini tidak terbayangkan dan dianggap tidak mungkin terjadi. Sistem keuangan AS berantakan dan orang-orang khawatir kegagalan bank dapat merusak kapitalisme secara permanen.
Pembuat kebijakan bergegas menstabilkan pasar dan mendorong harga aset ketika pasar perumahan AS anjlok. Sayangnya, masalah ketimpangan pendapatan dan kekayaan tidak dipikirkan dalam-dalam untuk ditangani. Terpampanglah kondisi sama yang pernah tersaji sebelum krisis 2008. Jika kelak terjadi resesi, si miskin bakal terpelanting paling keras dan paling jauh. (REUTERS)