Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan menggelar Festival Budaya Banjar dan Pariwisata 2019 selama tiga hari di Banjarmasin, 4-6 Juli. Festival yang mengambil momentum peringatan Hari Keluarga Nasional XXVI di Kalimantan Selatan itu jadi ajang untuk promosi wisata.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan menggelar Festival Budaya Banjar dan Pariwisata 2019 selama tiga hari di Banjarmasin, 4-6 Juli. Festival yang mengambil momentum peringatan Hari Keluarga Nasional XXVI di Kalimantan Selatan itu menjadi ajang untuk promosi wisata.
Festival Budaya Banjar dan Pariwisata 2019 menampilkan potensi budaya dan wisata dari 13 kabupaten/kota di Kalsel. Festival disemarakkan dengan berbagai perlombaan, antara lain lomba permainan tradisional balogo dan bagasing, pawai budaya, masak ikan saluang, sepeda antik, dan becak hias.
Kepala Dinas Pariwisata Kalsel Dahnial Kifli mengatakan, pada momen peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXVI, Kalsel kedatangan tamu dari 33 provinsi lain di Indonesia. Pengunjung dari luar daerah diperkirakan setidaknya berjumlah 13.000 orang.
”Ini kesempatan yang baik berpromosi dalam rangka memperkenalkan budaya Banjar dan pariwisata Kalsel kepada pihak luar,” kata Dahnial pada acara pembukaan Festival Budaya Banjar dan Pariwisata 2019 di Banjarmasin, Kamis (4/7/2019) sore.
Dalam festival ini, 13 kabupaten/kota di Kalsel berkesempatan mengenalkan seni budaya, wisata unggulan, dan kuliner khas daerah ke seluruh Nusantara. ”Kami berharap informasi dan atraksi yang disuguhkan bisa menarik minat pengunjung dari luar daerah untuk datang lagi ke Kalsel,” ujarnya.
Menurut Dahnial, wisata unggulan Kalsel, seperti pasar terapung, wisata alam Loksado, susur Sungai Martapura, dan kuliner khas Banjar, perlu terus dipromosikan. Harapannya, Kalsel bisa menjadi salah satu daerah tujuan wisata. ”Kalau wisatawan banyak yang datang, perekonomian daerah juga meningkat,” katanya.
Pelestarian
Selain menjadi ajang promosi budaya dan wisata, Festival Budaya Banjar dan Pariwisata 2019 juga menjadi ajang pelestarian seni dan budaya Banjar. Permainan tradisional balogo dan bagasing, misalnya, saat ini sudah sangat jarang dimainkan generasi muda. ”Mudah-mudahan dengan festival ini, tradisi dan kearifan lokal masyarakat Banjar bisa tetap dipertahankan,” kata Dahnial.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor, dalam sambutan tertulis yang disampaikan Asisten Bidang Administrasi Umum Sekretariat Daerah Provinsi Kalsel Heriansyah, mengatakan, budaya Banjar adalah identitas suku Banjar yang harus dijaga dan dilestarikan. Meskipun terbuka dengan budaya lain, masyarakat Banjar tetap harus memegang teguh budaya asli yang dimiliki.
”Kami melalui dinas pariwisata berkomitmen menjaga, melestarikan, dan mengembangkan nilai-nilai budaya Banjar dengan berbagai kegiatan yang menarik. Untuk itu, saya mengajak semua pihak bersama-sama menjaga dan melestarikan budaya Banjar,” katanya.
Menurut Sahbirin, budaya Banjar bisa menjadi daya tarik wisata Kalsel. Untuk itu, budaya Banjar harus ditampilkan dalam festival kali ini. ”Festival ini bisa mengenalkan sekaligus mengangkat potensi pariwisata yang ada. Harapannya, Kalsel bisa menjadi daerah tujuan wisata nasional yang layak dinikmati, nyaman, aman, menyenangkan, serta berkesan bagi setiap pengunjung,” katanya.
Muhammad Herlansyah dan Muttaqin dari komunitas pemain balogo Taman Budaya Kalsel menyambut baik adanya Festival Budaya Banjar dan Pariwisata. Apalagi, dalam festival ini, diadakan juga lomba permainan balogo.
”Saat ini, balogo sudah sangat jarang dimainkan. Anak-anak zaman sekarang umumnya tidak kenal lagi dengan permainan balogo. Dengan adanya festival ini, kami berharap permainan balogo bisa tetap lestari,” kata Herlansyah.