Jambret, Kejahatan yang Terus Menghantui Warga Ibu Kota
›
Jambret, Kejahatan yang Terus ...
Iklan
Jambret, Kejahatan yang Terus Menghantui Warga Ibu Kota
Sungguh sial nasib Alu (54). Baru satu bulan singgah di Jakarta, ia langsung berhadapan dengan realitas kriminalitas ibu kota. Pada Rabu (3/7/2019) pagi, penjambret bermotor berusaha merampas kalung Alu saat dia berada di jalan sempit depan rumah kontrakan menantunya.
Oleh
Fransiskus Wisnu Wardhana Dany/Aditya Diveranta
·3 menit baca
Sungguh sial nasib Alu (54). Baru satu bulan singgah di Jakarta, ia langsung berhadapan dengan realitas kriminalitas ibu kota. Pada Rabu (3/7/2019) pagi, penjambret bermotor berusaha merampas kalung Alu saat dia berada di jalan sempit depan rumah kontrakan menantunya.
Alu yang sedang menggendong cucunya seketika terpelanting ke jalan. Suasana hiruk-pikuk di Gang Dukuh II, Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat, seketika itu lenyap saat Alu berteriak minta tolong. Sementara sebagian warga di sekitar rumah baru berdatangan, penjambret itu berhasil melarikan diri.
Kasus itu kemudian diselidiki polisi, hingga akhirnya mendapati pria berinisial TI sebagai tersangka. Saat dimintai keterangan di markas Kepolisian Resor (Polres) Metro Jakarta Barat, belakangan diketahui, aksi penjambretan itu direncanakan dengan sempurna.
Saat beraksi, TI melepas pelat nomor di bagian belakang sepeda motor agar tidak terlacak. Ia juga menutup pelat nomor bagian depan dengan selembar daun.
TI selalu mengincar perhiasan dan menjual barang rampasannya itu kepada tiga penadah yang berbeda. Belakangan diketahui, TI telah beraksi sebanyak 10 kali di sekitar kawasan Tanjung Duren.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Barat Ajun Komisaris Besar Edy Suranta Sitepu mengatakan, TI beserta tiga penadah langganannya itu diketahui positif sebagai pengguna narkoba. Sebagian dari hasil penjambretan itu digunakan pelaku untuk membeli narkoba jenis sabu.
Setelah penangkapan pelaku oleh polisi, Alu masih tidak menyangka bahwa di Jakarta, aksi kejahatan bisa terjadi, bahkan di gang sempit sekali pun. Nyatanya, aksi kejahatan di Ibu Kota bisa terjadi kapan saja dan di mana saja selagi ada kesempatan.
Pakar kriminologi Reza Indragiri menjelaskan, aksi kejahatan, terlebih jika dilakukan secara terencana, pasti didahului kalkulasi terhadap empat elemen. Keempat elemen ini meliputi target, insentif, risiko, dan sumber daya.
”Apabila targetnya terjangkau, ada insentif yang didapat, serta risiko aksi dianggap kecil, maka pelaku tinggal mengeksekusi. Pelaku tidak akan lagi memikirkan aksinya dilakukan di mana, bahkan di gang sempit sekali pun. Dengan kata lain, yang penting aksi itu berhasil,” ujar Reza.
Reza menduga, pertimbangan pelaku beraksi di gang sempit juga mungkin karena penguasaan medan. Ditambah lagi, kawasan tersebut juga dikenal sebagai tempat sepeda motor berlalu-lalang.
Ramainya motor yang berlalu-lalang di gang sempit tersebut dibenarkan Marwan, Ketua RT 003 RW 007, Tanjung Duren Utara. Selain warga, banyak pengantar paket atau pedagang keliling yang melewati gang sempit itu.
Sementara itu, Komisioner Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Putu Elvina mengatakan, perempuan dan anak rentan menjadi sasaran aksi kejahatan jalanan. ”Kasus seperti ini sudah ke sekian kali terjadi, khususnya di Jakarta Barat,” katanya.
Putu berharap kejadian ini menjadi evaluasi bagi sistem keamanan di lingkungan setempat. Adanya petugas sistem keamanan keliling (siskamling) yang siaga di setiap lokasi rawan turut mencegah aksi kejahatan jalanan.
Reza mengatakan, dalam sebuah komunitas atau kerumunan warga, sering terjadi pola abai yang disebut sebagai bystander effect. Semakin banyak orang di satu lokasi saat seseorang membutuhkan pertolongan, semakin tipis motivasi orang lain untuk membantu seseorang tersebut. Ini karena setiap orang akan saling mengandalkan satu sama lain.
Ia mengimbau agar warga tidak cenderung terbawa oleh pola abai tersebut. ”Jangan sampai kepedulian dan keinginan membantu itu terus berpindah dari satu orang ke orang lain. Kalau semua orang berpikir, kan, ada orang lain yang nanti akan membantu, lantas siapa yang akan mulai bergerak?” ujar Reza.