Penanganan jalan ambles di Kilometer 22 jalur trans-Sulawesi mesti dilakukan menyeluruh dengan koordinasi lintas bidang. Selain perbaikan jalan dan sejumlah utilitas, perbaikan daerah aliran sungai juga mendesak.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KONAWE, KOMPAS — Penanganan jalan ambles di Kilometer 22 jalur trans-Sulawesi mesti dilakukan menyeluruh dengan koordinasi lintas bidang. Selain perbaikan jalan dan sejumlah utilitas, perbaikan daerah aliran sungai juga mendesak. Bahkan, pasokan air untuk belasan ribu pelanggan terhenti karena pipa air di ruas jalan itu bocor.
Kepala Satuan Kerja Wilayah II Balai Pelaksana Jalan Nasional XXI Kendari Syaiful Rijal mengatakan, perbaikan jalan ambles terus dipercepat. Penimbunan belasan truk tanah telah dilakukan untuk menimbun amblesan.
”Penanganan darurat dalam pengerjaan. Selain menimbun, kami juga punya rencana alternatif memasang jembatan bailey sepanjang 50-60 meter. Estimasi kami untuk tahap ini sekitar Rp 250 juta,” ucap Syaiful, Rabu (3/7/2019).
Selain menimbun, kami juga punya rencana alternatif memasang jembatan bailey sepanjang 50-60 meter.
Sementara itu, lanjutnya, untuk rencana jangka panjang, tanggul permanen akan dibuat sepanjang 125 meter. Tanggul dengan sistem bore pile atau fondasi dalam tersebut sedang dalam proses lelang dan diupayakan segera dikerjakan pada Agustus. Nilai proyek tanggul Rp 19,7 miliar.
Sebelumnya, pada Selasa pagi, jalan utama logistik dan transportasi dari dan menuju Kota Kendari ini turun sekitar 50 sentimeter. Akibatnya, jalan hanya bisa dilalui kendaraan kecil. Menjelang siang, kedalaman amblesan bertambah hingga 2 meter sehingga akses jalan ditutup total. Sejak lama, jalan ini mulai longsor ke arah Sungai Konaweha yang tepat berada di sisi jalan.
Meski demikian, ujar Syaiful, semua upaya perbaikan saat ini terhenti sementara karena terkendala kebocoran pipa utama PDAM sehingga harus diperbaiki. Dia berharap perbaikan cepat selesai agar penanganan jalan ambles bisa segera dilanjutkan.
”Kami sangat tergantung pengerjaan (pipa) PDAM. Kalau tidak diselesaikan, kami tidak bisa berbuat banyak,” ucapnya.
Pantauan Kompas, penimbunan jalan ambles di Km 22, Kelurahan Rawua, Sampara, Kabupaten Konawe, memang terhenti sementara. Sebuah ekskavator bekerja mengeruk tanah untuk mengangkat pipa berukuran besar yang tertanam di bawah jalan utama yang menghubungkan lima kabupaten di dua provinsi itu.
Pipa utama PDAM Tirta Anoa berada di bawah jalan dengan kedalaman sekitar 6 meter. Pipa berukuran 24 inci itu merupakan pipa utama yang memasok air untuk warga Kota Kendari. Pipa diduga telah lama bocor sehingga menggerus tanah dari dalam.
Diduga pergeseran tanah membuat sambungan antarpipa PDAM rusak sehingga air mengucur deras.
Meski demikian, Damin, Direktur PDAM Tirta Anoa, Kendari, mengatakan, berdasarkan pantauannya, pipa utama itu tidak bocor. Sebab, saat dicoba sebelum jalan ditimbun, tidak ada tanda-tanda kebocoran. Ia menduga pergeseran tanah membuat sambungan antarpipa rusak sehingga air mengucur deras.
”Jadi, bukan bocor, tetapi sambungan antarpipa pecah. Ini yang harus disambung, lalu dibuatkan penahan, baru selesai. Pengerjaannya kami usahakan maksimal dua hari,” tutur Damin. Namun, pada siang hari, pengangkatan pipa tidak dilanjutkan.
Akibat masalah tersebut, menurut dia, penyaluran air ke Kota Kendari terhambat. Aliran air di enam kecamatan dengan layanan terbesar terpaksa dihentikan. Pasokan air bagi sekitar 15.000 pelanggan untuk sementara terhenti.
Selain membuat warga kehilangan akses air, akses jalan yang terputus membuat distribusi barang dan transportasi orang terganggu. Ratusan pengendara sepeda motor harus antre untuk melintas. Padahal, sebagian badan jalan yang tersisa sudah begitu sempit dan berbahaya untuk dilalui.
Akses jalan trans-Sulawesi merupakan jalur utama dari Kota Kendari menuju Kabupaten Konawe, Konawe Utara, Kolaka, Kolaka Timur, dan Kolaka Utara. Jalan ini juga menjadi penghubung utama menuju Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah. Akan tetapi, sejak lama jalan ini tergerus arus Sungai Konaweha dan dugaan kebocoran pipa. Sebagian sempadan jalan sedikit demi sedikit longsor hingga akhirnya benar-benar ambles.
Selain membuat warga kehilangan akses air, akses jalan yang terputus membuat distribusi barang dan transportasi orang terganggu.
Kepala Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV Kendari Haeruddin C Maddi menyampaikan, pihaknya sebenarnya telah lama mengusulkan pembuatan tanggul sheet pile di lokasi tersebut. Akan tetapi, usulan itu belum disetujui.
”Untuk sekarang sudah dianggarkan dan akan segera lelang karena ini menjadi prioritas. Nanti akan dibuatkan sheet pile, juga tanggul sepanjang 500 meter. Anggarannya sekitar Rp 30 miliar. Kami berharap segera bisa dikerjakan,” kata Haeruddin.