Gerakan kepanduan yang sudah melembaga hingga pelosok Tanah Air menjadi wahana untuk menanamkan nasionalisme, toleransi, disiplin, kejujuran, kepekaan sosial, cinta lingkungan, dan segala hal positif bagi pembangunan karakter di kalangan generasi muda. Nilai-nilai tersebut tetap relevan dari zaman ke zaman, termasuk pada masa kini di tengah merebaknya fenomena anti-keberagaman dan kerusakan lingkungan.
Saat membuka Jambore Nasional 1977 di Sibolangit, Sumatera Utara, Minggu (3/7/1977), Presiden Soeharto menyatakan rasa harunya seraya menaruh harapan terhadap sekitar 25.000 pramuka yang datang dari segenap penjuru Tanah Air.
Di mata Pak Harto, pramuka adalah wadah yang sangat baik untuk membiasakan diri memupuk kesadaran dan kemampuan mengendalikan diri sendiri. ”Kita harus selalu sadar bahwa kita ini punya kewajiban terhadap orang lain, terhadap masyarakat,” kata Pak Harto seraya mengaitkan hal itu dengan nilai-nilai luhur Pancasila (Kompas, 4/7/1977).
Di Indonesia, gerakan kepanduan terorganisasi dalam pramuka yang terstruktur dari tingkat pusat, daerah, cabang, hingga ranting. Secara berkala, organisasi ini mengadakan perkemahan sesuai skala dan tema yang kontekstual. Secara makro, dikenal setidaknya dua forum, yakni jambore dan raimuna.
Jambore nasional adalah pertemuan pramuka penggalang se-Indonesia dalam bentuk perkemahan besar yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali. Adapun raimuna adalah pertemuan pramuka penegak dan pramuka pandega dalam bentuk perkemahan besar yang digelar setiap empat tahun sekali.
Saat ini jumlah anggota pramuka di Indonesia terbesar di dunia, yakni sekitar 21 juta anggota dari total 30 juta anggota kepanduan di seluruh dunia. Secara umum tingkatan pramuka dibagi menjadi empat, yakni pramuka siaga (usia 7-10 tahun), pramuka penggalang (usia 11-15 tahun), pramuka penegak (usia 16-20 tahun), dan pramuka pandega (usia 21-25 tahun).
Anggota pramuka saat ini merupakan generasi milenial dengan cara pikir berbeda dari generasi-generasi sebelumnya. Mereka adalah generasi yang adaptif dengan kemajuan teknologi, kreatif, dan inovatif. Saatnya gerakan pramuka tidak terjebak pada rutinitas.
Dalam konteks kekinian, aktivitas kepanduan didorong untuk berkolerasi dengan pembelajaran teknologi digital sebagai persiapan siswa memasuki revolusi industri 4.0. Presiden Joko Widodo dalam perayaan ulang tahun ke-57 Gerakan Pramuka di Jakarta, Selasa (14/8/2018) mengingatkan, ”Pramuka harus menguasai keahlian coding, robotika, kecerdasan buatan, dan teknologi digital. Selain itu, misi utama membentuk manusia Indonesia tangguh dan taat kepada Pancasila wajib berjalan.” (NAR)