Perburuan liar di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan mengancam populasi satwa dilindungi. Untuk mencegah kematian satwa, operasi pembersihan jerat perlu ditingkatkan.
Oleh
VINA OKTAVIA
·2 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS – Perburuan liar di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan mengancam populasi satwa dilindungi. Untuk mencegah kematian satwa, operasi pembersihan jerat perlu ditingkatkan.
Sunarni Widyastuti selaku Koordinator Regional Sumatran Tiger Project United Nations Development Programme (UNDP), lembaga yang membantu upaya konservasi satwa terancam punah, menuturkan, patroli rutin dan pemasangan kamera trap di hutan penting untuk menekan kematian satwa akibat perburuan liar.
“Penyelamatan harimau yang terjerat kemarin adalah hasil dari patroli dan pemasangan kamera trap. Jika tim patroli tidak bergerak ke lapangan, kemungkinan satwa tersebut tidak bisa bertahan hidup,” kata Sunarni, saat dihubungi dari Bandar Lampung, Kamis (4/7/2019).
Sebelumnya diberitakan, seekor harimau sumatera jantan ditemukan terkena jerat di hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), Lampung, pada Selasa (2/7/2019). Jerat seling diduga sengaja dipasang pemburu (Kompas, 4//7/2019).
Sunarni mengungkapkan, dari pemantauan di kamera trap, harimau itu diduga sudah dua kali terkena jerat. Sebelum diketahui terkena jerat seling, harimau itu juga pernah terkena jerat kolong. Namun, harimau itu bisa melepaskan diri.
Dia mengapresiasi upaya cepat tim TNBBS, Seksi Konservasi Wilayah III Lampung Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu, serta mitra terkait yang segera mengevakuasi harimau. Selanjutnya, pihaknya akan terus mengadvokasi agar pelaku perburuan liar yang memasang jerat itu dapat diungkap.
Menurut dia, pemerintah perlu lebih memprioritaskan patroli khusus pembersihan jerat di hutan. Patroli ini harus dilakukan secara rutin, minimal satu kali setiap bulan. Selama ini, pihaknya telah membantu membiayai operasional untuk kegiatan patroli serta kegiatan lainnya.
Sosialisasi kepada masyarakat tentang perlindungan kawasan hutan dan satwa kunci juga perlu ditingkatkan. Saat ini, masih banyak masyarakat yang memiliki senjata angin untuk berburu.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Bidang Konservasi TNBBS Ismanto mengatakan, pihaknya segera menerjunkan tim patroli pembersihan jerat. Tim akan bergerak menyusuri hutan TNBBS pada Jumat (5/7).
Menurut dia, pengelola TNBBS telah melakukan patroli secara rutin setiap bulan. Pihaknya akan berkordinasi dengan mitra terkait untuk mengupayakan penambahan frekuensi patroli hutan.
Ismanto mengatakan, saat ini, harimau yang terjerat masih dalam pengawasan tim dokter hewan dari BKSDA Bengkulu. Tim masih membatasi kontak manusia karena harimau masih agresif. Ismanto pun belum dapat memaparkan kondisi kesehatan harimau secara detail.