Pertumbuhan bisnis perdagangan elektronik atau e-dagang yang pesat turut mendorong bisnis paket pengiriman atau logistik. Khusus pengiriman paket yang tiba di hari yang sama, permintaannya meningkat tajam.
Oleh
Maria Clara Wresti
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pertumbuhan bisnis perdagangan elektronik atau e-dagang yang pesat turut mendorong bisnis paket pengiriman atau logistik. Khusus pengiriman paket yang tiba di hari yang sama, permintaannya meningkat tajam.
Walaupun ongkos kirim paket tiba di hari yang sama lebih mahal daripada paket reguler, pasar lebih memilih jenis paket ini.
”Baik pembeli, penjual, maupun pasar dalam jaringan lebih suka layanan tiba di hari yang sama. Alasannya, pembeli ingin mendapatkan pesanannya saat itu juga, sedangkan penjual akan menerima bayarannya lebih cepat. Pasar daring melihat, apabila pembeli menerima barangnya lebih cepat, pembeli merasa puas dan akan berbelanja kembali,” kata Direktur Utama Paxel Zaldy Ilham Masita di Jakarta, Rabu(3/7/2019).
Kebutuhan pengiriman tiba di hari yang sama (same day service) ini tidak saja menjadi kebutuhan di dalam kota, tetapi juga kebutuhan antarkota. Banyak pelaku usaha kecil dan menengah (UKM), terutama di bidang makanan, yang bisa memperluas pasar jika produk mereka diterima konsumen di hari yang sama.
”Mereka mengatakan, dengan melakukan pengiriman untuk tiba di hari yang sama, penjualan naik lebih dari 30 persen,” kata Zaldy yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia.
Selama ini, kebutuhan konsumen agar paket tiba di hari yang sama ini belum bisa dipenuhi perusahaan logistik di Indonesia. Kendati ada, layanan itu masih sebatas di dalam kota dan sekitarnya. Sementara layanan untuk antarkota masih belum bisa dipenuhi. Sebab, bisnis perusahaan logistik masih menganut model lama. Mereka biasanya mengumpulkan semua barang di tempat yang sama, kemudian memilah dan mengirimkannya. Proses ini cukup panjang sehingga tidak memungkinkan dikirim pada hari yang sama.
Ukuran tiba di hari yang sama adalah delapan jam untuk di dalam kota dan sekitarnya, seperti Jabodetabek, sedangkan untuk luar Jabodetabek 12 jam. Model bisnis yang saat ini digunakan adalah menempatkan loker-loker di beberapa tempat. Selanjutnya, menugaskan kurir untuk mengambil barang dari penjual, meletakkan barang kiriman di loker sesuai daerah tujuan, kemudian kurir lain mengambil dan memindahkan barang ke loker yang lebih dekat dengan posisi penerima. Setelah itu ada kurir lain yang mengambil barang itu dan mengantarkannya kepada pembeli. Jika pembeli tidak ada, barang diletakkan di loker dan pembeli mengambilnya sendiri dengan kode baca cepat yang sudah diberikan.
Executive advisor sekaligus investor Paxel, Djohari Zein, menambahkan, usaha rintisan Paxel menjawab salah satu persoalan di bidang logistik. Paxel juga membuka lapangan kerja yang lebih baik dan manusiawi kepada para kurir.
”Sebagian besar kurir Paxel adalah mantan pengemudi ojek dalam jaringan. Lebih senang menjadi kurir karena dengan pendapatan yang sama besar, tetapi jam kerja lebih pendek dan jarak tempuh juga lebih pendek. Jika menjadi pengemudi ojek, dia harus bekerja 12-14 jam dan menempuh ratusan kilometer. Sekarang, mereka hanya bekerja enam jam dengan jarak tempuh di sekitar kawasan yang menjadi tanggung jawab mereka,” kata Djohari.