Jay Subiyakto Suka Pilih-pilih Proyek

KOMPAS/SOELASTRI SOEKIRNO

Jay Subiyakto, fotografer dan penata artistik, di Jakarta pada Senin (1/7/2019).

Jay Subiyakto sering mendapat cap sombong gara-gara suka pilih-pilih menangani pekerjaan menata panggung, terutama di konser musik. “Saya memang punya kriteria khusus,” jelasnya, Senin (1/7/2019), usai berbicara dalam konser "Gemilang P&G 30 Tahun di Indonesia" di Jakarta. Kriteria yang ia tetapkan antara lain, penyanyi yang akan tampil harus punya hits yang banyak, punya dedikasi yang kuat, karyanya orisinal.

“Saya selalu memilih mereka yang punya keteguhan hati, cara pemikiran yang beda dan mau berjuang di mana orang bilang tadinya enggak mungkin nembus, eh dia bisa,” lanjut pria berambut panjang itu. Ia menyebut contoh penyanyi Anggun yang akan dia tangani tampil di konser "Gemilang 30 Tahun P&J".

Tak hanya memuji keteguhan dan perjuangan Anggun, ia juga menyebut contoh band-band indie yang membuat satu album tapi sudah hits. Karya mereka bagus dan orisinal, mereka juga anti masuk industri musik.

Tidak hanya musik, dalam film pun demikian. “Sayang, di Indonesia, film itu dianggap sukses kalau penontonnya banyak. Makanya saya pilih bikin film dokumenter untuk saya dedikasikan ke sekolah-sekolah,” kata sutradara film dokumenter tentang pulau Banda yang berjudul Banda: The Dark Forgotten Trail itu.

Tindakan suka pilih-pilih itu membuat ia mendapat cap sombong. “Banyak sih suara gitu, tapi saya terangkan ke mereka. Buat saya, harus maksimal kalau bikin. Kriteria tadi juga memengaruhi penciptaan karya saya,” tambah Jay.