Bursa saham di Asia menanjak menyentuh level tertinggi dalam dua bulan pada perdagangan Jumat (5/7/2019). Pelaku pasar dan investor menunggu data ketenagakerjaan Amerika Serikat, data utama terkini yang dapat mendorong atau menghancurkan ekspektasi pasar tentang pelonggaran kebijakan agresif oleh bank sentral AS, The Federal Reserve.
Oleh
BENNY DWI KOESTANTO
·4 menit baca
TOKYO, JUMAT — Bursa saham di Asia menanjak menyentuh level tertinggi dalam dua bulan pada perdagangan Jumat (5/7/2019). Pelaku pasar dan investor menunggu data ketenagakerjaan Amerika Serikat, data utama terkini yang dapat mendorong atau menghancurkan ekspektasi pasar tentang pelonggaran kebijakan agresif oleh bank sentral AS, The Federal Reserve.
Perdagangan di pasar global diperkirakan tetap landai setelah pasar saham AS libur karena bertepatan dengan hari libur HUT Kemerdekaan AS pada Kamis (4/7/2019). Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang mengalami kenaikan mingguan dalam lima pekan secara beruntun. Indeks Nikkei Jepang tidak berubah pada 21.695,9.
Saham dan obligasi dunia telah menanjak sejak Juni di tengah harapan bank-bank sentral di dunia akan menjaga kebijakan lebih longgar guna mendukung pertumbuhan. Semua perhatian pun tertuju pada gaji warga di luar sektor pertanian di AS yang akan dirilis hari ini. Proyeksi para analis memperkirakan tingkat gaji itu bakal melonjak di angka 160.000 pada Juni dibandingkan dengan 75.000 pada Mei.
”Namun, jika angka-angka tersebut mengonfirmasi hilangnya momentum di pasar tenaga kerja atau angkanya sangat lemah, fokus pun akan segera kembali ke potensi penurunan (tingkat suku bunga acuan) sebesar 50 basis poin,” tulis tim analis ANZ dalam catatannya kepada klien perusahaan itu. ”Mengingat indikator atas permintaan pekerjaan AS lainnya yang lebih lunak baru-baru ini, bias di pasar mungkin condong ke arah hasil yang lebih lemah.”
The Fed mengadakan pertemuan untuk membahas kebijakan-kebijakannya selama dua hari pada 30-31 Juli mendatang. Pasar futures memproyeksikan adanya pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin yang akan dibahas dalam pertemuan tersebut. Investor juga melihat peluang 25 persen atas pengurangan suku bunga sebesar 50 basis poin.
The Fed tidak sendirian dalam memulai kebijakan moneter yang lebih mudah. Bank sentral Australia telah memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin sejak Juni sambil membiarkan pintu terbuka untuk langkah ketiga tahun ini. Di Zona Euro, pasar keuangan mengharapkan bank sentral blok itu meletakkan lanskap untuk pelonggaran moneter lebih lanjut pada pertemuan 25 Juli mendatang.
Prospek pelonggaran suku bunga secara global telah mengirim imbal hasil-imbal hasil surat utang tahunan para pemerintah ke level terendah di seluruh dunia. Imbal hasil surat utang pemerintah 10 tahun Jerman, misalnya, yang merupakan patokan untuk utang zona euro, turun menjadi -0,4 persen. Hal itu seiring dengan suku bunga deposito Bank Sentral Eropa untuk pertama kalinya, sebuah tanda bahwa pasar mengharapkan penurunan suku bunga. Imbal hasil US Treasury 10 tahun juga mencapai level terendah sejak November 2016 pada hari Rabu pekan ini.
Pasar mata uang
Di pasar mata uang, sebagian besar mata uang bergerak mendatar menjelang rilis angka pekerjaan AS. Indeks dollar AS melemah ke level 96,725; menjauh dari level tertinggi dalam dua pekan terakhir. Indeks yang mengukur dollar AS terhadap sekumpulan mata uang utama itu turun 1,7 persen pada bulan lalu karena investor menilai bakal ada pemotongan 50 basis poin dari The Fed.
Harapan mereka telah memudar dalam beberapa hari terakhir. Hal itu seiring dengan komentar Fed yang lebih tertutup dan dengan tanda-tanda perbaikan dalam hubungan perdagangan China-AS. Namun, sejak itu sentimen kembali beralih pada data ekonomi AS yang lemah.
Dollar AS yang lebih lemah telah mendorong dollar Australia meskipun ada penurunan suku bunga pada hari Selasa. Dollar Australia sejauh ini naik 1,4 persen pada pekan ini dan terakhir bertahan di 0,7026 per dollar AS.
”Saat ini dollar AS dalam cengkeraman ketidakpastian karena terkait dengan sejauh mana Fed siap untuk memotong suku bunga tahun ini. Namun, dollar Australia juga belum bisa menikmati tren jangka panjangnya,” kata ahli strategi mata uang senior di lembaga BNY Mellon, Neil Mellor.
Di pasar komoditas, harga minyak turun karena data menunjukkan penurunan yang lebih kecil dari perkiraan terkait dengan stok minyak mentah AS dan kekhawatiran tentang ekonomi global. Harga minyak mentah berjangka Brent sebagai patokan internasional untuk harga minyak semakin lemah di 63,23 dollar AS per barel. Adapun harga minyak mentah AS turun menjadi 56,69 dollar AS per barrel. (REUTERS)