Toleransi menjadi salah satu fondasi berdirinya negara Indonesia yang diambil dari ajaran Islam. Untuk itu, perbedaan merupakan sebuah keniscayaan. Dalam atmosfer perbedaan, umat muslim didorong membangun negara yang memiliki watak Islami.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
PROBOLINGGO, KOMPAS — Toleransi menjadi salah satu fondasi berdirinya negara Indonesia yang diambil dari ajaran Islam. Untuk itu, perbedaan merupakan sebuah keniscayaan. Dalam atmosfer perbedaan, umat Muslim didorong membangun negara yang memiliki watak Islami.
Hal itu dikatakan anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Mahfud MD pada kegiatan halalbihalal Pengurus Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Jumat (5/7/2019) sore.
Selain diisi seminar bertema ”Islam Wasathiyah Pancasila dan Ekonomi Syariah”, halalbihalal juga diisi Pelantikan Pengurus Komisariat ISNU Universitas Nurul Jadid dan peluncuran Dai Intelektual Dai Nusantara Network (Dinun) sebagai sayap ISNU Jawa Timur (Cyber Army) untuk menangkal radikalisme.
”Itu ajaran Islam di mana kita toleran terhadap perbedaan. Kenapa? Karena yang menciptakan perbedaan Allah sendiri. Kalau Allah mau kamu semua satu (membaca ayat),” katanya. Indonesia merdeka karena bersatu dalam perbedaan saat mengusir penjajah.
Menurut Mahfud, apa yang akan dibangun ke depan bukan negara Islam, melainkan negara yang memiliki watak Islami, masyarakat yang madani. ”Bangun saja negara Islami yang memiliki sifat-sifat keislaman, nanti Islam akan berkembang sendiri,” ucapnya.
Menurut Mahfud, hal ini penting karena saat ini sedang muncul gerakan yang disebut Islam syariah, Islam formal. ”Apa-apa mengatasnamakan Islam, tetapi perilakunya tidak Islami. Korupsinya sama. Padahal, katanya, dia memperjuangkan Islam,” katanya.
Mahfud mencontohkan, perilaku Islami justru dilakukan di negara lain yang tidak mengerti soal ajaran Islam. Dia mencontohkan sifat Islami bisa ditemukan di beberapa negara yang mayoritas penduduknya bukan Islam, seperti Selandia Baru, Taiwan, dan Jepang.
Oleh karena itu, Mahfud mengajak semua pihak menyongsong era saat ini. ISNU sebagai salah satu tulang punggung bangsa harus turut mempersiapkan dan mengawal Indonesia agar benar-benar menjadi NKRI.
”Kita tidak usah berteriak dirikan negara Islam, mendirikan syariat Islam dan sebagainya. Lakukan saja perintah-perintah Islam yang substantif,” ujarnya.
Kita tidak usah berteriak dirikan negara Islam, mendirikan syariat Islam dan sebagainya. Lakukan saja perintah-perintah Islam yang substantif.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu juga mengajak semua yang hadir untuk mengikuti dan mengembangkan ajaran Islam ahlussunnah wal jamaah yakni—kalau dari sudut politik—Islam yang hidup di negara yang bersifat inklusif, menyatu dalam perbedaan, tetapi tetap berbeda dalam urusan ubudiyah tanpa harus bertengkar.
Peluncuran Cyber Army
Sementara itu, terkait Dinun yang diluncurkan, menurut Mahfud, perlu dikembangkan dan didukung. Itu merupakan produk kreatif dari ISNU untuk menghadapi masa depan, yakni serangan dari orang-orang yang punya niatan merusak dengan menyebarluaskan berita bohong.
Ketua Pengurus Wilayah ISNU Jawa Timur M Mas’ud Said yang hadir dalam halalbihalal mengatakan, pihaknya berupaya menangkal bahaya radikalisme yang mengeluarkan serangan berupa narasi-narasi yang mengecilkan Islam yang damai.
ISNU berupaya menangkal bahaya radikalisme yang mengeluarkan serangan berupa narasi-narasi yang mengecilkan Islam yang damai.
”Tujuan Dinun ada tiga, yakni pertama sebagai Cyber Army. Kami punya 25 doktor dan profesor dari ITS (Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya) dan lulusan luar negeri yang bertugas meng-counter narasi-narasi yang akan menyerang keberadaan Indonesia dan Islam yang bersahabat dan saling menghormati,” ujarnya.
Kedua, kata Mas’ud, pihaknya juga mencetak buku-buku soal kearifan lokal yang menjelaskan bahwa Islam di Indonesia menjadi prototipe Islam damai dunia. Ketiga, pihaknya memperkuat Pancasila dan ekonomi syariah yang membutuhkan kerja keras dan tidak membebani.