Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bekerja sama dengan Badan Kerja Sama Internasional Korea (Koica) menyusun Rencana Induk Sistem Transportasi Cerdas dan Sistem Percontohan untuk wilayah metropolitan Jakarta.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bekerja sama dengan Badan Kerja Sama Internasional Korea (Koica) menyusun Rencana Induk Sistem Transportasi Cerdas dan Sistem Percontohan untuk wilayah metropolitan Jakarta. Kerja sama itu akan berlangsung selama lima tahun, yang terdiri dari tiga tahun implementasi dan dua tahun masa pemeliharaan.
Kegiatannya meliputi pengembangan rencana induk sistem transportasi cerdas serta penerapan sistem percontohan yang akan dilakukan di koridor Jakarta-Cikampek. Akan disusun juga rujukan pedoman hukum dan peraturan terkait sistem transportasi cerdas dan pelatihan sumber daya manusia.
Kesepakatan kerja sama itu ditandatangani Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Sugiyartanto dan Country Director Koica Indonesia Hoejin Jeong, Rabu (3/7/2019), di Jakarta. Anggaran untuk kerja sama itu sebesar 5,5 juta dollar AS atau setara Rp 77,8 miliar merupakan hibah dari Pemerintah Korea.
Sugiyartanto menuturkan, saat ini Indonesia memiliki tol sepanjang 980 kilometer (km) dan akan mencapai 1.500 km pada akhir tahun ini. Dalam lima tahun mendatang, di Sumatera akan dibangun lebih dari 2.000 km jalan tol. Sementara saat ini jalan nasional sepanjang 47.000 km.
”Kombinasi jalan nasional dengan jalan tol membutuhkan alat pantau. Hibah dari Pemerintah Korea untuk membuat sistem transportasi cerdas yang bisa mengakomodasi data seketika lalu lintas serta untuk menumbuhkan kapasitas sumber daya manusia,” katanya.
Menurut dia, sistem transportasi cerdas telah diterapkan di Korea. Mereka telah mengembangkan metodologi dan strategi untuk mengurangi kepadatan lalu lintas secara efektif. Hampir semua kota di Korea telah direkam dalam video dengan lebih dari 9 juta kamera beroperasi di jalan ataupun stasiun kereta bawah tanah.
Jika terjadi kecelakaan, sistem secara otomatis akan mengabarkan kepada masyarakat sekaligus memberikan rute alternatif kepada pengguna jalan. Hal seperti ini hendak dikembangkan melalui pengembangan rencana induk sistem transportasi cerdas.
”Yang diimplementasikan berupa teknologi, pengelolaan data, serta mencari solusi dari masalah yang timbul. Kita baru melaksanakan proyek percontohan di koridor Jakarta-Cikampek. Dari situ diharapkan bisa berkembang ke kota-kota lain,” ujar Sugiyartanto.
Hoejin Jeong menyampaikan, jumlah penduduk di perkotaan yang terus bertambah, yang berdampak pada peningkatan kepemilikan kendaraan pribadi, juga terjadi di Korea. Akibatnya, lalu lintas di perkotaan macet.
Oleh karena itu, Pemerintah Korea mengembangkan program pengelolaan lalu lintas secara langsung dan seketika dengan mengumpulkan data secara seketika. Hal itu akan sangat berguna ketika terjadi masalah darurat.
”Kota metropolitan Jakarta sekarang juga menghadapi masalah yang sama. Untuk itu, Koica akan berkontribusi mengembangkan sistem transportasi cerdas, termasuk untuk pembangunan kapasitas sumber daya manusia,” kata Hoejin.