Pembukaan Pasar Baru Tetap Jadi Fokus Diplomasi Indonesia
›
Pembukaan Pasar Baru Tetap...
Iklan
Pembukaan Pasar Baru Tetap Jadi Fokus Diplomasi Indonesia
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Pembukaan pasar baru untuk produk-produk Indonesia masih terus menjadi salah satu prioritas diplomasi Indonesia. Afrika, Amerika Latin, dan Pasifik Selatan termasuk dalam daftar sasaran.
Pelaksana tugas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah mengatakan, diplomasi ekonomi menjadi fokus sejak awal pemerintahan Joko Widodo. Dalam koridor itu, pencarian pasar-pasar tradisional untuk produk Indonesia menjadi fokus. "Indonesia menjajaki peluang-peluang baru seperti di Afrika, Amerika Latin, dan Pasifik Selatan," ujarnya, Jumat (5/7/2019), di Jakarta.
Pertumbuhan ekonomi stabil, struktur demografi yang didominasi penduduk usia muda, hingga populasi yang terus bertambah menjadi alasan Indonesia membidik pasar-pasar tersebut. Di Afrika, perekonomian sejumlah negara tumbuh hingga di atas lima persen per tahun atau lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi global yang di aras tiga persen.
Untuk pasar Afrika, Indonesia membuat Indonesia-Afrika Forum. Lewat forum itu, para pengusaha Indonesia baik swasta maupun BUMN mendapat kesempatan menjalin kontak bisnis dengan pemerintah dan dunia usaha Afrika.
Sementara untuk pasar Pasifik Selatan, Indonesia akan terlibat dalam Pacific Exposition di Selandia Baru pekan depan. Kegiatan yang diikuti 19 negara itu akan diisi pameran produk unggulan, seminar perdagangan dan investasi, hingga forum pariwisata.
Indonesia ikut menjadi inisiator kegiatan di Auckland dan dimulai dengan forum pariwisata tersebut. Indonesia mendorong pasar tunggal pariwisata Pasifik. "Indonesia menginisiasi integrasi pariwisata Pasifik yang dikemas menjadi destinasi tunggal," kata Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya.
Perwakilan sejumlah BUMN dan swasta Indonesia juga terlibat dalam forum itu. Perwakilan dari Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, Papua, Maluku, dan Maluku Utara juga hadir dalam kegiatan itu. Selain dari Indonesia, ada juga peserta dari Australia, Caledonia Baru, Kepulauan Cook, Mikronesia, Fiji, Polinesia Perancis, Kiribati, Kepulauan Marshall, Nauru, Nieu, Palau, Papua Nugini, Samoa, Selandia Baru, Kepulauan Solomon, Timor Leste dan Tuvalu.
Dari kegiatan itu ditargetkan potensi bisnis senilai 100 juta dollar AS. Kegiatan itu juga untuk memberi kesempatan kepada dunia usaha mengetahui seluk beluk peluang usaha di kawasan. Peraturan impor, perpajakan, hingga fasilitas investasi di setiap negara akan dibahas lewat forum itu.
Kegiatan promosi dan penjajakan bisnis seperti diharapkan bisa meningkatkan volume transaksi perdagangan Indonesia dengan negara-negara Pasifik hingga 10 persen. Kini, secara keseluruhan, volume perdagangan Indonesia dengan negara-negara Pasifik mencapai 10,35 miliar dollar AS.
Pengajar Ilmu Hubungan Internasional pada Universitas Indonesia Beginda Pakpahan mengatakan, diplomasi ekonomi yang dikedepankan pemerintah Joko Widodo dapat dimaklumi. Sebab, setiap negara akan mengedepankan kepentingan nasional yang dapat diwujudkan lewat berbagai cara. Dalam kasus Indonesia, dikedepankan soal pemasaran produk dalam negeri dan pengembangan usaha para pebisnis nasional.
Hal terpenting adalah Indonesia tetap bisa menyeimbangkan kepentingan nasionalnya dengan kebutuhan bersama di tingkat kawasan dan global. "Arah kebijakan luar negeri Indonesia beberapa tahun terakhir mencerminkan keseimbangan itu. Para diplomat tetap mencari pasar baru bagi produk Indonesia. Di sisi lain, Indonesia juga terus berkontribusi untuk kepentingan bersama," ujarnya. (*)