LONDON, KAMIS – Juara Liga Europa, Chelsea, dianggap melakukan perjudian besar dengan merekrut pemain legendarisnya, Frank Lampard, sebagai manajer barunya, Kamis (4/7/2019). Profil Lampard nyaris bertolak belakang dengan kebiasaan Chelsea selama ini dalam mengejar prestasi dan trofi.
Lampard resmi diikat sebagai manajer “The Blues” dengan durasi kontra hingga tiga tahun mendatang. Mantan pemain tersukses dalam sejarah Chelsea, yaitu meraih 13 trofi, itu merupakan manajer asal Inggris pertama yang direkrut klub itu sejak 2003 silam atau seusai dibeli miliarder Rusia, Roman Abramovich.
Padahal, sejarah mencatat, manajer asal Inggris jarang berjaya di liga asalnya sendiri. Kali terakhir seorang manajer asal Inggris mampu membawa timnya ke peringkat enam besar di Liga Inggris adalah pada 2014 silam. Saat itu, Tim Sherwood, yang asli Inggris, membawa Tottenham Hotspur ke peringkat keenam. Ia dipecat setelah hanya bertugas setengah tahun.
Tak hanya itu, Lampard juga dianggap minim pengalaman. Chelsea merupakan klub keduanya setelah Derby County, klub Divisi Championship atau kasta kedua di Liga Inggris. Di County, ia hanya berpengalaman memegang tim itu selama semusim. Tak heran, Lampard dinilai sangat bertentangan dengan kebiasaan tim itu.
Selama ini, di era kepemilikan Abramovich, Chelsea hampir selalu merekut manajer sukses dan berpengalaman seperti Jose Mourinho, Carlo Ancelotti, Antonio Conte, Maurizio Sarri, dan Rafael Benitez. Mereka memiliki pengalaman lebih dari lima tahun sebagai pelatih atau manajer. Maka itu, Chelsea dianggap berjudi seperti dilakukan Manchester United ketika merekrut mantan pemainnya, Ole Gunnar Solskjaer, sebagai manajernya akhir 2018 lalu.
Meskipun demikian, langkah Chelsea itu dapat dimaklumi. Lampard dipandang oleh para petinggi The Blues sebagai pilihan terbaik untuk menjadi “nakhoda” tim di tengah situasi bak badai, yaitu embargo transfer selama satu musim penuh dari FIFA. Di saat yang sama, mereka juga telah kehilangan pemain terbaiknya, Eden Hazard, yang hijrah ke Real Madrid.
Lampard dianggap sangat memahami pemain-pemain muda dan seluk beluk akademi Chelsea. Larangan transfer membuat Chelsea mau tidak mau mengoptimalkan pemain yang ada saat ini plus akademinya. Musim lalu, Lampard memanfaatkan dua jebolan akademi The Blues, yaitu Mason Mount dan Fiyako Tomori, sebagai tenaga penting di Derby County.
Meskipun berstatus pinjaman, Tomori misalnya, menjadi pemain terbaik Derby County dan sempat mengantarkan mereka mengikuti playoff ke Liga Premier Inggris. Sayangnya, Derby County gagal promosi setelah ditaklukkan Aston Villa yang diasisteni John Terry, legenda Chelsea lainnya. Status sebagai pemain legenda juga bakal membuat Lampard didukung dan disukai fans Chelsea, tidak seperti pendahulunya, Maurizio Sarri.
Para petinggi Chelsea sempat menggelar pertemuan selama enam jam dengan Lampard untuk membahas kontrak dan target kerja. Lampard dikabarkan enggan dibebani target muluk oleh Chelsea mengingat larangan transfer yang menjerat mereka. Chelsea saat ini hanya kedatangan dua pemain baru, yaitu Christian Pulisic dan Matteo Kovacic. Keduanya sebetulnya digaet sejak musim lalu.
Meskipun demikian, Lampard berjanji akan sekuat tenaga membuat bekas timnya itu berprestasi. “Semua orang tahu seperti apa cinta dan sejarah saya di klub ini. Saya datang ke sini untuk bekerja keras dan membawa kesuksesan lebih jauh bagi klub. Saya tidak lagi sabar untuk memulainya,” tutur manajer 41 tahun itu. (AP/AFP)