Sejak kecil, analis sepak bola nasional keturunan Jerman Timo Scheunemann (45) didik bahwa pengembangan bakat dan pendidikan itu sama penting. Untuk itu, ia rutin berlatih sepak bola tanpa pernah meninggalkan sekolah. Hal itu terbukti memberikan berkah untuknya pasca pensiun dari dunia sepak bola pada usia 25 tahun karena cedera.
”Di Indonesia, kebanyakan pesepak bola justru meninggalkan pendidikan. Itu salah besar,” ujar pria Jerman kelahiran, Kediri, Jawa Timur, 29 November 1973 itu di sela memberikan motivasi kepada para pemain LKG-SKF Indonesia untuk bermain di kategori Piala Gothia 2019 di Bogor, Jawa Barat, Minggu (30/6/2019).
Timo menceritakan kisah hidupnya. Kala tumbuh di Sawakerto, Kota Batu, Jawa Timur di 1970-1980an. Saat itu, ia fokus mengembangkan bakat sepak bolanya di sejumlah klub-klub lokal. Tetapi, tak sedikit pun ia meninggalkan sekolah.
Lewat bakat sepak bola itu, Timo mendapatkan beasiswa di Jurusan Filsafat, The Masters University, Los Angeles, Amerika Serikat 1993-1996. Di sana, ia sempat bermain untuk universitasnya di liga mahasiswa. ”Kalau tidak dapat beasiswa, orangtua saya tidak sanggup menyekolahkan saya ke sana,” ujar pria bertinggi 190 sentimeter itu.
Awal karier itu mengantarkan Timo ke jejang profesional, yakni di klub Liga Indonesia Persiba Balikpapan pada 1997 dan di klub kasta kedua Liga Inggris Gilingham pada 1998. Sayangnya, pada 1999, ia mengalami cedera lutut kiri parah yang memaksanya pensiun dini.
Beruntung, Timo tidak pernah meninggalkan sekolah. Pasca tak bermain bola, ia tetap bisa menyambung hidup dengan latar belakang pendidikannya, antara lain menjadi guru filsafat di salah satu sekolah menengah atas internasional di Malang, Jawa Timur pada 1999-2010.
”Coba kalau saya tidak sekolah? Keahlian apa yang bisa membuat saya tetap bertahan hidup setelah tidak main bola? Main bola kan memang tidak selamanya. Kalau tidak tidak cedera, karir paling lama juga paling sampai 35-an tahun. Jadi, setelah itu mau apa? Itu bisa terjawab kalau kita punya latar belakang pendidikan yang baik,” pesan Timo yang pernah mendirikan Akademi Malang FC selama 2000-2015.